Saturday, 21 April 2012

Republik (Buku 8)

Oleh Plato


 

“Kemudian, Glaucon, kita telah setuju bahwa di dalam negara yang sempurna para perempuan dan anak-anak akan menjadi umum, dan bahwa semua pendidikan dan pengejaran dari perang dan perdamaian juga akan menjadi umum, dan para filsuf yang terbaik dan tentara-tentara yang paling berani akan menjadi para raja mereka?”

“Itu,” Glaucon menjawab, “telah diterima.”

“Ya,” aku berkata; “dan kita telah lebih jauh menerima bahwa para pemimpin, ketika menunjuk diri mereka sendiri, akan mengambil tentara-tentara mereka dan menempatkan mereka di dalam rumah-rumah semacam yang kita telah gambarkan, yang adalah sama kepada semuanya, dan tidak ada apapun yang pribadi atau perseorangan. Sementara tentang harta mereka, kamu mengingat apa yang kita setujui?”

“Ya, aku megingat bahwa tidak seorangpun dari mereka yang akan memiliki apapun yang manusia biasa sekarang miliki. Mereka akan menjadi atlet-atlet perang dan para pengawal, yang menerima dari warga yang lain hanya perawatan mereka sebagai pengganti pembayaran tahunan, dan mereka  menjaga diri mereka sendiri dan keseluruhan Negara.”

“Benar,” aku berkata, “dan sekarang setelah pembagian tugas-tugas kita dikeluarkan, biarkan kita menemukan titik yang kita menyimpang di sana, supaya kita mungkin melajutkan di dalam jalur lama.”

“Tidak sukar untuk kembali. Kamu memberikan, baru saja, bahwa kamu telah menyelesaikan penjelasan Negara. Kamu mengatakan bahwa sebuah Negara semacam demikian adalah baik, dan bahwa orang yang bersesuaian kepadanya adalah baik, walaupun, sebagaimana sekarang tampak, kamu memiliki hal-hal yang jauh lebih baik untuk diceritakan dari kedua-duanya Negara dan orang. Dan kamu mengatakan lebih jauh, bahwa jika ini adalah bentuk yang benar, kemudian yang lainnya akan salah; dan dari bentuk-bentuk yang salah, kamu berkata, sebagaimana aku ingat, bahwa ada empat ajaran, dan bahwa mereka memburuk, dan pemburukan-pemburukan orang perseorangan berhubungan kepada mereka, dan bernilai untuk dijelaskan. Ketika kita telah melihat semua orang perseorangan, dan akhirnya setuju tentang siapa yang paling baik dan siapa yang paling buruk dari mereka, kita akan mempertimbangkan jika yang terbaik juga yang paling bahagia, dan yang paling buruk yang paling menyedihkan. Saat aku menanyaimu apa empat bentuk pemerintahan yang kamu bicarakan, kemudian Polemarchus dan Adeimantus memasukkan perkataan mereka, dan kamu memulai lagi, dan menemukan jalanmu kepada titik yang sekarang kita tiba.”

“Ingatanmu,” aku berkata, “adalah paling tepat.”

“Kali ke dua, sebagaimana pertandingan gulat,” ia menjawab, “kamu harus memberikan pegangan yang sama kepadaku; dan biarkan aku mengajukan pertanyaan yang sama, dan kamu lakukanlah menjawab yang kamu sedang akan berikan kepadaku.”

“Ya, jika aku bisa, aku akan melakukannya,” aku berkata.

“Aku memang berharap mendengarkan empat bentuk pemerintahan yang kamu bicarakan.”

“Akan tidak sukar. Empat bentuk pemerintahan yang aku bicarakan, sejauh mereka memiliki nama-nama yang berbeda, adalah, pertama mereka yang dari Crete dan Sparta, yang secara umum disebut sebagai baik. Oligarki datang berikutnya, ini tidak secara setara diterima, dan adalah sebuah bentuk pemerintahan yang penuh keburukan. Ke tiga, demokrasi, yang secara alamiah mengikuti oligarki, walaupun sangat berbeda. Terakhir datang tirani, besar dan termasyhur, yang berbeda dari mereka semuanya, dan adalah yang ke empat dan yang paling buruk dari ketidakteraturan sebuah Negara. Aku tidak mengetahui, apakah kamu mengetahui konstitusi yang lain yang bisa dikatakan memiliki sebuah sifat yang kentara? Ada pertuanan turun-temurun dan perajaan yang dijual, dan beberapa bentuk pertengahan yang lain dari pemerintahan, yang banyak ditemukan di antara orang-orang Yunani dan barbar.”

“Ya,” ia menjawab, “kita tentu saja mendengar banyak bentuk aneh dari pemerintahan yang ada di antara mereka.”

“Apakah kamu menyadari,” aku berkata, “bahwa pemerintahan-pemerintahan berbeda-beda sebagaimana watak dari orang-orang berbeda-beda, dan bahwa harus ada sebanyak dari yang satu sebagaimana dari yang lain? Untuk kita tidak bisa menganggap bahwa Negara-negara dibuat dari kayu oak dan batu karang, dan bukan dari watak warga, yang dengan berat mereka di dalam timbangan menarik hal-hal lain mengikuti mereka?”

“Ya,” ia berkata, “Negara-negara adalah sebagaimana orang-orang. Mereka tumbuh dari watak-watak manusia.”

“Kemudian jika konstitusi-konstitusi dari Negara-negara adalah lima, watak dari pikiran perseorangan akan juga lima?”

“Tentu saja.”

“Ia yang menjawab kepada aristokrasi, dan yang kita secara benar sebut sebagai adil dan baik, kita telah gambarkan.”

“Kita telah melakukannya.”

“Kemudian biarkan kita sekarang melanjutkan untuk menggambarkan alamiah-alamiah yang dari macam yang lebih rendah, yang suka bertengkar dan berambisi, yang menjawab kepada peraturan Laconia, dan juga yang oligarkis, demokratis, dan tiraniah. Biarkan kita menempatkan yang paling adil bersebelahan dengan yang paling tidak adil, dan ketika kita melihat mereka, kita harus mampu membandingkan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan dari yang melalui sebuah kehidupan dari keadilan murni atau ketidakadilan murni. Supaya kita mengetahui apakah kita harus mengejar ketidakadilan, sebagaimana Thrasymachus nasihatkan, atau bersesuaian dengan kesimpulan-kesimpulan dari argumen untuk memilih keadilan?”

“Tentu saja,” ia menjawab, “kita harus melakukan sebagaimana kamu mengatakan.”

“Haruskah kita mengikuti rancangan lama kita, yang kita ambil demi memandang kejelasan, mengambil Negara pertama-tama dan kemudian melanjutkan kepada perseorangan, dan memulai dengan pemerintahan terhormat? Aku tidak mengetahui nama untuk pemerintahan semacam demikian selain daripada timokrasi, atau mungkin timarki. Kemudian mempertimbangkan ini, kita akan mempertimbangkan watak perseorangan yang serupa dengannya; dan, setelah itu, mempertimbangkan orang yang oligarkis; dan kemudian lagi kita akan memalingkan perhatian kita kepada demokrasi dan orang yang demokratis; dan terakhir, kita akan pergi dan melihat kota tirani, dan sekali lagi memandang ke dalam jiwa tiraniah, dan mecoba menjadi para juri yang pantas untuk pertanyaan di hadapan kita.”

“Jalan melihat dan memutuskan persoalan tersebut akan sangat pantas.”

“Pertama-tama,” aku berkata, “biarkan kita mencari bagaimana timokrasi bangkit dari aristokrasi. Secara jelas, semua perubahan politis berasal di dalam bagian-bagian yang memerintah, sebuah pemerintahan yang bersatu, betapapun kecil, tidak bisa digoyahkan.”

“Benar,” katanya.

“Bagaimana, Glaucon, kota kita akan goyah, dan di dalam jalan apa dua tingkatan dari para tentara pendukung dan para pemimpin tidak bersetuju di antara diri-mereka-sendiri atau dengan satu sama lain? Haruskah kita mengikuti cara Homer, memohon kepada para Muse untuk memberitahukan kepada kita bagaimana pemisahan terjadi kepada mereka, dan membayangkan para dewi ini bermain dan bergurau kepada kita seolah-olah kita anak-anak, dan menceritakan kepada kita di dalam sebuah gaya tragis yang mengolok-olok tetapi secara bersungguh-sungguh?”

“Bagaimana mereka akan menceritakan kepada kita?”

“Mengikuti cara berikut ini. Sebuah kota yang berkonstitusi demikian akan sukar goyah; tetapi segala sesuatu yang memiliki sebuah awal memiliki juga sebuah akhir, bahkan sebuah konstitusi semacam milikmu akan tidak bertahan selama-lamanya, tetapi akan terurai di dalam waktu. Inilah ke-terurai-an tersebut: Di dalam tumbuh-tumbuhan di bumi, sebagaimana di dalam binatang-binatang yang bergerak di permukaan bumi, kesuburan dan kemandulan dari jiwa dan badan kita terjadi ketika keliling lingkaran dari masing-masing terlengkapi, yang di dalam keberadaan yang hidup-singkat melewati rentang yang singkat, dan di dalam yang hidup-panjang melalui sebuah rentang yang panjang. Tetapi hukum kesuburan dan kemandulan untuk bangsamu, para pemimpinmu akan tidak mengetahuinya dengan alasan yang digabungkan dengan perasaan, tetapi akan melepaskan mereka, dan mereka akan melahirkan anak-anak ke dalam dunia ketika seharusnya tidak. Kelahiran ilahiah memiliki sebuah masa yang terkandung di dalam sebuah bilangan yang sempurna, tetapi masa kelahiran manusia terkandung di dalam sebuah bilangan yang di dalamnya penambahan-penambahan pertama dikuasai dan menguasai ketika mereka memeroleh tiga jarak dan empat batas dari serupa dan tidak serupa, bilangan-bilangan yang membesar dan mengecil, membuat semua hal sepadan dan serasi kepada satu sama lain. Dasar dari hal-hal ini dengan ditambahkan sepertiga ketika dikombinasikan dengan lima dan ternaikkan kepada kekuatan ke tiga terhiasi dengan dua harmoni; yang pertama adalah sebuah persegi yang seratus kali lebih besar, dan yang lain sebuah gambar yang memiliki sebuah sisi yang setara kepada yang sebelumnya, tetapi bujur, terdiri dari seratus bilangan persegi terhadap diameter-diameter rasional dari sebuah persegi, sisinya adalah lima, masing-masing mereka kurang satu atau kurang dua persegi-persegi sempurna dari diameter-diameter irrasional; dan seratus kubus dari tiga. Sekarang bilangan ini mewakili sebuah gambar geometris yang memiliki kendali terhadap yang baik dan buruk dari kelahiran-kelahiran. Karena ketika para pengawalmu jahil terhadap hukum kelahiran-kelahiran, dan menyatukan mempelai perempuan dan mempelai laki-laki di luar musim, anak-anak akan tidak secara baik atau beruntung. Dan walaupun yang terbaik saja dari mereka akan ditunjuk oleh pendahulu mereka, tetap mereka akan menjadi tidak bernilai utuk mengambil tempat-tempat dari ayah-ayah mereka, dan ketika berkuasa sebagai para pengawal, mereka akan segera ditemukan gagal di dalam menjaga kita, pertama kurang memedulikan musik, kemudian kepada senam; dan karena itu orang-orang muda dari Negara-mu akan menjadi kurang berbudaya. Di dalam generasi selanjutnya para pemimpin yang ditunjuk dari mereka, adalah yang telah kehilangan kekuatan pengawal untuk menguji logam dari ras-rasmu yang berbeda, yang seperti milik Hesiod, adalah dari emas dan perak dan perunggu dan besi. Besi akan bercampur dengan perak, dan perunggu dengan emas, dan karena itu akan tumbuh ketidakserupaan dan ketidaksetaraan dan ketidakbiasaan, yang selalu dan di manapun ia terjadi menyebabkan kebencian dan perang. Kepada baris ini, kamu pandanglah, kita harus menyatakan dengan tegas kepada pertikaian tersebut, selalu dan di manapun.”

“Ya, dan kita mungkin menganggap bahwa mereka menjawab secara benar.”

“Tentu saja mereka menjawab secara benar, mereka adalah para Muse.”

“Dan apa yang para Muse katakan selanjutnya?”

“Ketika sumbang bangkit, kemudian dua ras mengambil dua jalan yang berbeda. Ras besi dan perunggu terjatuh kepada memeroleh uang dan lahan dan rumah-rumah dan emas dan perak. Sementara ras emas dan perak, tidak mengingini uang tetapi memiliki kekayaan sejati di dalam alamiah mereka, cenderung menuju kebaikan dan aturan kuno dari hal-hal. Ada sebuah perang di antara mereka, dan akhirnya mereka setuju untuk membagi-bagikan lahan dan rumah-rumah di antara pemilik-pemilik perseorangan; dan mereka membudakkan teman-teman dan para perawat mereka, yang mereka awalnya lindungi sebagai orang-orang merdeka, dan menjadikan mereka sebagai rakyat dan para pelayan; dan mereka sendiri terlibat di dalam perang dan di dalam mengawasi melawan mereka.”

“Aku percaya bahwa kamu telah secara benar merancang asal dari perubahan tersebut.”

“Dan pemerintahan yang baru bangkit ini adalah sebuah bentuk di antara aristokrasi dan oligarki?”

“Benar.”

“Akan semacam demikianlah perubahan tersebut, dan setelah perubahan tersebut, bagaimana mereka akan melanjutkan? Secara jelas, Negara yang baru tersebut, berada di dalam sebuah pertengahan di antara oligarki dan Negara sempurna, sebagian akan mengikuti satu dan sebagian yang lainnya, dan akan juga memiliki beberapa yang khas.”

“Benar,” katanya.

“Di dalam menghormati para pemimpin, di dalam penghilangan tingkatan tentara dari pertanian, pertukangan, dan perdagangan secara umum, di dalam pengadaan perayaan-perayaan umum, dan di dalam perhatian yang diberikan kepada pelatihan senam dan ketentaraan di dalam semua pertimbangan ini Negara ini akan mengikuti yang sebelumnya.”

“Benar.”

“Tetapi kekhawatirannya untuk menerima para filsuf kepada kekuatan, karena mereka tidak lagi sederhana dan bersungguh-sungguh, tetapi terdiri dari unsur-unsur yang bercampur; berubah kepada watak-watak bergairah dan watak-watak yang lebih kurang rumit, yang sesuai untuk perang daripada perdamaian; dan di dalam nilai yang dipasang oleh mereka terhadap muslihat-muslihat dan peralatan-peralatan ketenntaraan, dan di dalam mengobarkan perang-perang yang sangat panjang, akan khas kepada Negara ini.”

“Ya.”

“Ya,” aku berkata, “dan orang-orang dari tanda ini akan serakah uang, seperti mereka yang hidup di dalam oligarki. Mereka akan memiliki tempat rahasia untuk emas dan perak, yang mereka akan timbun di dalam tempat-tempat yang gelap, memilki gudang dan peyimpanan harta dari milik mereka sendiri untuk penimbunan dan penyembunyian mereka. Juga puri-puri untuk telur-telur mereka, dan yang di dalamnya mereka akan memberikan uang yang banyak kepada perempuan-perempuan mereka, atau kepada siapapun yang lain yang mereka sukai.”

“Itu benar,” katanya.

“Dan mereka kikir karena mereka menghargai uang, dan tidak dibiarkan memilikinya secara terbuka. Mereka akan membelanjakan milik orang lain demi memuaskan keinginan-keinginan mereka, mencuri kenikmatan-kenikmatan mereka dan seperti anak-anak melarikan diri dari hukum, ayah mereka. Mereka disekolahkan bukan oleh pengaruh-pengaruh yang lembut tetapi oleh paksaan, karena mereka telah mengabaikan Muse yang benar, teman dari alasan dan filsafat, dan menghormati senam lebih daripada musik.”

“Secara tidak ragu,” ia berkata, “bentuk pemerintahan yang kamu gambarkan adalah sebuah campuran dari baik dan buruk.”

“Mengapa, ada sebuah campuran,” aku berkata, “tetapi satu hal, dan satu hal saja, terlihat secara kentara, semangat perbantahan dan ambisi demi penghormatan. Hal-hal ini lazim dari unsur yang bergairah dan bersemangat.”

“Secara yakin,” katanya.

“Demikianlah asal dan watak dari Negara ini, yang telah digambarkan di dalam garis luar saja. Pelaksanaan yang lebih sempurna tidak diperlukan, karena sebuah sketsa telah cukup untuk menunjukkan bentuk dari yang paling adil secara sempurna dan yang paling secara sempurna tidak adil. Untuk melintasi keseluruhan Negara dan keseluruhan watak dari orang-orang, tanpa mengabaikan satupun, akan menjadi sebuah kerja keras yang tidak bersudahan.”

“Benar,” ia menjawab.

“Sekarang orang apa yang menjawab kepada bentuk pemerintahan ini. Bagaimana asal-muasalnya, dan seperti apakah ia?”

“Aku berpikir,” kata Adeimantus, “bahwa ia lebih dekat kepada Glaucon di dalam semangat perbantahan yang mencirikannya.”

“Mungkin,” aku berkata, “ia mungkin seperti ia di dalam satu titik tersebut. Tetapi ada pertimbangan-pertimbangan lain yang di dalamnya ia sangat berbeda.”

“Di dalam pertimbangan apa?”

“Ia harus memiliki lebih penonjolan-diri dan kurang terolah, dan bukan seorang teman dari budaya; dan ia harus menjadi seorang pendengar yang baik, tetapi bukan pembicara. Seorang semacam demikian adalah cenderung kasar dengan para budak, tidak seperti orang yang terdidik, yang terlalu bangga untuk itu. Ia akan juga sopan kepada orang-orang merdeka, dan sangat patuh kepada pihak yang berwenang; ia adalah seorang pecinta kekuasaan dan seorang pecinta kehormatan; menuntut untuk menjadi seorang pemimpin, bukan karena ia fasih berbahasa, atau di bidang manapun yang semacam demikian, tetapi karena ia adalah seorang tentara dan telah menampilkan perbuatan-perbuatan tentara; ia adalah juga seorang pecinta pelatihan-pelatihan senam dan perburuan.”

“Ya, itu adalah macam watak yang menjawab kepada timokrasi.”

“Seorang semacam demikian akan mengabaikan kekayaan ketika ia muda; tetapi saat ia menua ia akan menjadi lebih dan lebih tertarik kepada mereka, karena ia memiliki sekeping alamiah tamak di dalam dirinya, dan tidak satu pikiran menuju kebaikan, setelah menghilangkan pengawalnya yang terbaik.”

“Pengawal apa?” kata Adeimantus.

“Filsafat,” aku berkata, “dilembutkan dengan musik, yang datang dan tinggal di dalam seorang manusia, dan penyelamat satu-satunya dari kebaikannya melewati kehidupan.”

“Baik,” katanya.

“Demikianlah pemuda timokratis, dan ia seperti Negara yang timokratis,” kataku.

“Secara tepat.”

“Asalnya adalah sebagai berikut. Ia seringkali anak dari seorang ayah yang payah, yang tinggal di dalam sebuah kota yang berpemerintah buruk, darinya ia menolak kehormatan-kehormatan dan pengurusan-pengurusan, dan akan tidak pergi kepada hukum, atau mengupayakan dirinya sendiri di dalam jalan apapun, tetapi bersedia untuk melepaskan hak-haknya supaya ia mungkin bebas dari persoalan tersebut.”

“Dan bagaimana anak tersebut datang ke dalam jadi?”

“Watak anak tersebut mulai berkembang ketika ia mendengar ibunya mengeluh bahwa suaminya tidak memiliki tempat di dalam pemerintahan, sehingga ia tidak memiliki keutamaan di antara perempuan-perempuan yang lain. Lebih jauh, ketika ia melihat suaminya tidak terlalu bersemangat tentang uang, dan melain dari mencerca dan bertengkar di dalam persidangan-persidangan hukum atau perkumpulan, menerima apapun yang terjadi kepadaya secara diam. Ketika ia mengamati bahwa pikirannya selalu berpusat di dalam dirinya sendiri, sementara ia memperlakukannya dengan sangat menyepelekan, ia jengkel, dan berkata kepada anaknya bahwa ayahnya hanya separuh laki-laki dan terlalu menggampangkan: menambahkan semua keluhan yang lain yang para perempuan sangat suka perbincangkan.”

“Ya,” kata Adeimantus, “mereka memberikan kita banyak dari mereka, dan keluhan-keluhan mereka sangat seperti diri mereka sendiri.”

“Dan kamu mengetahui,” aku berkata, “bahwa para pelayan tua juga, yang dianggap lekat kepada keluarga tersebut, dari waktu ke waktu berbicara secara pribadi di dalam nada yang sama kepada anak tersebut. Jika mereka melihat siapapun yang berhutang uang kepada ayahnya, atau bersalah kepadanya di dalam jalan apapun, dan ia gagal menuntut mereka, mereka memberitahukan kepada anak tersebut bahwa ketika ia dewasa ia harus membalas orang-orang ini, dan menjadi lebih laki-laki daripada ayahnya. Ia hanya perlu berjalan ke luar dan ia mendengar dan melihat hal yang dari macam yang sama, mereka yang melakukan urusan mereka sendiri di dalam kota disebut sebagai orang-orang sederhana, dan tidak menyandang kehormatan, sementara orang-orang yang sibuk dihormati dan disambut. Hasilnya adalah bahwa pemuda tersebut, mendengar dan melihat semua hal ini, mendengar juga kata-kata dari ayahnya, dan memiliki sebuah pemandangan yang lebih dekat dari jalan hidupnya, dan membuat perbandingan-perbandingan dari ia dan yang lainnya, tertarik ke jalan-jalan yang berlawanan. Saat ayahnya mengairi dan memberi makan ajaran beralasan di dalam jiwanya, yang lainnya mendorong yang bergairah dan bernafsu. Ia bukan dari alamiah yang buruk, tetapi memiliki teman yang buruk, sehingga terbawa oleh gabungan pengaruh mereka kepada sebuah titik tengah, dan menyerahkan kerajaan yang ada di dalam dirinya kepada ajaran pertengahan dari perbantahan dan gairah, dan menjadi arogan dan berambisi.”

“Kamu tampak kepadaku telah menggambarkan asalnya secara sempurna.”

“Kemudian kita sekarang telah memiliki, aku berkata, bentuk ke dua dari pemerintahan dan macam ke dua dari watak manusia?”

“Kita telah memiliki.”

“Selanjutnya, sebagaimana Aeschylus katakan, menyebutkan juara lain di hadapan gerbang lain, atau lebih, berdasarakan rancangan kita, kota pertama-tama?”

“Dengan senang hati.”

“Aku percaya bahwa selanjutnya adalah oligarki.”

“Dan pemerintah macam apa yang kamu sebut sebagai oligarki?”

“Sebuah pemerintahan yang berdasarkan kepada sebuah penilaian terhadap harta, yang di dalamnya yang kaya memiliki kekuatan dan yang miskin terhalau darinya.”

“Aku mengerti,” ia menjawab.

“Bukankah aku harus memulai dengan menggambarkan bagaimana perubahan dari timokrasi kepada oligarki bangkit?”

“Ya.”

“Baik,” aku berkata, “tidak diperlukan mata untuk melihat yang satu berubah ke dalam yang lain.”

“Bagaimana?”

“Tumpukan emas di dalam penyimpanan perseorangan pribadi adalah keruntuhan dari timokrasi. Mereka menemukan cara-cara melawan hukum untuk berbelanja, isteri-isteri mereka juga tidak peduli kepada hukum.”

“Ya, memang.”

“Dan kemudian seseorang, melihat seorang yang lain menjadi kaya, berusaha menandinginya, dan dengan demikian sejumlah besar warga menjadi pecinta uang.”

“Cukup seperti.”

“Dan sehingga mereka bertumbuh lebih kaya dan lebih kaya, dan semakin banyak mereka berpikir membuat keberuntungan semakin sedikit mereka berpikir tentang kebaikan. Karena ketika kekayaan dan kebaikan ditempatkan bersama-sama di dalam neraca, yang satu selalu naik saat yang lain jatuh.”

“Benar.”

“Dan di dalam neraca, saat kekayaan dihormati di dalam Negara, dan orang-orang kaya dihormati, kebaikan dan orang-orang yang baik akan tidak dihargai.”

“Secara jelas.”

“Dan yang dihormati dirawat, dan yang tidak memiliki kehormatan diabaikan.”

“Itu jelas.”

“Dan sehingga akhirnya, melain dari mencintai perbantahan dan kemenangan, orang-orang menjadi pecinta perdagangan dan uang. Mereka menghormati dan memandang tinggi orang yang kaya, dan membuat seorang pemimpin darinya, dan tidak menghormati orang yang miskin.”

“Mereka melakukan demikian.”

“Mereka berikutnya melanjutkan untuk membuat sebuah hukum yang menetapkan sejumlah uang sebagai persyaratan kewarganegaraan. Jumlah tersebut lebih tinggi di satu tempat yang lebih oligarkis, dan mereka membiarkan tidak seorangpun yang hartanya jatuh di bawah ketetapan untuk memiliki bagian apapun di dalam pemerintahan. Perubahan-perubahan ini di dalam konstitusi mereka berlakukan dengan paksaan senjata, setelah menakut-nakuti.”

“Benar.”

“Dan ini, berbicara secara umum, adalah jalan yang di dalamnya oligarki didirikan.”

“Ya,” ia berkata, “tetapi apa kekhasan dari bentuk pemerintahan ini, dan kemunduran apa yang kita katakan ia miliki?”

“Pertama dari semuanya,” aku berkata, “mempertimbangkan alamiah dari persyaratan tersebut pikirkanlah saja apa yang akan terjadi jika para nahkoda dipilih berdasarkan harta mereka, dan seorang yang miskin ditolak dari kemudi, bahkan walau ia adalah nahkoda yang lebih baik?”

“Maksudmu mereka akan karam?”

“Ya. Bukankah ini benar dari pemerintahan dari apapun?”

“Aku harus membayangkan demikian.”

“Kecuali sebuah kota? atau kamu akan men-termasuk-kan sebuah kota?”

“Tidak,” ia berkata, “kejadian dari sebuah kota adalah yang paling kuat dari semuanya, karena memimpin sebuah kota adalah yang paling besar dan paling sukar dari semuanya.”

“Ini, kemudian, akan menjadi pemburukan besar yang pertama dari oligarki?”

“Secara jelas.”

“Dan ini adalah sebuah pemburukan yang lain yang cukup sama buruk.”

“Pemburukan apa?”

“Pembagian yang tidak bisa dihindari. Negara semacam demikian bukanlah satu, tetapi dua Negara, yang satu dari orang-orang yang miskin, yang lainnya dari orang-orang yang kaya. Mereka hidup di daerah yang sama, dan selalu berkomplot melawan satu sama lain.”

“Demi Zeus, secara yakin, itu sama buruknya.”

“Sebuah ciri yang lain yang tidak bisa dihormati adalah, bahwa untuk sebuah alasan ynag serupa, mereka tidak mampu menjalani perang apapun. Jika mereka mempersenjatai khalayak, kemudian mereka lebih takut kepada mereka daripada kepada musuh. Atau, jika mereka tidak memanggil mereka keluar di dalam masa perang, mereka menemukan diri mereka sendiri di medan perang, mereka adalah orang-orang oligarki, pemerintah atas yang sedikit. Dan di saat yang sama kesukaan mereka kepada uang membuat mereka tidak suka membayar pajak-pajak.”

“Tidak bisa dihormati.”

“Dan, sebagaimana kita katakan sebelumnya, di bawah sebuah konstitusi semacam demikian orang-orang yang sama tersebut memiliki juga banyak panggilan. Mereka adalah petani, pedagang, tentara, semuanya di dalam satu. Apakah itu tampak baik?”

“Apapun kecuali baik.”

“Ada sebuah keburukan yang lain, mungkin yang paling besar dari semuanya, dan yang kepadanya Negara ini pertama mulai rentan.”

“Keburukan apa?”

“Seseorang mungkin menjual apa yang ia miliki, dan seorang yang lain mungkin memeroleh hartanya. Setelah penjualan tersebut ia mungkin tinggal di dalam sebuah kota yang darinya ia bukan lagi sebuah bagian, bukan pedagang, bukan pengrajin, bukan penunggang kuda, bukan tentara, tetapi hanya seorang yang miskin, makhluk yang tidak tertolong.”

“Ya, itu adalah sebuah keburukan yang juga pertama bermula di dalam Negara ini.”

“Keburukan tersebut secara jelas tidak dicegah di sana, karena orang-orang oligarki memiliki kedua-duanya keluarbiasaan dari kekayaan yang besar dan kemiskinan yang keterlaluan.”

“Benar.”

“Tetapi pikirkan lagi. Di masa-masa kayanya, sementara ia menghabiskan uangnya, apakah seseorag dari macam ini seorang yang lebih baik kepada Negara untuk tujuan-tujuan dari kewarganegaraan? Atau apakah ia hanya tampak sebagai anggota dari badan yang memimpin, walaupun sebenarnya ia bukan pemimpin juga bukan rakyat, tetapi hanya seorang pemboros?”

“Sebagaimana kamu katakan, ia tampak sebagai seorang pemimpin, tetapi hanya seorang pemboros.”

“Bukankah kita mungkin mengatakan bahwa ini adalah lebah jantan di dalam rumah yang seperti lebah jantan di dalam sarang lebah, dan bahwa yang satu adalah wabah dari kota sementara yang lainnya dari sarang lebah?”

“Demikianlah, Socrates.”

“Dan dewa telah membuat lebah-lebah jantan yang terbang, Adeimantus, semuanya tanpa sengat, sementara lebah-lebah yang berjalan ia membuat beberapa tanpa sengat tetapi yang lainnya memiliki sengat yang sangat berbahaya. Dari tingkatan yang tidak bersengat adalah mereka yang di usia tua mereka berujung sebagai orang-orang yang melarat, dari yang bersengat datang semua tingkatan penjahat, sebagaimana mereka dinamai.”

“Paling benar,” katanya.

“Secara jelas kemudian, di saat kapapun kamu melihat orang-orang yang melarat di dalam sebuah Negara, di suatu tempat di dalam lingkungan itu ada para pencuri, dan para pencopet dan para penjarah kuil, dan semua penjahat semacam demikian.”

“Secara jelas.”

“Baik,” aku berkata, “dan di dalam Negara-negara oligarki bukankah kamu menemukan orang-orang yang melarat?”

“Ya,” ia berkata, “hampir semua orang yang bukan pemimpin adalah melarat.”

“Dan mungkinkah kita sangat tegas utuk mengukuhkan bahwa ada juga banyak pelanggar hukum ditemukan di dalam mereka, para bajingan yang bersengat, dan yang pihak yang berwenang berusaha untuk menahan dengan pemaksaan?”

“Tentu saja, kita mungkin sangat tegas.”

“Keberadaan dari orang-orang semacam demikian adalah karena ketiadaan pendidikan, pelatihan yang buruk, dan konstitusi yang buruk dari Negara?”

“Benar.”

“Demikianlah, kemudian, bentuk dan demikianlah keburukan-keburukan dari oligarki, dan mungkin ada banyak keburukan yang lain.”

“Sangat seperti demikian.”

“Kemudian oligarki, atau bentuk pemerintahan yang di dalamnya para pemimpin dipilih untuk kekayaan mereka, mungkin sekarang dibubarkan. Biarkan kita selanjutnya mempertimbangkan alamiah dan asal dari perseorangan yang menjawab kepada Negara ini.”

“Dengan senang hati.”

“Bukankah orang timokratis berubah ke dalam oligarki di arah ini?”

“Bagaimana?”

“Suatu waktu tiba ketika perwakilan dari timokrasi memiliki seorang anak. Pertama-tama ia memulai dengan berusaha menyamai ayahnya dan berjalan di dalam langkah kakinya, tetapi di saat ini ia melihatnya secara tiba-tiba terperosok melawan Negara seolah-olah kandas di karang, dan ia dan semua yang ia miliki hilang. Ia mungkin seorang jenderal atau pejabat tinggi yang diadili di bawah tuduhan yang disebabkan oleh para pelapor, dan dijatuhi hukuman mati, atau diasingkan, atau dihalau dari kehormatan dan semua hartanya disita.”

“Tidak ada yang lebih mirip.”

“Dan anak tersebut telah melihat dan mengetahui semua ini. Ia adalah orang yang diruntuhkan, dan rasa takutnya untuk segera mendorong dari singgasana perutnya, ajaran cinta kepada kehormatan dan semangat tinggi; terendahkan oleh harta ia memutuskan untuk mencari uang dan dengan tabungan dan kerja keras, ia mengumpulkan keberuntungan. Bukankah seseorang semacam demikian akan mendudukkan kerakusan dan ketamakan di singgasana yang kosong dan menjadikannya sebagai raja di dalam dirinya, berhiaskan tiara dan rantai emas dan pedang Persia?”

“Benar,” ia menjawab.

“Dan ketika ia telah membuat alasan dan semangat duduk di lantai secara patuh di sisi kanan dan kiri sebagai budak-budak dari raja mereka, dan mengajari mereka untuk mengetahui tempat mereka, ia memaksa yang satu untuk hanya memikirkan bagaimana sejumlah yang kecil bisa dirubah menjadi yang lebih besar, dan akan tidak membiarkan yang lain untuk menyembah dan memuja apapun kecuali kekayaan dan orang-orang yang kaya, atau untuk menjadi berambisi kepada apapun sebanyak kepada perolehan kekayaan dan cara-cara untuk memerolehnya.”

“Dari semua perubahan,” ia berkata, “tidak ada yang lebih cepat atau lebih pasti sebagaimana perubahan dari pemuda yang berambisi ke dalam seorang yang tamak.”

“Dan yang tamak,” aku berkata, “adalah pemuda oligarki?”

“Ya,” ia berkata, “di tingkat apapun perseorangan yang darinya ia datang adalah seperti Negara yang darinya oligarki datang.”

“Biarkan kita kemudian mempertimbangkan jika ada keserupaan di antara mereka.”

“Sangat baik.”

“Pertama-tama, mereka mewakili satu sama lain di dalam nilai yang mereka berikan kepada harta?”

“Tentu saja.”

“Juga di dalam watak kikir dan pekerja keras mereka. Perseorangan hanya memuaskan seleranya yang perlu, dan membatasi pembelanjaannya untuk mereka; keinginan-keinginannya yang lain ia tekan, menganggap mereka tidak menguntungkan.”

“Benar.”

“Ia orang lusuh, yang menyimpan sesuatu dari setiap hal, dan membuat dompet untuk dirinya sendiri, dan ini adalah macam orang yang disambut oleh publik. Bukankah ia adalah sebuah gambaran yang benar dari Negara yang ia wakili?”

“Ia tampak kepadaku sebagai demikian. Di tingkat apapun, uang dinilai secara tinggi olehnya sebagaimana oleh Negara tersebut.”

“Kamu melihat bahwa ia adalah orang yang terdidik,” aku berkata.

“Aku membayangkan tidak,” ia berkata, “andai ia memiliki pendidikan ia akan tidak pernah menjadikan dewa buta sebagai pengarah paduan suaranya, atau memberinya kehormatan yang utama.”

“Pertimbangkanlah: Bukankah kita harus lebih jauh menerima bahwa keadaanya yang tidak terdidik akan ditemukan gairah-gairah seperti lebah jantan di dalam dirinya sebagaimana orang melarat dan bajingan, yang secara terpaksa ditekan oleh pemenuhan sendiri dan pengendalian diri dan kebiasaan yang umum dari hidupnya?”

“Benar.”

“Apakah kamu mengetahui ke mana kamu harus memandang jika kamu ingin menemukan kebejatannya?”

“Ke mana?”

“Kamu harus melihatnya saat ia memiliki kesempatan besar dari bertindak secara tidak jujur, seperti di dalam penjagaan seorang anak yatim.”

“Benar.”

“Akan cukup jelas kemudian bahwa di dalam perniagaan-perniagaan yang biasa yang memberikannya nama baik untuk kejujuran, ia oleh suatu unsur yang lebih baik di dalam dirinya menekan paksa gairah-gairahnya yang buruk. Bukan membuat mereka melihat bahwa mereka salah, atau menjinakkan mereka oleh alasan, tetapi oleh keperluan dan rasa takut menekan mereka, dan karena ia gentar untuk harta miliknya.”

“Untuk yakin.”

“Ya, demi Zeus, temanku, tetapi kamu akan menemukan bahwa gairah-gairah alamiah dari lebah jantan secara umum ada di dalam dirinya semuanya sama ketika ia berkesempatan membelanjakan yang bukan miliknya.”

“Ya, dan mereka akan kuat di dalam dirinya juga.”

“Orang tersebut, kemudian, akan berperang dengan dirinya sendiri. Ia akan menjadi dua orang, dan bukan satu; tetapi, di dalam umum, gairah-gairahnya yang lebih baik akan ditemukan menang dari yang lebih rendah.”

“Benar.”

“Untuk alasan-alasan ini seseorang semacam demikian akan menjadi lebih bisa dihormati daripada paling banyak dari orang-orang, bahkan kebaikan sejati dari sebuah jiwa yang bersepakat dan berharmoni akan pergi jauh dan tidak pernah mendekatinya.”

“Aku harus menduga demikian.”

“Dan secara yakin, perseorangan yang kikir akan menjadi pesaing yang tercela di dalam sebuah Negara untuk apapun hadiah kemenangan, atau hal lain dari ambisi yang bisa dihormati. Ia akan tidak membelanjakan uangnya di dalam perlombaan untuk kemenangan, sangat khawatir ia dari membangunkan selera-seleranya yang mahal dan mengundang mereka untuk menolong dan bergabung di dalam perjuangan tersebut. Di dalam cara oligarki sejati ia bertarung dengan bagian yang kecil dari sumber-dayanya, dan hasilnya secara umum adalah ia kehilangan hadiah dan menyelamatkan uangnya.”

“Benar.”

“Bisakah kita masih ragu, kemudian, bahwa orang yang kikir dan pencari uang menjawab kepada Negara oligarki?”

“Tidak bisa ada ragu.”

“Berikutnya datang demokrasi. Dari ini asal dan alamiahnya masih harus dipertimbangkan oleh kita, dan kemudian kita akan mencari ke dalam jalan-jalan dari orang yang demokratis, dan menghadirkannya untuk penilaian.”

“Itu,” ia berkata, “adalah cara kita.”

“Baik,” aku berkata, “dan bagaimana perubahan dari oligarki ke dalam demokrasi bangkit? Bukankah di jalur ini? kebaikan yang dihargai oleh Negara semacam tersebut adalah untuk menjadi sekaya mungkin, sebuah gairah yang tidak pernah bisa terpuaskan?”

“Kemudian apa?”

“Para pemimpin, menyadari bahwa kekuatan mereka bersandar kepada kekayaan mereka, sehingga menolak untuk membatasi penghamburan dari pemuda pemboros, karena mereka memeroleh dari kehancuran mereka. Mereka mengambil keuntungan dari mereka dan membeli harta mereka dan dengan demikian meningkatkan kekayaan dan kedudukan penting mereka sendiri?”

“Untuk yakin.”

“Tidak bisa ada ragu bahwa cinta kepada harta dan semangat dari kesahajaan tidak bisa hadir bersama-sama di dalam warga-warga dari Negara yang sama kepada perpanjangan yang cukup, satu atau yang lainnya akan diabaikan.”

“Itu secara bisa dimaklumi jelas.”

“Dan di dalam Negara-negara oligarki, dari ketidakpedulian dan penghamburan, orang-orang dari keluarga yang baik seringkali direndahkan kepada kemelaratan?”

“Ya, sering.”

“Dan tetap mereka tinggal di dalam kota. Di sanalah mereka, dengan sengat-sengat, yaitu, bersenjata penuh, dan beberapa dari mereka meminjam uang, beberapa menebus kewargaan mereka, yang lainnya di dalam kedua-duanya keadaan sulit. Mereka membenci dan berkomplot melawan mereka yang telah mengambil harta mereka, dan melawan semua orang yang lain, dan bersemangat untuk revolusi.”

“Itu adalah benar.”

“Di lain pihak, para pencari uang menundukkan kepala, dan berpura-pura tidak melihat mereka yang telah terhancurkan, menusukkan sengat mereka, yaitu uang mereka, ke dalam seseorang yang lain yang tidak waspada terhadap mereka, dan mengembalikan timbunan orang-tua banyak kali lipat ke dalam keluarga dari anak-anak. Sehingga mereka membuat lebah jantan dan orang melarat melimpah di dalam Negara.”

“Ya,” ia berkata, “pasti ada banyak dari mereka.”

“Keburukan tersebut menyala seperti api, dan mereka akan tidak memadamkannya, dengan membatasi penggunaan harta seseorang, ataupun dengan ramuan yang lain.”

“Yang lain apa?”

“Satu yang paling baik berikutnya, dan memiliki keberuntungan dari memaksa para warga untuk memandang kepada watak-watak mereka. Biarkan ada sebuah aturan umum bahwa setiap orang harus masuk ke dalam perjanjian-perjanjian suka-rela yang ditanggung sendiri, dan akan ada lebih sedikit dari pencarian uang yang memalukan ini, dan keburukan-keburukan yang kita bicarakan akan terkurangi di dalam Negara tersebut.”

“Ya, mereka akan secara besar terkurangi.”

“Para pemimpin yang kini, terbujuk oleh cara-cara yang aku telah sebutkan, memperlakukan rakyat mereka secara buruk; sementara mereka dan orang-orang yang dekat kepada mereka, terutama orang-orang muda dari tingkatan pemerintah, dibiasakan untuk menjalani kehidupan mewah dan berlawanan dengan pelatihan kedua-duanya badan dan pikiran. mereka tidak melakukan apa-apa, dan tidak mampu menahan kenikmatan ataupun sakit.”

“Benar.”

“Mereka sendiri hanya memedulikan mencari uang, dan sama tidak peduli sebagaimana orang melarat kepada perawatan kebaikan.”

“Ya, cukup tidak berbeda.”

“Semacam demikianlah keadaan hubungan-hubungan yang ada di antara mereka. Dan sering para pemimpin dan rakyat mereka mungkin datang di dalam jalan satu sama lain, di dalam peziarahan ataupun sebuah barisan, sebagai rekan tentara atau rekan pelaut. Ya, dan mereka mungkin mengamati tingkah-laku dari satu sama lain di saat bahaya. Karena saat ada bahaya, tidak ada kekhawatiran bahwa yang miskin akan diabaikan oleh yang kaya, dan sepertinya orang miskin yang terbakar matahari mungkin ditempatkan di dalam perang di sisi seorang kaya yang tidak pernah melatih ketangkasan dan ototnya. Ketika ia melihat seseorang semacam demikian sangat lelah, bagaimana ia bisa menghindar dari menyimpulkan bahwa orang-orang yang seperti ia hanya kaya karena tidak seorangpun yang memiliki keberanian untuk merampas dari mereka? Dan ketika mereka bertemu di dalam pribadi bukankah orang-orang akan saling mengatakan kepada satu sama lain, ‘Para tentara kita tidak terlalu bagus’?”

“Ya,” ia berkata, “aku cukup menyadari bahwa ini adalah jalan mereka berbicara.”

“Dan, sebagaimana di dalam badan yang sakit, penambahan sebuah sentuhan dari luar mugkin membawa penyakit, dan kadang-kadang bahkan ketika tidak ada hasutan dari luar sebuah kekacauan mungkin bangkit, di dalam hal yang sama saat ada kelemahan di dalam Negara ada juga penyakit, yang darinya hal-halnya mungkin sangat sepele, golongan yang satu memperkenalkan dari luar sekutu-sekutu oligarki mereka, yang lainnya sekutu-sekutu demokratis, dan kemudian Negara tersebut jatuh sakit, dan berperang dengan dirinya sendiri; dan mungkin di suatu waktu terburai, bahkan ketika tidak ada penyebab dari luar.”

“Ya, secara yakin.”

“Dan kemudian demokrasi datang ke dalam jadi, setelah yang miskin menaklukkan lawan-lawan mereka, membantai beberapa dan mengusir beberapa, sementara yang tersisa mereka berikan sebuah bagian setara dari kemerdekaan dan kekuatan. Ini adalah bentuk pemerintahan yang di dalamnya para jaksa secara umum dipilih oleh undian.”

“Ya,” ia berkata, “itu adalah alamiah demokrasi, jika revolusi telah dilakukan dengan senjata, atau rasa takut telah menyebabkan golongan yang berlawanan untuk pergi.”

“Dan sekarang apa cara hidup mereka, dan macam pemerintahan apakah mereka? untuk sebagaimana pemerintahan, demikianlah orangnya.”

“Secara jelas,” katanya.

“Pertama-tama, bukankah mereka merdeka, dan bukankah kota tersebut penuh oleh kemerdekaan dan keterusterangan? Seseorang diizikan mengatakan dan melakukan apapun yang ia suka?”

“Dikatakan demikian,” ia menjawab.

“Dan di mana ada kemerdekaan, perseorangan secara jelas mampu memerintah untuk dirinya sendiri sebagaimana yang ia sukai?”

“Secara jelas.”

“Semua macam keragaman manusia akan ada di dalam Negara semacam demikian lebih daripada di dalam Negara apapun?”

“Ya.”

“Ini, kemudian, tampak seperti sebagai yang paling indah dari Negara-negara, seperti jubah bersulam yang kerlap-kerlip dengan semua macam bunga. Dan sebagaimana para perempuan dan anak-anak berpikir sebuah keragaman warna sebagai hal yang paling memesona, sehingga ada banyak orang yang kepadanya Negara ini, yang kerlap-kerlip dengan cara-cara dan watak-watak manusia, tampak sebagai yang paling indah dari semua Negara.”

“Ya.”

“Ya, tuanku yang baik, dan ia adalah tempat terbaik untuk mencari sebuah pemerintahan.”

“Mengapa?”

“Karena kebebasan yang berkuasa di sana. Mereka memiliki sebuah konstitusi beragam yang lengkap. Ia yang memiliki pemikirann untuk mendirikan sebuah Negara, sebagaimana yang kita lakukan, harus pergi kepada demokrasi sebagaimana ia akan pergi ke pasar yang menjual mereka, dan memilih satu yang sesuai kepadanya. Kemudian, ketika ia telah memilih, ia mungkin mendirikan Negaranya.”

“Ia akan secara yakin,” ia berkata, “memiliki pola-pola yang cukup.”

“Dan tidak ada keperluan,” aku berkata, “untuk kamu memerintah di dalam Negara ini, bahkan jika kamu memiliki keahlian, atau untuk diperintah, kecuali kamu suka, atau pergi berperang ketika semua pergi, atau berdamai ketika yang lainnya berdamai, kecuali kamu sangat ingin, tidak ada keperluan juga untuk suatu hukum melarangmu memegang pengurusan atau menjadi seorang juri, jika kamu memiliki keyakinan. Bukankah jalan hidup semacam ini untuk saat tersebut adalah sangat menyenangkan?”

“Untuk saat tersebut, ya.”

“Dan bukankah rasa kemanusiaan mereka kepada yang terhukum, di dalam beberapa kejadian, cukup memesona? Tidakkah kamu mengamati bagaimana, di dalam sebuah demokrasi, banyak orang, walaupun mereka telah dijatuhi hukuman mati atau pengasingan, tetap tinggal dan berjalan berkeliling di dunia. Orang-orang berjalan seperti pahlawan, dan tidak ada yang melihat ataupun peduli?”

“Ya,” ia menjawab, “banyak orang.”

“Lihat juga,” aku berkata, “semangat memaafkan dari demokrasi, dan tidak peduli tentang hal-hal remeh, dan ketidakhormatan yang ia tunjukkan kepada semua ajaran baik yang kita terima secara khidmat di dasar Negara, sebagaimana ketika kita berkata bahwa, kecuali di dalam hal dari alamiah yang diberkati secara langka, akan tidak pernah ada orang baik yang tidak sejak masa kanak-kanaknya terbiasa bermain di tengah-tengah hal-hal yang indah dan menjadikan mereka kesukaan dan pembelajaran. Sangat secara besar ia menginjak-injak semua pemahaman baik dari milik kita ini di bawah kakinya, tidak pernah memberikan sebuah pemikiran kepada pengejaran-pengejaran yang menjadikan seorang Negarawan, dan menghormati siapapun yang mengaku sebagai teman rakyat.”

“Ya, semangat yang terhormat.”

“Hal-hal ini dan kekhasan-kekhasan lain yang berkerabat dengan ini adalah pantas kepada demokrasi, yang adalah sebuah bentuk yang memesona dari pemerintahan, penuh oleh keragaman dan kekacauan, dan mengaduk sebuah kesetaraan kepada yang setara dan yang tidak setara secara sama.”

“Kita cukup mengenalnya.”

“Pertimbangkan sekarang,” aku berkata, “apa cara dari manusia perseorangan, atau lebih pertimbangkan, sebagaimana di dalam kejadian dari Negara tersebut, bagaimana ia datang kepada jadi.”

“Sangat baik,” ia berkata.

“Bukankah ini adalah jalannya? Ayah yang kikir dan oligarkis memiliki anak, dan melatihnya di dalam kebiasaan-kebiasaannya?”

“Secara tepat.”

“Seperti ayahnya, ia menekan dengan paksaan kenikmatan-kenikmatan yang dari macam pengeluaran dan bukan pendapatan, mereka yang disebut sebagai tidak perlu?”

“Secara jelas.”

“Akankah kamu suka, demi kejelasan, untuk membedakan yang manakah kenikmatan-kenikmatan yang perlu dan yang manakah yang tidak perlu?”

“Aku harus.”

“Bukankah kenikmatan-kenikmatan yang perlu adalah mereka yang kita tidak bisa menghindar, dan yang pemuasannya adalah menguntungkan kepada kita? Dan mereka secara benar demikian, karena kita dibingkai oleh alam untuk mengingini kedua-duanya yang menguntungkan dan perlu, dan kita tidak berdaya. Bukankah demikian?”

“Benar.”

“Kita seharusnya benar menyebut mereka sebagai perlu?”

“Benar.”

“Dan gairah-gairah yang darinya seseorang mungkin menghindar, jika ia keras mencoba sejak masa mudanya, yang kehadiranya tidak melakukan kebaikan, dan di dalam beberapa kejadian kebalikan dari baik, bukankah kita harus benar di dalam mengatakan bahwa semua ini adalah tidak perlu?”

“Ya, tentu saja.”

“Kita akan memilih sebuah contoh dari masing-masing macam, supaya kita mungkin memiliki pemahaman umum dari mereka?”

“Sangat baik.”

“Bukankah keinginan makan, demi kesehatan dan kekuatan, dan selera kepada makanan dan bumbu yang sederhana, akan berada di tingkatan yang perlu?”

“Aku menganggap demikian.”

“Kenikmatan dari makan adalah perlu di dalam dua jalan. Ia melakukan kebaikan kepada kita dan penting untuk kelanjutan dari kehidupan?”

“Ya.”

“Tetapi rempah-rempah hanya perlu sejauh mereka baik untuk kebugaran?”

“Tentu saja.”

“Dan gairah-gairah yang melampaui ini mungkin secara benar disebut sebagai tidak perlu, yaitu makanan yang lebih lezat, atau kemewahan-kemewahan lain, yang mungkin secara umum dihindari jika dikendalikan dan dilatih di dalam masa muda, dan adalah bersifat menyakiti badan, dan menyakiti jiwa di dalam pengejaran kebijaksanaan dan kebaikan?”

“Benar.”

“Bukankah kita mungkin mengatakan bahwa gairah-gairah ini menghabiskan, dan bahwa yang lainnya menghasilkan uang karena mereka menyebabkan perhasilan?”

“Tentu saja.”

“Dan sama dengan kenikmatan-kenikmatan dari cinta, dan semua kenikmatan yang lain?”

“Benar.”

“Dan lebah jantan yang kita bicarakan adalah ia yang berpenuh-penuh di dalam kenikmatan-kenikmatan dan gairah-gairah dari macam ini, dan adalah budak dari gairah-gairah yang tidak perlu, sementara ia yang patuh hanya kepada yang perlu adalah yang kikir dan oligarkis?”

“Benar.”

“Lagi, biarkan kita melihat bagaimana orang yang demokratis tumbuh dari yang oligarkis: menurutku ia biasanya di dalam jalan ini.”

“Bagaimana?”

“Ketika seorang muda yang dibesarkan sebagaimana kita baru saja gambarkan, di dalam sebuah jalan yang kasar dan pelit, merasai madu lebah jantan dan berhubungan dengan alamiah-alamiah yang hangat dan ahli yang mampu menyediakan untuknya semua macam dan ragam dari kenikmatan. Kemudian, sebagaimana kamu mungkin membayangkan, akan bermula perubahan ajaran oligarkis di dalam diriya ke dalam yang demokratis?”

“Tidak bisa terelakkan.”

“Dan sebagaimana di dalam kota yang menyerupai menolong yang menyerupai, revolusi terjadi dengan sebuah persekutuan dari luar membantu satu bagian dari para warga, demikian juga orang muda tersebut terubah oleh sebuah tingkatan dari gairah-gairah yang datang dari luar untuk membantu gairah-gairah yang ada di dalam dirinya, lagi hal yang serupa menolong hal yang adalah berkerabat dan serupa?”

“Tentu saja.”

“Dan sekutu lawan yang membantu ajaran oligarki di dalam dirinya, pengaruh dari ayahnya atau dari kerabatnya yang lain, menasihati atau memarahinya, kemudian di sana bangkit di dalam jiwanya sebuah faksi dan sebuah faksi yang berlawanan, dan ia berperang dengan dirinya sendiri.”

“Ia harus demikian.”

“Dan ada saat-saat ketika ajaran demokratis menyerah kepada yang oligarkis, dan beberapa dari gairah-gairahnya mati, dan yang lainnya terbuang. Sebuah semangat penghormatan masuk ke dalam jiwa orang muda tersebut, dan aturan dikembalikan.”

“Ya,” ia berkata, “itu kadang-kadang terjadi.”

“Dan kemudian, lagi, setelah gairah-gairah yang lama telah diusir, satu yang segar memancar, yang adalah berkerabat kepada mereka, dan karena sang ayah tidak mengetahui bagaimana untuk mendidik mereka, dan bertambah besar dan banyak.”

“Ya,” ia berkata, “itu sesuai sebagai jalannya.”

“Mereka mendorongnya kepada teman-temannya yang lama, dan mengadakan hubungan rahasia dengan mereka, beranak dan berlipat-ganda di dalam dirinya.”

“Benar.”

“Akhirnya mereka menguasai benteng dari jiwa orang muda tersebut, yang mereka dapati kosong dari semua pemenuhan dan pengejaran-pengejaran yang indah dan kata-kata yang benar, dan adalah yang terbaik para penjaga dan para pengawal dan para penjaga mereka yang tinggal di dalam pikiran-pikiran orang-orang yang tersayang kepada para dewa.”

“Tidak ada yang lebih baik.”

“Frasa-frasa bualan yang congkak dan salah, naik dan mengambil tempat mereka.”

“Mereka pasti melakukan demikian.”

“Dan sehingga orang muda tersebut kembali ke desa para pemakan belalang, dan tinggal di sana di hadapan orang-orang; dan jika ada pertolongan yang dikirimkan oleh teman-temannya kepada bagian oligarkis darinya, bualan sia-sia yang dulu disebutkan akan menutup gerbang dari kubu sang raja. Mereka akan tidak membiarkan duta tersebut masuk, dan akan tidak membiarkan penonton untuk mendengarkan nasihat dari teman lama. Ada sebuah pertempuran dan mereka menang di hari tersebut, dan kemudian kesederhanaan, yang mereka sebut sebagai kebodohan, didorong secara kejam ke dalam pengasingan oleh mereka, dan kesahajaan, yang mereka sebut sebagai tidak laki-laki, diinjak-injak di dalam lumpur dan dibuang. Mereka membuat yakin orang-orang bahwa kesederhanaan dan pengeluaran yang teratur adalah kekasaran dan keburukan, sehingga dengan bantuan dari sebuah gerombolan selera-selera buruk, mereka mengusir mereka keluar dari perbatasan.”

“Ya, dengan sebuah keinginan.”

“Dan ketika mereka telah mengosongkan dan membilas bersih jiwa yang sekarang mereka kuasai dan duduki, dan ia yang dikukuhkan oleh mereka di dalam misteri-misteri besar, kemudian mereka membawa pulang dari pengasingan angkara dan anarki dan pemborosan dan kelancangan di dalam barisan besar dengan garland di kepala-kepala mereka, dan sejumlah besar teman bersama mereka, menyanyikan himne dan memanggil mereka dengan nama-nama yang manis. Angkara mereka sebut sebagai melahirkan, dan anarki kebebasan, dan pemborosan kemegahan, dan kelancangan keberanian. Sehingga orang muda tersebut keluar dari alamiahnya yang asli, yang telah dilatih di dalam sekolah keperluan, ke dalam kemerdekaan dan paham kebebasan dari gairah-gairah yang tidak berguna dan tidak perlu.”

“Ya,” ia berkata, “perubahan di dalam dirinya cukup bisa dilihat.”

“Di dalam cara ini ia hidup, membelanjakan uangnya dan kerja keras dan waktu di kenikmatan-kenikmatan yang tidak perlu cukup sebanyak yang perlu. Tetapi ia beruntung, dan tidak terlalu jauh kacau di dalam wataknya, ketika bertahun-tahun telah berlalu, dan kegemilangan dari gairah berakhir, bahwa ia kemudian menerima kembali ke dalam kota suatu bagian dari kebaikan-kebaikan yang dulu diasingkan, dan dulu tidak secara keseluruhan menyerahkan dirinya kepada para pengganti mereka. Di dalam kejadian itu ia menyeimbangkan kenikmatan-kenikmatannya dan hidup di dalam semacam sebuah kesetimbangan, meletakkan pemerintahan dari dirinya sendiri ke dalam tangan dari satu yang datang pertama dan memenangi giliran; dan ketika ia mendapatkan cukup dari itu, kemudian ke dalam tangan dari yang lainnya. Ia tidak mengabaikan satupun tetapi membesarkan mereka semuanya secara setara.”

“Benar,” katanya.

“Juga tidak ia menerima atau membiarkan masuk ke dalam benteng apapun perkataan nasihat yang benar. Jika siapapun mengatakan kepadanya bahwa beberapa kenikmatan adalah pemuasan dari gairah-gairah yang baik dan terhormat, dan yang lainnya dari gairah-gairah yang buruk, dan bahwa ia harus menggunakan dan menghormati beberapa dan menghukum dan meguasai yang lainnya, kapanpun ini diucapkan kepadanya ia menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa mereka semua serupa, dan bahwa satu adalah sebaik yang lainnya.”

“Ya,” ia berkata, “itu adalah jalan tersebut dengannya.”

“Ya,” aku berkata, “ia hidup dari hari ke hari menuruti selera dari masa tersebut. Kadang-kadang ia tertelan di dalam minum dan nada-nada dari flute; kemudian ia menjadi seorang peminum air, dan mencoba untuk menjadi kurus, kemudian ia berbalik kepada senam. Kadang-kadang ia menganggur dan mengabaikan semua hal, kemudian sekali lagi menjalani kehidupan seorang filsuf. Sering ia sibuk dengan politik, dan melangkahkan kaki dan mengatakan dan melakukan apapun yang datang ke dalam kepalanya. Dan jika ia ingin menyamai siapapun yang adalah tentara, ia pergi ke arah tersebut, atau orang-orang yang sibuk, sekali lagi di dalam itu. Hidupnya tidak berhukum juga tidak beraturan, dan kekacauan ini ia sebut sebagai kegembiraan dan kebahagiaan dan kemerdekaan, dan demikianlah ia melanjutkan.”

“Ya,” ia menjawab, “ia seluruhnya kebebasan dan kesetaraan.”

“Ya,” aku berkata, “hidupnya bermacam-macam dan berwarna-warni dan sebuah contoh dari kehidupan orang banyak. Ia menjawab kepada Negara yang kita gambarkan sebagai indah dan kerlap-kerlip. Dan banyak laki-laki dan banyak perempuan akan mengambilnya sebagai pola mereka, dan banyak konstitusi dan banyak contoh cara terkandung di dalam dirinya.”

“Persis demikian.”

“Biarkan ia kemudian dipasang terhadap demokrasi. Ia mungkin secara benar disebut sebagai orang yang demokratis.”

“Biarkan itu sebagai tempatnya,” ia berkata.

“Terakhir datanglah yang paling indah dari semuanya, orang dan Negara serupa, tirani dan tiran, ini kita sekarang akan pertimbangkan.”

“Benar,” katanya.

“Katakanlah kemudian, temanku, di dalam cara apa tirani bangkit? Terbukti bahwa ia memiliki asal demokratis.”

“Secara jelas.”

“Dan bukankah tirani lahir dari demokrasi di dalam cara yang sama sebagaimana demokrasi dari oligarki maksudku, mengikuti sebuah cara?”

“Bagaimana?”

“Kebaikan yang oligarki ajukan untuk ia sendiri dan cara-cara yang dengannya ia terjaga adalah kelebihan dari kekayaan. Bukankah aku benar?”

“Ya.”

“Dan gairah yang tidak bisa terpuaskan dari kekayaan dan pengabaian semua hal lain demi uang adalah juga keruntuhan dari oligarki?”

“Benar.”

“Dan perhatian demokrasi, yang dianggapnya sebagai kebaikan, adalah juga yang membuatnya terburai?”

“Kebaikan apa?”

“Kemerdekaan,” aku menjawab, “yang, sebagaimana mereka katakan kepadamu di dalam sebuah demokrasi, adalah kemenangan dari Negara, dan bahwa karena itu di dalam demokrasi saja alamiah orang merdeka akan berkenan tinggal.”

“Ya. Perkataan tersebut diucapkan di mana-mana.”

“Sebagaimana aku sedang mengamati, bukankah berlebihan dan rakus terhadap ini, dan pengabaian semua hal lain, memperkenalkan perubahan di dalam demokrasi, yang menyebabkan sebuah permintaan untuk tirani?”

“Bagimana demikian?”

“Ketika sebuah kota demokratis yang haus kemerdekaan memiliki para pembawa piala yang jahat untuk para pemimpinnya, dan sangat mabuk dari anggur kuat tersebut, kemudian jika para pemimpinnya tidak sangat menerima dan memberikan sebuah kebebasan, ia memanggil mereka untuk menilai dan menghukum mereka, dan mengatakan bahwa mereka adalah para oligarki yang terkutuk.”

“Ya,” ia menjawab, “sebuah kejadian yang sangat umum.”

“Ya,” aku berkata, “dan para warga yang setia dicercanya sebagai para budak dan orang-orang yang tidak berharga; ia memuji dan menghormati, di dalam pribadi dan khalayak, para pemimpin yang seperti rakyat dan rakyat yang seperti para pemimpin. Bukankah di dalam sebuah Negara semacam demikian, semangat kebebasan sangat memanjang ke mana-mana?”

“Tentu saja.”

“Sedikit demi sedikit anarki ini memasuki rumah-rumah pribadi, dan berujung dengan sampai di antara para binatang dan merasuki mereka.”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku bahwa ayah menjadi terbiasa turun kepada tingkatan anak-anaknya dan takut kepada mereka, dan anak di tingkatan yang sama dengan ayahnya, ia tidak memiliki penghormatan atau pentaziman kepada orang-tuanya; dan inilah kemerdekaannya, dan warga asing setara dengan warga dan warga dengan warga asing, dan orang asing juga sebaik salah satu dari mereka.”

“Ya,” ia berkata, “itu adalah jalannya.”

“Dan keburukan-keburukan bukan hanya ini,” aku berkata “ada juga beberapa yang lebih kecil. Di dalam sebuah keadaan masyarakat yang demikian, guru takut dan memuji murid-muridnya, dan murid-murid mengabaikan guru-guru dan pembimbing-pembimbing mereka. Muda dan tua semuanya serupa; dan orang muda di sebuah tingkatan bersama yang tua, dan bersiap bertanding dengannya di dalam perkataan ataupun perbuatan, dan orang-orang tua berkenan merendahkan diri kepada yang muda dan penuh oleh kemakluman dan kegembiraan; mereka enggan dianggap sebagai pemurung dan suka memberi perintah, dan karena itu mereka mengambil cara-cara orang muda.”

“Cukup benar,” katanya.

“Terakhir yang paling luar biasa dari kebebasan adalah ketika budak belian, laki-laki ataupun perempuan, sebebas orang yang membelinya. Tidak juga aku harus melupakan kebebasan dan kesetaraan dari dua jenis kelamin di dalam hubungan kepada satu sama lain.”

“Mengapa tidak sebagaimana kata Aeschylus, mengucapkan apapun yang menaiki bibir kita?”

“Itulah yang aku sedang lakukan,” aku menjawab; dan aku harus menambahkan bahwa tidak seorangpun yang tidak mengetahui akan memercayai, betapa sangat besar kebebasan yang dimiliki oleh para binatang di bawah kerajaan manusia di dalam sebuah demokrasi daripada di dalam manapun Negara yang lain. Benar-benar, anjing betina, sebagaimana kata peri bahasa, adalah sebaik majikannya perempuan, kuda-kuda dan keledai-keledai beriringan dengan semua kemerdekaan dan harga diri; dan mereka akan berlari kepada siapapun yang menghalangi jalan yang mereka lalui jika tidak mengosongkan jalan untuk mereka: dan semua hal bersiap untuk meletup bersama kebebasan.”

“Ketika aku berjalan di desa,” ia berkata, “aku sering mengalami hal yang kamu gambarkan. Kamu dan aku telah memimpikan hal yang sama.”

“Dan di atas semuanya,” aku berkata, “dan sebagai hasil dari semuanya, lihatlah betapa warga menjadi perasa. Sehingga terluka di sentuhan yang paling kecil dari pihak yang berwenang dan akhirnya, sebagaimana kamu mengetahui, mereka bahkan berhenti memedulikan hukum, tertulis ataupun tidak tertulis. Akan tidak ada siapapun di atas mereka.”

“Ya,” ia berkata, “aku mengetahuinya secara sangat baik.”

“Semacam demikianlah, temanku, akar yang kokoh dan kuat, yang darinya tirani bertunas.”

“Bertenaga memang,” ia berkata. “Tetapi apa langkah selanjutnya?”

“Kehancuran dari oligarki adalah kehancuran dari demokrasi. Penyakit yang sama terbesarkan dan terhebatkan oleh kebebasan yang sangat menguasai demokrasi. Kebenarannya, kelebihan yang meningkat dari apapun sering menyebabkan kekuatan yang berlawanan. Kejadian ini bukan hanya di dalam musim dan di dalam tumbuh-tumbuhan dan tubuh-tubuh binatang, tetapi di atas semuanya di dalam bentuk-bentuk pemerintahan.”

“Mungkin.”

“Kelebihan kebebasan, di dalam Negara-negara ataupun perseorangan, tampak hanya menuju ke dalam kelebihan perbudakan.”

“Ya, aturan alamiah.”

“Sehingga tirani secara alamiah bangkit keluar dari demokrasi; bentuk yang paling menyakiti dari tirani dan perbudakan keluar dari bentuk yang paling merdeka?”

“Sebagaimana kita mungkin harapkan.”

“Itu, bagaimanapun, menurutku, bukanlah pertanyaanmu. Kamu lebih ingin mengetahui apa kekacauan yang mirip yang bangkit di dalam oligarki dan demokrasi, dan adalah keruntuhan dari kedua-duanya?”

“Tepat demikian,” ia menjawab.

“Baik,” aku berkata, “menurutku adalah tingkatan para pemboros yang menganggur, yang darinya yang lebih berani adalah para pemimpin dan yang lebih takut adalah para pengikut, sama dengan yang kita bandingkan kepada lebah-lebah jantan, beberapa tidak bersengat, dan yang lainnya memiliki sengat.”

“Sebuah perbandingan yang sangat adil.”

“Dua tingkatan ini adalah wabah dari semua kota yang di dalamnya mereka dibangkitkan, seperti dahak dan air empedu di dalam badan. Dokter dan pemberi hukum yang baik dari Negara harus seperti petani lebah yang bijaksana, terutama menjaga mereka tetap jauh, dan mencegah mereka kembali. Jika mereka bagaimanapun menemukan sebuah jalan kembali, kemudian ia harus menguasai mereka dan bilik-bilik mereka dipotong secepat mungkin.”

“Ya, demi Zeus, harus begitu,” ia berkata.

“Kita akan membawa ke dalam jalan ini, supaya kita mungkin melihat secara jelas apa yang kita sekarang lakukan.”

“Bagaimana?”

“Biarkan kita membayangkan demokrasi terbagi, sebagaimana ia memang demikian, ke dalam tiga tingkatan, karena kemerdekaan menciptakan lebih banyak lebah jantan di dalam Negara demokratis daripada di dalam yang oligarkis.”

“Itu adalah benar.”

“Dan di dalam demokrasi mereka jelas lebih terhebatkan.”

“Bagaimana demikian?”

“Tetapi jauh lebih ganas di dalam Negara ini.”

“Bagaimana bisa?”

“Karena di dalam Negara oligarkis mereka dibatalkan dan diusir dari pengurusan, dan karena itu mereka tidak bisa melatih atau mengumpulkan kekuatan. Sementara di dalam sebuah demokrasi, mereka hampir dari keseluruhan kekuatan yang memerintah, dan sementara macam yang lebih tekun berbicara dan bertindak, yang lainnya mendengung di sekitar pembicara dan tidak membiarkan penolakan. Sehingga di dalam demokrasi hampir semua hal diatur oleh para lebah jantan.”

“Benar,” katanya.

“Kemudian ada sebuah tingkatan lain yang selalu paling kuat dari kerumunan.”

“Apa?”

“Ketika semua mengejar kekayaan, alamiah yang teratur dan kikir secara yakin menjadi yang paling kaya.”

“Secara alamiah demikian.”

“Mereka adalah orang-orang yang paling bisa diperah dan memberikan jumlah madu yang paling besar kepada para lebah jantan.”

“Mengapa,” ia berkata, “sedikit yang bisa diperah dari orang-orang yang memiliki sedikit.”

“Dan ini disebut sebagai tingkatan kaya, dan para lebah jantan makan dari mereka.”

“Sepertinya demikian,” katanya.

“Rakyat adalah tingkatan ke tiga, terdiri dari mereka yang bekerja dengan tangan mereka sendiri. Mereka bukan politisi, dan tidak banyak memiliki penghidupan. Ini, ketika berumpul, adalah tingkatan yang terbesar dan yang paling kuat di dalam sebuah demokrasi.”

“Benar,” ia berkata, “tetapi mereka tidak berkumpul kecuali mendapatkan juga sedikit madu.”

“Dan apakah mereka tidak berbagi?” Aku berkata. “Bukankah para pemimpin mereka menghalau yang kaya dari harta mereka dan membagikannya di antara rakyat, di saat yang sama berupaya menyimpan bagian singa untuk diri mereka sendiri?”

“Mengapa, ya,” ia berkata, “berbagi di dalam arti demikian.”

“Dan orang-orang yang hartanya diambil dari mereka dipaksa untuk membela diri mereka sendiri di hadapan rakyat sebaik yang mereka bisa?”

“Apa yang lain bisa mereka lakukan?”

“Dan kemudian, tuduhan dijatuhkan terhadap mereka oleh golongan lain, walaupun mereka mungkin tidak merencanakan revolusi, dikatakan bahwa mereka berkomplot melawan rakyat dan menjadi teman-teman dari orang-orang oligarki?”

“Benar.”

“Akhirnya ketika mereka melihat rakyat, bukan dari keinginan mereka sendiri, tetapi melalui salah penafsiran, dan karena mereka tertipu oleh para pelapor yang berusaha membuat mereka melakukan kesalahan, kemudian mereka dipaksa menjadi benar-benar oligarkis. Mereka tidak berharap menjadi demikian, tetapi disulut oleh sengat dari para lebah jantan.”

“Itu adalah secara tepat benar.”

“Kemudian datang pendakwaann-pendakwaan dan penghakiman-penghakiman dan persidangan-persidangan dari satu sama lain.”

“Benar.”

“Kemudian rakyat selalu memiliki juara dan pelindung yang mereka usung dan yang mereka asuh ke dalam kebesaran.”

“Ya, itu adalah jalan mereka.”

“Jelaslah ini,” kataku, “bahwa ketika seorang tiran muncul ia bertunas dari sebuah akar pelindung dan bukan dari yang lain.”

“Ya, itu adalah cukup jelas.”

“Bagaimana kemudian seorang pelindung mulai berubah ke dalam seorag tiran? Secara jelas ketika ia melakukan apa yang orang dikatakan lakukan di dalam kisah dari kuil Zeus Lycaea di Arcadia.”

“Kisah apa?”

“Bahwa ia yang telah merasakan jeroan dari satu korban manusia yang dicincang dengan jeroan dari korban-korban yang lain, akhirnya berubah menjadi seekor serigala. Apakah kamu tidak pernah mendengarnya?”

“Oh, ya.”

“Dan pelindung rakyat adalah seperti ia. Ia memiliki sebuah kerumunan yang patuh, ia tidak mampu menahan diri dari menumpahkan darah suku, dengan cara yang paling disukai dari tuduhan palsu ia membawa mereka ke dalam persidangan dan membunuhi mereka, menghilangkan hidup manusia, dan dengan lidah dan bibir yang tidak suci merasai darah dari rekan warganya. Beberapa ia bunuh dan yang lainnya ia buang, di saat yang sama menunjuk kepada penghapusan hutang-hutang dan pembagian lahan-lahan. Setelah ini, apa yang akan menjadi takdirnya? Bukankah ia harus binasa di tangan-tangan para musuhnya, atau dari seorang manusia menjadi seekor serigala, yaitu, seorang tiran?”

“Secara tidak bisa terelakkan.”

“Ia,” aku berkata, “adalah yang memulai membuat perlawanan terhadap orang-orang kaya?”

“Sama.”

“Setelah beberapa lama ia diusir, tetapi datang kembali, lain dari para musuhnya, sebagai seorang tiran yang telah tumbuh penuh?”

“Itu adalah jelas.”

“Dan jika mereka tidak mampu menghalaunya, atau menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan memfitnahnya kepada khalayak, mereka berkomplot untuk membunuhnya secara diam-diam.”

“Ya,” ia berkata, “itu adalah cara mereka yang biasa.”

“Kemudian mereka yang telah tiba di tahapan ini mengeluarkan surat permohonan yang terkenal dari tiran; meminta dari rakyat seorang pengawal demi keselamatan kota mereka, untuk teman dari demokrasi.”

“Secara tepat.”

“Rakyat bersedia menerima. Mereka takut kepadanya, tidak memikirkan diri mereka sendiri.”

“Sangat benar.”

“Dan ketika seseorang yang kaya dan juga musuh dari rakyat melihat ini, kemudian, temanku, sebagaimana oracle katakan kepada Croesus, Melalui pantai Hermus ia berlari dan tidak beristirahat dan tidak malu menjadi pengecut.”

“Dan cukup benar juga,” kata ia, “untuk jika ia melakukan, ia akan tidak pernah malu lagi.”

“Tetapi jika ia tertangkap ia mati.”

“Tentu saja.”

“Dan sang pelindung yang kita bicarakan tidak bersujud, perkasa dengan ranting pelontar jauh, di dalam lemparan gaya Homer, tetapi menumbangkan menara-menara dari banyak orang lain, ia berdiri di dalam kereta Negara dengan kendali di dalam tangannya, bukan lagi pelindung, tetapi tiran mutlak.”

“Tidak ragu,” katanya.

“Dan sekarang biarkan kita mempertimbangkan kebahagiaan dari orang tersebut, dan juga Negara yang di dalamnya makhluk semacamnya dibangkitkan.”

“Ya,” ia berkata, “biarkan kita mempertimbangkan itu.”

“Di masa-masa awal dari kekuatannya, ia penuh senyum dan menyalami setiap orang yang ia temui. Ia tiran masa depan, yang membuat janji-janji di dalam umum dan juga di dalam pribadi. Membebaskan para penghutang, dan membagikan lahan kepada rakyat dan para pengikutnya, dan akan menjadi sangat murah hati dan baik kepada setiap orang.”

“Tentu saja,” katanya.

“Tetapi ketika ia mengalahkan beberapa yang ia dahulu asingkan dengan penaklukan atau perjanjian, dan tidak ada yang perlu ditakutkan dari mereka, kemudian ia selalu memulai suatu perang atau yang lain, supaya rakyat selalu membutuhkan seorang pemimpin.”

“Yakin demikian.”

“Mereka dimiskinkan oleh pembayaran pajak peperangan, supaya mereka mengerjakan urusan mereka sendiri, sehingga lebih kurang mungkin untuk berkomplot melawannya?”

“Secara jelas.”

“Dan jika ia mencurigai orang-orang yang memiliki pemikiran kemerdekaan dan perlawanan terhadap kewenangannya, ia akan memiliki sebuah dalih yang baik untuk menghancurkan mereka dengan memaparkan mereka kepada musuh. Untuk semua alasan ini tiran harus selalu menyulut perang.”

“Ia harus.”

“Dengan sikap semacam demikian, ia mulai dikenal buruk.”

“Sebuah hasil yang perlu.”

“Kemudian beberapa dari mereka yang dulu bergabung menaikkannya, dan yang berbagi di dalam kekuatannya, menyuarakan ketidaksetujuan mereka, mereka menjadi lantang kepadanya dan kepada satu sama lain, dan lebih berani mereka memasangkan di giginya apa yang telah dilakukan.”

“Ya, itu mungkin diharapkan.”

“Dan sang tiran, jika ia ingin memerintah, harus menghalau mereka. Ia tidak bisa berhenti sementara ia memiliki seorang teman atau musuh yang memiliki kemampuan.”

“Ia tidak bisa.”

“Dan karena itu ia harus mengawasi dan melihat siapa yang gagah berani, yang berpikir tinggi, yang bijaksana, yang kaya. Orang yang berbahagia, ia adalah musuh dari mereka semua, dan harus mencari kesempatan melawan mereka ia ingin ataupun tidak, sampai ia telah membuat sebuah pemotongan dari Negara.”

“Ya,” ia berkata, “dan sebuah pemotongan yang langka.”

“Ya,” aku berkata, “bukan macam pemotongan yang para dokter lakukan kepada badan; karena mereka mengambil bagian yang lebih buruk dan membiarkan bagian yang lebih baik, tetapi ia melakukan sebaliknya.”

“Jika ia hendak memerintah, menurutku ia harus demikian.”

“Pilihan yang terberkati,” aku berkata, “terpaksa tinggal hanya dengan banyak yang buruk, dan dibenci oleh mereka semuanya, atau tidak hidup sama sekali.”

“Ya, itu adalah pilihannya.”

“Dan semakin menjijikkan tindakan-tindakannya kepada para warga, semakin banyak pengawal dan semakin besar pengabdian yang ia perlukan?”

“Tentu saja.”

“Dan siapa kumpulan pengikut tersebut, dan di mana ia akan mendapatkan mereka?”

“Mereka akan terbang berbondong-bondong kepadanya,” ia berkata, “dari keinginan mereka sendiri, jika ia membayar mereka.”

“Para lebah jantan, demi anjing,” aku berkata, “yang kamu maksudkan, pegawai yang asing dan bermacam-macam.”

“Benar,” katanya.

“Tetapi bukankah ia akan ingin menangkap mereka di tempat?”

“Bagaimana maksudmu?”

“Ia akan mengambil budak-budak warga. Ia akan kemudian membebaskan mereka dan menugaskan mereka sebagai penjaga.”

“Yakin demikian,” ia berkata, “dan ia akan bisa paling baik memercayai mereka semuanya.”

“Sangat terberkati,” aku berkata, “urusan tiran ini. Ia memiliki orang-orang terpercaya dan teman-teman ini  setelah menghukum mati yang lainnya.”

“Ya,” ia berkata, “mereka cukup dari macam ini.”

“Ya,” aku berkata, “dan mereka ini adalah para warga yang ia panggil ke dalam keberadaan, yang memujanya dan adalah teman-temannya, sementara yang baik membenci dan menghindarinya.”

“Tentu saja.”

“Benar-benar, tragedi adalah sebuah hal yang bijaksana dan Euripides adalah seorang yang besar penulis tragedi.”

“Mengapa demikian?”

“Mengapa, karena di antara ucapan-ucapan dari pemikiran yang subur, ia berkata, Para tiran bijaksana dengan hidup bersama yang bijaksana. Ia secara jelas bermaksud mengatakan bahwa ada yang bijaksana yang tiran jadikan teman.”

“Ya,” ia berkata, “dan ia juga memuji tirani sebagai serupa dewa; dan banyak hal lain dari macam yang sama dikatakan olehnya dan oleh para penyair yang lain.”

“Dan karena itu,” aku berkata, “para penyair tragedi yang orang-orang bijaksana akan memaafkan kita dan siapapun yang lainnya yang hidup mengikuti cara kita jika kita tidak menerima mereka ke dalam Negara kita, karena mereka adalah penyenandung pujian tirani.”

“Ya,” ia berkata, “pikiran-pikiran waras di antara mereka akan tidak ragu memaafkan kita.”

“Tetapi mereka akan tetap pergi kepada kota-kota yang lain dan menarik kerumunan, dan menjual suara indah dan lantang dan membujuk. Menarik kota-kota kepada tirani dan demokrasi.”

“Benar.”

“Terlebih lagi, mereka dibayar untuk ini dan menerima penghormatan-penghormatan yang terbesar, sebagaimana mungkin diharapkan, dari para tiran, dan yang selanjutnya yang paling besar dari demokrasi. Tetapi semakin tinggi mereka mendaki bukit konstitusi kita, semakin nama baik mereka jatuh, dan tampak tidak mampu bernafas untuk melanjutkan lebih jauh.”

“Benar.”

“Tetapi kita melenceng dari pokok pembahasan. Biarkan kita kembali dan mencari bagaimana sang tiran menjaga tentaranya yang indah dan banyak dan tidak berubah.”

“Jika,” ia berkata, “ada harta keramat di dalam kota, ia akan menyita dan membelanjakannya, dan sejauh keberuntungan-keberuntungan dari orang-orang yang ia rampas mungkin mencukupi, ia akan mampu mengecilkan pajak-pajak yang ia bebankan kepada rakyat.”

“Dan ketika ini gagal?”

“Mengapa, secara jelas,” ia berkata, “kemudian ia dan teman-temannya yang terberkati, laki-laki ataupun perempuan, akan bertahan dengan harta ayahnya.”

“Kamu bermaksud mengatakan bahwa rakyat, yang darinya ia mendapatkan keberadaannya, akan menjaganya dan teman-temannya?”

“Ya,” ia berkata, “mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri.”

“Tetapi apa jika rakyat menjadi marah, dan mengatakan dengan tegas bahwa seorang anak yang dewasa harus tidak didukung oleh ayahnya, tetapi ayah harus didukung oleh sang anak? Sang ayah tidak membawanya kepada keberadaan, atau memasangnya di dalam kehidupan, supaya ketika anaknya dewasa dirinya sendiri menjadi pelayan dari para pengawalnya sendiri dan harus mendukung ia dan budak-budak dan temannya yang jelata; tetapi supaya anaknya melindunginya, dan bahwa dengan pertolongannya ia mungkin dimerdekakan dari pemerintahan orang kaya, yang disebut sebagai tingkatan yang lebih baik. Sehingga ia meminta ia dan teman-temannya berangkat, seperti ayah yang lain mungkin mengusir dari rumah seorang anak pemberontak dan teman-temannya yang tidak diharapkan.”

“Demi Zeus,” ia berkata, “kemudian rakyat akan mempelajari harganya, dan menemukan monster apa yang ia besarkan di dalam perutnya. Ketika ia ingin mengusirnya, dan bahwa ia yang lemah mencoba mengusir yang kuat.”

“Mengapa, kamu tidak bermaksud mengatakan bahwa sang tiran akan menggunakan kekerasan? Apa! Memukul ayahnya jika ia melawannya?”

“Ya, ia akan melakukannya, setelah pertama-tama melucuti senjatanya.”

“Kemudian ia adalah seorang pembunuh orang tua, dan seorang pengasuh yang kejam dari orang-tua yang berusia lanjut. Inilah tirani sejati, tentangnya tidak bisa lagi ada kesalahan: sebagaimana kata peribahasa, rakyat mencoba membebaskan diri dari asap penerimaan kemerdekaan, sehingga melompat ke dalam api perbudakan kepada para budak. Demikianlah kebebasan, keluar dari semua aturan dan alasan, masuk ke dalam bentuk perbudakan yang paling kasar dan paling pahit.”

“Benar,” katanya.

“Sangat baik, dan bukankah kita mungkin secara benar mengatakan bahwa kita telah secara cukup membicarakan alamiah dari tirani, dan cara perubahan dari demokrasi kepada tirani?”

“Ya, agak cukup,” ia berkata.

Akhir Republik Buku 8.

No comments:

Post a Comment