Tentang hal-hal yang kamu
minta untuk diberitahukan, aku percaya bahwa aku bukan kurang siap dengan
sebuah jawaban. Karena satu hari sebelum kemarin, aku datang dari rumahku di
Phalerum ke kota, dan seorang temanku, yang melihatku dari belakang, memanggil
dengan riang di kejauhan, berkata: Apollodorus, Wahai kamu laki-laki Phaleria, berhenti! Sehingga aku
melakukan sebagaimana aku diminta, dan kemudian ia berkata, Aku tadi mencarimu,
Apollodorus, hanya sekarang, bahwa aku mungkin menanyaimu tentang perjamuan
yang mengumpulkan bersama-sama Agathon dan Socrates dan Alcibiades dan seluruh
yang hadir dan pidato-pidato yang mereka bawakan tentang Cinta. Phoenix, anak
Philip, memberitahukan orang yang memberitahukan kepadaku tentang mereka;
cerita ia sangat kurang jelas, tetapi ia berkata bahwa kamu mengetahui, dan aku
berharap kamu akan memberiku sebuah kisah tentang mereka. Siapa, jika bukan kamu,
yang harus menjadi pelapor kata-kata temanmu? Dan pertama katakan kepadaku, ia
berkata, apakah kamu hadir di pertemuan ini?
Mengapa, ya, ia menjawab, aku berpikir
demikian.
Tidak mungkin. Apakah kamu tidak mengetahui
bahwa selama bertahun-tahun Agathon tidak tinggal di Athena; dan bukan tiga
telah berlalu sejak aku berteman dengan Socrates, dan telah menjadikan urusanku
setiap hari untuk mengetahui semua apa yang ia katakan atau lakukan. Sebelum
saat itu, aku berlari kepada dunia, menyangka diriku bekerja baik, tetapi aku
benar-benar makhluk malang, tidak lebih baik daripada kamu saat ini. Aku
menyangka bahwa aku harus melakukan apapun daripada menjadi filsuf.
Baik, ia berkata, bercanda, kemudian katakan
kepadaku kapan pertemuan tersebut berlangsung.
Di masa remaja kita, aku menjawab, ketika
Agathon memenangi hadiah dari tragedi pertama ia, di hari setelah hari ketika
ia dan paduan suaranya memberikan persembahan kemenangan.
Kemudian ia haruslah telah lama, ia berkata;
dan siapa yang memberitahukan kepadamu—apakah Socrates?
Sebenarnya bukan, aku menjawab, tetapi orang
yang sama yang memberitahukan Phoenix;— ia
adalah laki-laki kecil, yang tidak pernah mengenakan sepatu, Aristodemus, dari deme Cydathenaeum. Ia hadir di perayaan
Agathon; dan aku berpikir bahwa di masa itu tidak ada orang yang memuja
Socrates yang lebih menyerahkan diri. Terlebih, aku telah menanyai Socrates
tentang kebenaran dari beberapa bagian kisah ia, dan ia membenarkan mereka. Kemudian,
Glaucon berkata, biarkan kita mengulang kisah tersebut lagi; bukankah jalan
Athena dibuat hanya untuk percakapan? Dan kemudian kita berjalan, dan membicarakan
percakapan-percakapan tentang cinta; dan karena itu, sebagaimana aku katakan
pertama, aku bukan tidak siap untuk memenuhi permintaanmu, dan akan melakukan
pengulangan lain dari mereka jika kamu suka. Karena untuk berbicara atau
mendengar orang-orang lain berbicara tentang filsafat selalu memberiku
kesenangan yang paling besar, selain dari keuntungannya. Tetapi ketika aku
mendengar ketegangan orang lain, terutama kalian orang-orang kaya dan para
pedagang, percakapan semacam itu membuatku susah; dan aku mengasihani kalian
teman-temanku, karena kalian menyangka melakukan sesuatu ketika di dalam
kenyataan tidak melakukan apapun. Dan aku berani berkata bahwa kalian juga
kembali mengasihani aku, yang kalian nilai sebagai makhluk yang tidak
berbahagia, dan sangat mungkin kalian benar. Tetapi aku jelas mengetahui
tentang kalian apa yang kalian hanya pikirkan tentang aku—demikian
perbedaannya.
Teman: Aku melihat, Apollodorus, bahwa kamu
tetap sama—selalu membicarakan keburukanmu, dan orang-orang lain; dan aku
percaya bahwa kamu mengasihani semua manusia, kecuali Socrates, dirimu pertama
dari semua, benar di dalam ini kepada nama lamamu, yang, pantas bagaimanapun,
aku tidak tahu bagaimana kamu dapatkan, Apollodorus si pemarah; karena kamu
selalu marah melawan dirimu dan semua orang kecuali Socrates.
Apollodorus: Ya, teman, dan alasan mengapa
aku disebut sebagai pemarah, dan keluar dari kesabaranku, hanya karena aku
memiliki pemikiran-pemikiran ini tentang diriku dan kalian; tidak dibutuhkan
bukti lain.
Teman: Jangan lagi tentang itu, Apollodorus; tetapi
biarkan aku membarukan permintaanku bahwa kamu akan mengulangi percakapan
tersebut.
Apollodorus: Baik, cerita tentang cinta
dimulai dengan ini:—Tetapi mungkin aku lebih baik memulai di awal, dan berusaha
untuk memberikan kata-kata yang tepat dari Aristodemus:
Ia berkata bahwa ia bertemu dengan Socrates
yang segar dari permandian dan mengenakan sandal; dan karena ia menganggap
pemandangan sandal tersebut tidak biasa, ia menanyainya ke mana ia akan pergi
sehingga memakai perhiasan semacam itu.
Ke sebuah perjamuan di tempat Agathon, ia
menjawab, yang undangannya untuk pengorbanan kemenangan aku tolak kemarin,
khawatir terhadap keramaian, tetapi dengan berjanji bahwa aku akan datang hari
ini sebagai ganti; dan kemudian aku mengenakan pakaianku yang baik, karena ia adalah
macam orang yang baik. Apa yang kamu katakan untuk kamu pergi tanpa diminta ke
sebuah acara makan malam?
Aku akan melakukan sebagaimana kamu
memintaku, aku menjawab.
Ikutlah kemudian, ia menjawab, dan biarkan
kita merombak peri-bahasa ‘Kepada perjamuan-perjamuan orang-orang yang lebih
rendah orang-orang baik yang tidak diundang pergi.’ Digantikan dengan
peri-bahasa kita yang akan menjadi ‘Kepada perjamuan-perjamuan orang baik orang
baik yang tidak diundang pergi;’
Dan perubahan ini mungkin didukung oleh
sumber yang bisa dipercaya dari Homer sendiri, yang tidak hanya merombak tetapi
secara bahasa mengasari peri-bahasa tersebut. Karena, setelah menggambarkan
Agamemnon sebagai manusia yang paling gagah berani, dan
Menelaus, yang hanya tentara pengecut, Menelaus datang kepada perjamuan Agamemnon,
yang sedang melakukan perayaan dan memberikan pengorbanan-pengorbanan, bukan
yang lebih baik kepada yang lebih buruk, tetapi yang lebih buruk kepada yang
lebih baik.
Aku lebih khawatir, Socrates, Aristodemus
berkata, lebih rendah mungkin masih menjadi halku, seperti Menelaus di dalam
Homer, aku haruslah orang yang lebih rendah, yang ‘Kepada perjamuan-perjamuan
orang yang bijaksana tidak diundang pergi.’ Tetapi aku harus berkata bahwa aku
diundang olehmu, dan bahwa kamu akan membuat sebuah izin.
‘Dua pergi bersama,’ ia menjawab, di dalam
gaya Homer, satu atau yang lain dari mereka mungkin akan menemukan sebuah izin
di perjalanan.
Ini adalah gaya percakapan mereka selagi
mereka berjalan. Socrates terjatuh di belakang di dalam perasaan buram, dan
meminta Aristodemus, yang menunggu, untuk pergi mendahului ia. Kemudian ia
mencapai rumah Agathon, dan ia menemukan pintu-pintu terbuka lebar, dan sebuah
hal komik terjadi. Seorang pelayan keluar menemui ia, dan seketika menuntunnya
ke dalam aula perjamuan yang di dalamnya para tamu sedang bersandar-berbaring,
karena perjamuan akan dimulai. Selamat datang, Aristodemus, Agathon berkata,
segera setelah ia tampak— kamu tepat waktu untuk makan malam bersama kami; jika
kamu datang dengan persoalan lain lepaskanlah, dan jadilah sebagai satu dari
kami, karena aku mencarimu kemarin dan bermaksud mengundangmu, jika saja aku
bisa menemukanmu. Tetapi apa yang telah kamu lakukan dengan Socrates?
Aku berbalik, tetapi Socrates tidak terlihat
di manapun; dan aku harus menjelaskan bahwa ia bersamaku beberapa saat yang
lalu, dan bahwa aku datang oleh undangannya kepada makan malam.
Kamu cukup benar datang, kata Agathon; tetapi
ia sendiri di mana?
Ia baru saja ada di belakangku, ketika aku
masuk, ia berkata, dan aku tidak bisa memikirkan apa yang terjadi kepadanya.
Pergi dan carilah ia, anak muda, kata
Agathon, dan bawa ia masuk; dan kamu, Aristodemus, sementara mengambil tempat
di samping Eryximachus.
Sang pelayan kemudian membantunya mencuci,
dan ia berbaring, dan kemudian datang seorang pelayan lain dan melaporkan bahwa
teman kita Socrates memasuki beranda rumah yang berdekatan. ‘Di sana ia diam,’
kata ia, ‘dan ketika aku memanggilnya ia tidak bergerak.’
Sangat aneh, Agathon berkata; kemudian kamu
harus memanggil ia lagi, dan tetap memanggilnya.
Biarkan ia sendirian, kata pelaporku; ia
memiliki jalan untuk berhenti di manapun dan menghilangkan dirinya sendiri
tanpa alasan apapun. Aku percaya bahwa ia akan segera tampak; karena itu jangan
ganggu ia.
Baik, jika kamu berpikir demikian, aku akan
membiarkan ia, kata Agathon. Dan kemudian, berbalik kepada para pelayan, ia
menambahkan, ‘Biarkan kita makan malam tanpa menunggu ia. Sajikan apapun yang
kalian suka, karena tidak ada yang akan memberikan perintah kepada kalian;
sampai kini aku tidak pernah membiarkan kalian untuk kalian sendiri. Tetapi di
hal ini bayangkan bahwa kalian adalah tuan rumah, dan bahwa aku dan kumpulan
adalah tamu-tamu kalian; perlakukan kami dengan baik, dan kemudian kami harus
menghargai kalian.’ Setelah ini, jamuan telah dihidangkan, tetapi masih tidak
ada Socrates; dan di sepanjang acara makan Agathon beberapa kali mengutarakan
keinginannya untuk memanggil ia, tetapi Aristodemus menolak; dan di akhir
ketika perjamuan setengah berakhir—untuk kebaikan, sebagaimana biasa, tidak
terlalu lama—Socrates masuk. Agathon, yang bersandar sendiri di ujung meja, berkata:
‘Di sini, Socrates, datanglah duduk di sampingku, supaya dengan bersentuhan
denganmu aku mungkin memiliki keberuntungan pemikiran bijaksana yang datang ke
dalam pikiranmu di beranda, dan yang sekarang kamu miliki; karena aku yakin
bahwa kamu tidak akan datang ke sini sampai kamu menemukan apa yang kamu cari.’
Betapa aku berharap, kata Socrates, mengambil
tempat ia sebagaimana ia harapkan, bahwa kebijaksanaan bisa disalurkan oleh
sentuhan, keluar dari yang lebih penuh kepada satu yang lebih kosong, sebagai
air mengalir melalui wool keluar dari
piala yang penuh kepada sebuah yang lebih kosong; jika demikian, betapa besar
aku harus hargai hak untuk bersandar di sampingmu! Aku tampak akan terisi penuh
dengan sebuah aliran kebijaksanaan yang bagus dan berlimpah darimu; sementara
milikku sangat sederhana dan dari macam yang bisa dipertanyakan, tidak lebih
baik daripada mimpi. Tetapi milikmu cerah dan penuh oleh janji, sebagaimana
kami lihat di hari yang lain bersinar dari kemudaanmu, kuat dan megah, tertampakkan
kepada lebih dari tiga puluh ribu orang Yunani.
Kamu mengejek, Socrates, Agathon berkata, dan
segera kamu dan aku akan menentukan siapa yang membawa tapak
kebijaksanaan—kepada ini Dionysus harus menjadi juri; tetapi sekarang kamu
lebih baik menghadapi makan malam.
Socrates mengambil tempatnya di dipan, dan makan
malam bersama keseluruhan; dan kemudian minuman persembahan diberikan, dan setelah
sebuah himne dinyanyikan kepada sang dewa, dan ada upacara-upacara yang biasa,
mereka hendak memulai minum, ketika Pausanias berkata, Dan sekarang,
teman-temanku, bagaimana bisa kita minum dengan sedikit melukai diri kita? Aku
bisa membuat kalian yakin bahwa aku masih sangat merasakan pengaruh minum-minum
kemarin, dan memerlukan waktu untuk pulih; dan aku menyangka bahwa paling
banyak dari kalian merasa sama, karena kalian ada di perayaan kemarin: sehingga
pertimbangkanlah dengan cara apa minum dijadikan paling mudah?
Aku secara keseluruhan setuju, kata
Aristophanes, bahwa kita harus, dengan segala cara, menghindari minum banyak,
karena aku sendiri satu dari mereka yang kemarin tenggelam di dalam minum.
Aku berpikir bahwa kamu benar, kata Eryximachus,
anak Acumenus; tetapi aku harus tetap suka untuk mendengar satu orang yang lain
berbicara: Apakah Agathon mampu minum banyak?
Aku tidak sebanding kepada ia, kata Agathon.
Kemudian, kata Eryximachus, kepala-kepala
lemah seperti diriku, Aristodemus, Phaedrus, dan yang lainnya yang tidak pernah
bisa minum, beruntung mendapati orang-orang yang lebih kuat tidak sedang di
dalam keinginan minum. Aku tidak men-termasuk-kan Socrates, yang mampu minum
ataupun tidak minum, dan tidak akan memikirkan, apapun yang kita lakukan. Baik,
sebagai tidak satupun dari teman tampak ingin minum banyak, aku mungkin
termaafkan mengatakan, sebagai dokter, bahwa minum banyak adalah sebuah
perilaku buruk, yang tidak pernah aku ikuti, jika aku bisa, dan tentu saja
tidak menyarankan kepada yang lainnya, lebih tidak kepada siapapun yang masih
merasakan pengaruh minum-minum kemarin.
Aku selalu melakukan apa yang kamu
nasihatkan, dan terutama apa yang kamu katakan sebagai seorang dokter, kata
Phaedrus orang Myrrhinusia, dan keseluruhan teman, jika mereka bijaksana, akan
melakukan sama.
Kemudian semua mereka, setelah mendengar ini,
menyetujui bahwa minum tidak akan menjadi tujuan hari ini, tetapi mereka semua
minum hanya sampai mereka puas.
Kemudian, kata Eryximachus, sebagai kalian semua
setuju bahwa minum untuk kerelaan, dan bahwa tidak akan ada pemaksaan, aku
berpindah, di tempat lebih lanjut, supaya gadis pemain flute, yang baru menampakkan diri, disuruh pergi dan bermain untuk
dirinya sendiri, atau, jika ia suka, kepada para perempuan yang sama ada di
dalam. Hari ini biarkan kita melakukan percakapan sebagai pengganti; dan jika
kalian akan membiarkan aku, aku akan memberitahukan macam percakapan apa.
Setelah penawaran ini diterima, Eryximachus melanjutkan sebagai berikut:—
Aku akan memulai, ia berkata, dengan cara
Melanippe dari Euripides, ‘Jangan menghiraukan kata’ yang akan aku bicarakan,
tetapi yang dari Phaedrus. Karena sering ia berkata kepadaku di dalam sebuah
nada marah:—‘Betapa sebuah hal yang aneh, Eryximachus, bahwa, sementara para
dewa yang lain memiliki puisi-puisi dan himne-himne yang dibuat untuk mereka,
sang dewa besar dan mulia, Cinta, sebagai tidak memiliki satupun untuk ia dari
antara semua penyair yang ada sangat banyak. Juga para sofis yang
terhargai—Prodicus yang pandai misalnya, yang banyak menulis prosa kepada
kebaikan-kebaikan Heracles dan pahlawan-pahlawan yang lain; dan, yang lebih
luar biasa, aku telah menemukan sebuah pekerjaan filsafat yang di dalamnya kegunaan
garam menjadi tema sebuah pembicaraan yang bagus; dan banyak hal lain yang
telah mendapatkan penghormatan demikian. Dan hanya untuk berpikir bahwa harus
ada ketertarikan yang besar tentang mereka, dan bahkan sampai hari ini tidak
ada satupun yang berani mengerjakan himne untuk puji-pujian kepada Cinta!
Sangat keseluruhan kedewaannya terabaikan.’ Sekarang di dalam ini Phaedrus
tampak kepadaku sebagai cukup benar, dan karena itu aku ingin menawarkan sebuah
saran; juga aku berpikir bahwa di saat ini kita yang sedang berkumpul tidak
bisa melakukan hal yang lebih baik daripada menghormati sang dewa Cinta. Jika
kalian setuju denganku, tidak akan ada percakapan yang kurang; karena aku
bermaksud menyarankan bahwa masing-masing kita bergantian, dari kiri ke kanan,
harus membuat sebuah enkomium untuk menghormati Cinta. Biarkan ia memberikan
kepada kita yang terbaik darinya; dan Phaedrus, karena ia duduk pertama di sisi
kiri, dan karena ia adalah bapak dari pemikiran tersebut, harus memulai.
Tidak akan ada yang memilih untuk melawanmu,
Eryximachus, kata Socrates. Aku tidak melihat bagaimana aku bisa menolak,
ketika dihadapkan untuk memahami tiada hal selain cinta; juga tidak, aku
menduga, Agathon dan Pausanias; dan tidak akan ada ragu kepada Aristophanes,
yang keseluruhan memperhatikan Dionysus dan Aphrodite; juga tidak siapapun di
sekitarku yang akan tidak setuju. Penawaran tersebut, sebagaimana aku sadari,
mungkin tampak lebih sukar untuk kita yang di tempat akhir; tetapi kita harus
akan terisi jika kita mendengar beberapa pidato yang baik pertama-tama. Biarkan
Phaedrus memulai pujian kepada Cinta, dan keberuntungan yang baik untuknya.
Semua teman menampakkan penerimaan mereka, menginginkannya untuk melakukan
sebagaimana Socrates memintanya.
Aristodemus tidak mengingat semua yang
terkatakan, juga tidak aku semua apa yang ia ceritakan kepadaku; tetapi aku
akan memberitahukanmu apa yang aku anggap sebagai ingatan yang paling bernilai,
dan apa yang dikatakan oleh para pembicara utama.
Phaedrus memulai dengan menyatakan bahwa
Cinta adalah dewa yang perkasa, dan menakjubkan di antara para dewa dan
manusia, tetapi terutama menakjubkan di dalam kelahirannya. Karena ia adalah
yang paling tua dari para dewa, yang merupakan sebuah penghormatan untuknya;
dan sebuah bukti untuk ia dinyatakan kepada penghormatan ini adalah, bahwa
tidak ada ingatan kepada orang-tuanya; tidak ada penyair ataupun penulis prosa
yang pernah menjelaskan jika ia ada memiliki. Sebagaimana Hesiod berkata:—
‘Pertama Chaos datang, dan kemudian Bumi yang
berdada lapang, Singgasana abadi mereka, dan Cinta.’
Acusilaus juga setuju dengan Hesiod, setelah
Chaos, Bumi dan Cinta, dua ini, terjadi. Juga nyanyian Parmenides tentang Generasi:
‘Pertama di dalam pembentukan para dewa, ia
membentuk Cinta.’
Mereka yang banyak itu adalah saksi yang
menerima Cinta sebagai paling tua di antara para dewa. Dan bukan hanya paling
tua, ia juga sumber keberuntungan-keberuntungan yang paling besar kepada kita.
Karena aku tidak mengetahui keberkatan terbesar untuk seorang muda yang memulai
kehidupan melebihi seorang pecinta yang baik, atau untuk pecinta daripada orang
muda yang dicintai. Karena ajaran yang harus menjadi penuntun manusia yang
mengingini kehidupan yang terhormat—ajaran itu, bukan keluarga, bukan harta,
tidak ada alasan apapun yang lain yang mampu untuk menanamkan sangat baik
sebagaimana cinta. Kepada apa aku berbicara? Kepada rasa terhormat dan tidak
terhormat, yang tanpanya negara-negara ataupun diri-diri tidak bisa melakukan
apapun pekerjaan yang baik ataupun besar. Dan aku berkata bahwa seorang pecinta
yang terlacak di dalam melakukan apapun tindakan yang tidak terhormat, atau
menerima melalui kepengecutan ketika hal tidak terhormat dilakukan terhadapnya
oleh orang lain, tidak akan lebih tersakiti saat terlihat kepada siapapun,
ayahnya, atau teman-temannya, atau siapapun yang lain di dunia, seperti jika
terlihat oleh yang ia cintai; Yang dicintai juga, ketika ditemukan di dalam
apapun keadaan tidak terhormat, memiliki perasaan yang sama tentang pecintanya.
Dan jika saja ada beberapa jalan bahwa sebuah negara atau pasukan harus disusun
oleh para pecinta dan cinta-cinta mereka, mereka akan menjadi para gubernur
yang paling baik untuk kota mereka sendiri, meninggalkan hal tidak terhormat dan
saling menyamai satu sama lain di dalam kehormatan; dan ketika berperang bersama,
walaupun berkekurangan, mereka akan mengungguli dunia. Karena apa yang pecinta
tidak akan pilih untuk terlihat oleh semua manusia daripada oleh yang ia
cintai, ketika mengabaikan tempatnya atau ketika membuang senjatanya? Ia akan
bersedia mati seribu kali daripada melakukan ini. Atau siapa yang akan
menelantarkan yang ia cintai atau gagal untuknya di saat bahaya? Para pengecut
yang paling keterlaluan akan menjadi pahlawan yang terilhami, menyamai yang
paling berani; Keberanian yang,
sebagaimana Homer katakan, sang dewa tiupkan ke dalam jiwa-jiwa beberapa
pahlawan, Cinta di alamiahnya merasuki sang pecinta.
Cinta akan membuat orang-orang berani untuk
mati demi yang mereka cintai—hanya cinta; dan para perempuan sebagaimana juga
laki-laki. Kepada ini, Alcestis, puteri dari Pelias, adalah sebuah tugu untuk
semua orang Yunani; karena ia bersedia meletakkan hidupnya demi hal suaminya,
ketika tidak ada yang ingin, walaupun suaminya memiliki ayah dan ibu; tetapi
kelembutan cintanya sangat melampaui mereka, sehingga membuat mereka tampak
sebagai tidak bertalian darah kepada anak mereka, dan hanya di dalam nama
dihubungkan dengannya; dan sangat mulia tindakannya ini di hadapan para dewa,
sama baik kepada manusia, sehingga di antara banyak yang melakukan kebaikan ia
adalah satu dari sedikit yang, di dalam kekaguman terhadap tindakan mulianya,
mereka menganugerahkan keistimewaan kehidupan kembali ke bumi. Di dalam cara
ini kehormatan yang tinggi diberikan oleh para dewa untuk persembahan dan
kebaikan cinta. Tetapi Orpheus, anak Oeagrus, sang pemain harpa, mereka kirim
kosong, dan menghadirkan kepadanya hanya bayangan ia yang ia cari, tetapi Alcestis
sendiri tidak mereka abaikan, karena Orpheus tidak ada mempertunjukkan
semangat; ia hanya pemain harpa, dan tidak berani sebagaimana Alcestis untuk
mati demi cinta, tetapi merencanakan bagaimana ia mungkin memasuki Hades
hidup-hidup. Mereka kemudian memberikan hukuman yang pantas untuknya, dan menyebabkan
ia menderita kematian di tangan-tangan para perempuan. Sangat berbeda hadiah
untuk cinta sejati Achilles kepada pecintanya Patroclus. Sekarang Achilles
cukup sadar, karena ia telah diberitahukan oleh ibunya, bahwa ia mungkin
menghindari kematian dan pulang, dan hidup sampai kepada usia tua, jika ia
menghindar dari membantai Hector. Tetap saja ia dengan berani pergi
menyelamatkan Patroclus, membalaskan temannya, dan berani mati, bukan hanya di
dalam pembelaan dirinya, tetapi setelah ia mati. Dan Aeschylus mengucapkan
perkataan tidak masuk akal bahwa Achilles adalah pecinta Patroclus; karena
Achilles secara yakin adalah yang lebih muda dari mereka berdua, juga lebih
muda daripada semua pahlawan lain; dan, sebagaimana Homer katakan kepada kita,
ia masih tidak berjanggut, dan jauh lebih muda. Sebenarnya, secara besar
sebagaimana para dewa menghormati kebaikan cinta, tetap pembalasan cinta dari
yang dicintai kepada pecinta lebih dikagumi dan dihargai dan dihadiahi oleh
mereka, karena sang pecinta lebih suci; karena ia diilhami oleh dewa. Karena
itu para dewa menghormatinya bahkan melebihi Alcestis, dan mengirimnya kepada Kepulauan
Berkat. Hal-hal inilah alasanku meyakini bahwa Cinta adalah yang paling tua dan
paling terhormat dan paling berkuasa dari para dewa; dan penulis paling utama
dan pemberi kebaikan di dalam kehidupan, dan kebahagiaan setelah kematian.
Ini, atau sesuatu semacam ini, adalah pidato
Phaedrus; dan beberapa pidato lain yang tidak diingat oleh Aristodemus; yang
lebih lanjut yang ia ulangi adalah yang dari Pausanias. Phaedrus, ia berkata, argumen
tersebut tidak dihadapkan kepada kita, aku berpikir, cukup berada di dalam
bentuk yang benar;—kita harus tidak terpanggil kepada pemujian Cinta di dalam
semacam cara yang tidak membeda-bedakan. Jika ada hanya satu Cinta, maka apa
yang kamu katakan akan cukup baik; tetapi karena ada lebih daripada satu Cinta,—kita
harus memulai dengan menentukan yang mana dari mereka yang merupakan pokok
puji-pujian kita. Aku akan menghindarkan kecacatan ini; dan pertama dari semua
aku akan memberitahukan kalian Cinta yang mana yang pantas dipuji, dan kemudian
mencoba untuk memberikan himne pujian berharga kepada satu di dalam sebuah cara
yang pantas untuknya. Karena kita semua mengetahui bahwa Cinta tidak terpisahkan
dari Aphrodite, dan jika ada hanya satu Aphrodite akan ada hanya satu Cinta;
tetapi karena ada dua dewi harus ada juga dua Cinta. Dan bukankah aku benar di
dalam menyatakan bahwa ada dua dewi? Yang lebih tua, tidak memiliki ibu, ia
adalah puteri dari Uranus, yang dinamai Aphrodite surgawi—; yang lebih muda,
puteri dari Zeus dan Dione—ia kita sebut umum; Cinta yang teman-pekerjanya
secara benar dinamai umum, sementara yang lainnya disebut surgawi. Semua dewa
memiliki pujian diberikan kepada mereka, tetapi bukan tanpa pembedaan kepada
alamiah mereka; dan karena itu aku harus mencoba membedakan sifat dari dua
Cinta ini. Sekarang tindakan-tindakan berbeda berdasarkan cara pertunjukan
mereka. Ambil, untuk contoh, yang sekarang kita lakukan, minum, bernyanyi dan
berbicara—tindakan-tindakan ini tidak di dalam mereka baik ataupun buruk, tetapi
mereka berubah menjadi ini atau itu berdasarkan cara pertunjukan mereka; dan
ketika dilakukan baik mereka baik, dan ketika dilakukan salah mereka buruk; dan
demikian juga tidak setiap cinta, tetapi hanya yang memiliki tujuan terhormat,
yang pantas dipuji. Cinta yang bersumber dari Aphrodite yang umum haruslah umum,
dan tidak memiliki pembeda-bedaan, sebagai semacam bentuk yang lebih rendah
dari perasaan manusia, dan tepat untuk para perempuan sebagaimana juga
orang-orang muda, dan terhadap badan daripada kepada jiwa—makhluk-makhluk yang
paling dungu adalah yang terkena cinta ini yang hanya mengharapkan pencapaian
sebuah akhir, tetapi tidak pernah memikirkan pencapaian akhir secara terhormat,
dan karena itu melakukan kebaikan dan keburukan secara cukup tidak bisa
dibedakan: Sang dewi ibunya jauh lebih muda dari yang lain, dan ia lahir dari
penyatuan laki-laki dan perempuan, dan menyifati kedua-duanya. Tetapi yang
bersumber dari Aphrodite surgawi dibawakan dari seorang ibu yang lahir tanpa
peran perempuan,—ia hanya dari laki-laki; ini adalah cinta yang kepada
orang-orang muda, dan karena sang dewi lebih tua, tidak ada keburukan di dalam
ia. Mereka yang terilhami oleh cinta ini berpaling kepada laki-laki, dan
menyukai ia yang alamiah lebih gagah dan cerdas; siapapun bisa mengenali
keinginan murni di dalam kasih-sayang mereka. Karena mereka bukan mencintai
orang-orang muda, tetapi makhluk-makhluk cerdas yang pemikiran mereka mulai
berkembang, sangat di sekitar usia ketika cambang-cambang mereka mulai tumbuh. Dan
di dalam memilih orang-orang muda untuk menjadi teman-teman mereka, bukan untuk
memanfaatkan hal tidak berpengalaman mereka, dan menipu mereka, dan
mempermainkan mereka, atau berlari dari satu kepada yang lain dari mereka. Tetapi
cinta kepada orang-orang muda harus terlarang oleh hukum, untuk mencegah
kemalangan karena masa depan mereka tidak pasti; mereka mungkin terubah baik
atau buruk, di dalam badan ataupun jiwa, dan banyak ketertarikan yang terhormat
mungkin terlepas dari mereka; di dalam hal ini mereka yang baik adalah hukum
untuk mereka sendiri, dan para pecinta dari macam yang lebih kasar harus
ditahan dengan pemaksaan; seperti kita menahan atau berusaha menahan mereka
dari melakukan keinginan mereka kepada para perempuan tanpa kelahiran. Ini adalah
orang-orang yang membawa celaan terhadap cinta; dan beberapa telah terbawa untuk menyangkal kesesuaian hukum
kepada macam kasih-sayang ini karena mereka mereka melihat hal tidak-pantas dan
keburukan dari mereka; karena secara yakin tidak ada hal pantas dan sesuai
hukum yang bisa dikecam secara adil. Sekarang di sini dan di Lacadaemon
aturan-aturan tentang cinta adalah membingungkan, tetapi di paling banyak kota
mereka sederhana dan mudah dimengerti; di Elis dan Boeotia, dan di
negeri-negeri tanpa pemberian-pemberian mengesankan, mereka sangat
lurus-langsung; hukum sederhana di dalam menanggapi hubungan-hubungan ini, dan
tidak satupun, tua ataupun muda, yang akan berkata tentang pencemaran mereka;
alasan dari hal tersebut, sebagaimana aku pikirkan, bahwa mereka adalah
orang-orang yang berbicara sedikit di bagian-bagian itu, dan karena itu para
pecinta tidak suka mengajukan penggugatan mereka. Di Ionia dan beberapa tempat
lain, dan secara umum di negeri-negeri yang dihuni orang-orang barbar, perilaku
tersebut dianggap tidak terhormat. Orang-orang asing memegang aturan ini, cinta
kepada orang-orang muda berbagi nama buruk bersama filsafat dan senam, karena
mereka bertentangan dengan tirani; karena kepentingan para pemimpin
mensyaratkan bahwa rakyat mereka harus miskin di dalam semangat, dan tidak
boleh ada ikatan kuat atau pertemanan atau masyarakat di antara mereka, yang
cinta, di atas semua alasan lain, akan ilhamkan, sebagaimana para tiran Athena
kita pelajari dari pengalaman; karena cinta Aristogeiton dan kesetiaan
Harmodius memiliki kekuatan yang membuat kekuatan mereka tidak jadi. Dan,
karena itu, nama buruk yang beberapa kasih-sayang ini terjatuh ke dalamnya bisa
dijelaskan sebagai keadaan buruk dari mereka yang ingin membuat mereka dikenal
buruk; itu untuk dikatakan, para gubernur yang mementingkan diri sendiri dan
para pengecut yang mereka perintah; dan di sisi lain, kehormatan yang tidak
terbeda-bedakan yang diberikan kepada mereka di beberapa negeri bisa diberikan
kepada kemalasan mereka yang mempertahankan pendapat tentang mereka ini. Di
negeri kita sebuah ajaran yang jauh lebih baik ada disediakan, tetapi,
sebagaimana aku katakan, penjelasannya sangat membingungkan. Karena, amatilah
bahwa cinta-cinta yang terbuka dianggap lebih terhormat daripada yang tertutup,
dan bahwa cinta yang paling terhormat dan paling tinggi, bahkan jika
orang-orang mereka lebih tidak indah daripada yang lainnya, adalah terutama
terhormat. Pertimbangkan, juga, betapa besar dukungan yang seluruh dunia
berikan kepada pecinta; walau ia dianggap akan melakukan sesuatu yang tidak
terhormat; tetapi jika ia menyelesaikan ia dipuji, dan jika ia gagal ia
dipersalahkan. Dan di dalam pengejaran cintanya kebiasaan manusia membiarkan ia
untuk melakukan banyak hal aneh, yang filsafat akan kecam secara pahit jika
mereka dilakukan dari sebab kepentingan apapun, atau pengharapan kepada
kepengurusan atau kekuasaan. Ia mungkin memohon, dan berusaha membuat yakin,
dan meminta, dan bersumpah, dan berbohong kepada seorang pasangan di pintu, dan
memasuki perbudakan yang lebih buruk dari budak manapun—di dalam apapun hal
lain teman-teman dan para musuh akan sama bersedia untuk mencegah ia, tetapi
sekarang tidak ada teman yang akan malu kepadanya dan memperingatkan ia, dan
tidak ada musuh yang akan melakukan kekejaman atau pemujian kepadanya;
tindakan-tindakan seorang pecinta memiliki keanggunan yang membuat mereka
terhormat; dan adab telah memutuskan bahwa mereka patut dihargai secara tinggi
dan bahwa tidak akan ada ke-berkurang-an harga diri di dalam mereka; dan, apa
yang paling aneh dari semua, ia saja mungkin bersumpah dan menyumpah dirinya
sendiri (demikian orang-orang katakan), dan para dewa akan memaafkan pelampauan
batas yang ia lakukan, karena tidak ada hal yang semacam sumpah seorang
pecinta. Demikianlah keseluruhan kebebasan yang diberikan oleh para dewa dan
manusia kepada pecinta, berdasarkan adab yang berlaku di dalam bagian kita dari
dunia. Dari titik pandang ini seseorang bisa mengemukakan pendapat secara adil
bahwa di Athena untuk mencintai dan untuk dicintai dianggap sebagai hal yang
sangat terhormat. Tetapi ketika para orang-tua melarang anak-anak mereka untuk
berbicara dengan para pecinta mereka, dan menempatkan mereka di bawah
penanganan seorang guru, yang ditunjuk untuk memandang hal-hal ini, dan
teman-teman mereka dan sebaya mereka mengatupkan gigi mereka kepada apapun yang
mereka mungkin amati, dan para tetua mereka menolak untuk membungkam
orang-orang yang memarahi mereka dan tidak memarahi mereka—siapapun yang
tercerminkan di semua keinginan ini, ber-balik-an, berpikir bahwa kita
menganggap perilaku-perilaku ini sebagai paling tidak terhormat. Tetapi,
sabagaimana aku katakan saat pertama, kebenaran sebagaimana aku bayangkan
adalah, bahwa apakah perilaku-perilaku semacam ini terhormat ataukah tidak
terhormat bukanlah sebuah pertanyaan yang sederhana; mereka terhormat untuk ia
yang mengikuti dengan cara yang terhormat, tidak terhormat untuk ia yang
mengikuti mereka secara tidak terhormat. Ada ke-tidak-terhormat-an di dalam
menuruti keburukan, atau di dalam cara yang buruk; tetapi ada kehormatan di
dalam menuruti kebaikan, atau di dalam cara yang terhormat. Buruk adalah
pecinta kasar yang mencintai badan daripada jiwa: sebanyak sebagai ia bahkan
tidak-tentu, karena ia mencintai sebuah hal yang di dalam dirinya sendiri
tidak-tentu, dan karena itu ketika bunga masa muda yang ia ingini telah
berakhir, ia akan mengepakkan sayap dan pergi terbang, menyampingkan semua
perkataan dan janjinya; sementara cinta dari sifat yang terhormat adalah
panjang-umur, karena menjadi satu dengan keabadian. Adab negeri kita akan
membuktikan mereka berdua secara benar dan baik, dan akan mengharuskan kita
menuruti satu macam pecinta dan menghindari yang lain, dan karena itu mendorong
beberapa untuk mengejar, dan yang lain untuk terbang; menguji kedua-duanya
pecinta dan yang dicintai di dalam pertandingan dan pengadilan, sampai mereka
mempertunjukkan yang mana dari dua tingkatan tersebut yang mereka termasukkan.
Dan ini alasan mengapa, di tempat pertama, kasih-sayang yang singkat dianggap
tidak terhormat, karena waktu adalah pengujian yang benar untuk ini sebagaimana
paling banyak hal lain; dan ke dua ada sebuah ke-tidak-terhormat-an di dalam
terlampaui oleh cinta kepada uang, atau kepada harta, atau kekuatan politik, seseorang
takut menyerah oleh kehilangan mereka, atau telah mengalami
keuntungan-keuntungan dari uang dan korupsi politik, tidak mampu untuk bangun
mengalahkan bujukan dari mereka. Karena tidak satupun dari hal-hal ini yang
alamiah tetap atau abadi; tanpa menyebutkan bahwa tidak ada pertemanan yang
berharga bisa datang dari mereka. Ada tersisa, kemudian, hanya satu jalan
kasih-sayang terhormat yang adab biarkan kepada yang dicintai, dan ini adalah
jalan kebaikan: karena kita menerima bahwa pelayanan yang dilakukan oleh
pecinta kepadanya tidak memasukkan bujukan atau ke-tidak-terhormat-an kepada
dirinya sendiri, sehingga yang dicintai hanya memiliki satu jalan dari
pelayanan suka-rela yang bukan tidak terhormat, dan ini adalah pelayanan
kebaikan.
Karena kita memiliki sebuah adab, dan berdasarkan
kepada adab kita siapapun yang melakukan pelayanan kepada orang lain di bawah
pemikiran bahwa ia akan terdidik olehnya di dalam kebijaksanaan, atau beberapa
kebaikan lain yang sebagai tersebut—semacam pelayanan suka-rela, aku katakan,
bukan untuk dihargai sebagai tidak terhormat, dan tidak terbuka kepada
penuntutan bujuk rayu. Dan dua adab ini, satu cinta kepada orang-orang muda,
dan yang lainnya pengerjaan filsafat dan kebaikan secara umum, harus bertemu di
dalam satu, dan kemudian yang tercinta mungkin secara terhormat menuruti
pecinta. Karena ketika pecinta dan tercinta bersama, memiliki hukum setiap
mereka, dan pecinta berpikir bahwa ia benar di dalam melakukan pelayanan yang
ia bisa kepada satu yang ia cintai; dan yang lainnya bahwa ia benar di dalam
mempertunjukkan kebaikan apapun yang ia bisa kepada ia yang menjadikannya
bijaksana dan baik; satu mampu menyalurkan kebijaksanaan dan kebaikan, lainnya
mencari untuk menerima mereka dengan sebuah pandangan kepada pendidikan dan
kebijaksanaan, ketika dua hukum cinta terpenuhi dan bertemu di dalam
satu—kemudian, dan hanya kemudian, yang tercinta menuruti dengan kehormatan
kepada sang pecinta. Bukan hanya ketika cinta dari macam tidak menarik ini yang
tidak terhormat di dalam ke-tertipu-an, tetapi di setiap kejadian lain ada hal
tidak terhormat yang setara di dalam menipu ataupun tertipu. Karena ia yang
mengasihi yang ia cintai di bawah kesan bahwa ia kaya, dan kecewa terhadap
perolehannya karena ia menjadi miskin, sama saja tidak terhormat: karena ia
telah melakukan yang paling baik dari ia untuk mempertunjukkan bahwa ia akan menyerahkan
dirinya kepada siapapun ‘penyalah-guna’ demi uang; tetapi ini tidaklah
terhormat. Dan di ajaran yang sama ia yang memberikan diri kepada seorang
pecinta karena ia orang yang baik, di dalam harapan bahwa ia akan terdidik oleh
pertemanannya, mempertunjukkan dirinya sebagai baik, bahkan jika tujuan yang
dikasihinya berubah menjadi penjahat, dan menjadi tidak memiliki kebaikan; dan
jika ia tertipu ia telah melakukan kesalahan yang terhormat. Karena ia telah
membuktikan bahwa untuk bagiannya ia akan melakukan apapun kepada siapapun
dengan sebuah pandangan kepada kebaikan dan pendidikan, maka tidak bisa ada
yang lebih terhormat. Kehormatan demikian di setiap kejadian adalah penerimaan
orang lain demi kebaikan. Ini adalah cinta yang dari dewi surgawi, dan adalah
surgawi, dan bernilai sangat besar untuk diri-diri dan kota-kota, membuat
pecinta dan yang tercinta sama bersemangat di dalam mengerjakan pendidikan
mereka. Tetapi semua cinta yang lain bersumber dari dewi yang lain, yang adalah
dewi yang umum. Kepadamu, Phaedrus, aku menawarkan perananku ini di dalam
memuji cinta, yang sama baik sebagaimana yang aku bisa susun.
Pausanias berhenti sejenak, ini adalah jalan
keseimbangan yang aku telah diajarkan oleh yang bijaksana untuk berbicara. Dan
Aristodemus berkata bahwa lebih lanjut adalah bagian Aristophanes, tetapi
karena ia makan terlalu banyak, atau suatu sebab lain sehingga ia mengalami
senggukan, dan terpaksa berganti bagian dengan Eryximachus sang dokter, yang
berbaring di dipan di bawahnya. Eryximachus, ia berkata, kamu harus
menghentikan senggukanku, atau berbicara di dalam bagianku sampai aku
menghilangkannya.
Aku akan melakukan kedua-duanya, Eryximachus
berkata: Aku akan berbicara di giliranmu, dan kamu berbicara di giliranku; dan
sementara aku berbicara biarkan aku menyarankan kamu untuk menahan nafasmu, dan
jika setelah kamu melakukan demikian beberapa lama senggukanmu tidak menjadi lebih
baik, kemudian berkumurlah dengan sedikit air; dan jika masih berlanjut,
gelitik hidungmu dengan sesuatu dan bersin; dan jika kamu bersin satu atau dua
kali, bahkan senggukan yang paling parah pasti pergi.
Aku akan melakukan sebagaimana kamu jelaskan, Aristophanes berkata, dan sekarang mulailah.
Aku akan melakukan sebagaimana kamu jelaskan, Aristophanes berkata, dan sekarang mulailah.
Eryximachus berbicara sebagai berikut:
Melihat bahwa Pausanias menyelesaikan dengan tidak begitu baik pidato yang ia
mulai dengan bagus, aku harus berusaha menyediakan tambahan kepada
kekurangannya. Aku berpikir bahwa ia telah secara benar membedakan dua macam
cinta. Tetapi seni diriku lebih jauh memberitahukan-ku bahwa cinta bukan
sekedar ketertarikan jiwa manusia kepada keindahan, atau kepada apapun, tetapi
ditemukan di dalam semua binatang dan semua perhasilan di dunia, dan aku
mungkin berkata di dalam semua itu; demikianlah kesimpulan yang aku kumpulkan
dari seni perobatan-ku sendiri, ketika aku mempelajari betapa besar dan indah
dan universal dewa cinta, yang
kerajaannya meliputi segala hal, dewa dan manusia. Dan dari perobatan aku akan
memulai sehingga aku mungkin melakukan penghormatan kepada seni diriku. Ada di
dalam tubuh manusia dua macam cinta ini, yang diakui berbeda dan tidak serupa,
dan karena tidak serupa, mereka mencintai dan mengharapkan apa yang tidak serupa;
dan mengharapkan kesehatan adalah satu, dan mengharapkan penyakit adalah yang
lainnya; dan sekarang aku setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Pausanias,
bahwa terhormat untuk menuruti orang-orang baik, dan orang-orang buruk tidak terhormat:—demikian juga di dalam
badan unsur-unsur yang baik dan sehat untuk dituruti, dan unsur-unsur buruk dan
penyakit tidak untuk dihindari, tetapi ditekan. Dan ini yang harus dilakukan
oleh seorang dokter, dan di dalam ini tersusun seni perobatan: karena obat
mungkin secara umum dianggap sebagai pengetahuan tentang cinta dan harapan dari
badan, dan bagaimana untuk memenuhi mereka atau tidak; dan dokter yang paling
baik adalah ia yang mampu memisahkan cinta yang baik dari yang buruk, atau
merubah yang satu kepada yang lain; dan ia yang mengetahui bagaimana untuk
membasmi dan bagaimana untuk menanamkan cinta, manapun yang diperlukan, dan
bisa mendamaikan unsur-unsur paling memusuhi di dalam tubuh dan menjadikan
mereka teman-teman yang mencintai, adalah seorang pekerja yang handal. Sekarang
yang paling memusuhi merupakan yang paling berlawanan, seperti panas dan
dingin, pahit dan manis, lembab dan kering, dan sebagainya. Dengan mengetahui
bagaimana untuk menanamkan pertemanan dan kecocokan di dalam unsur-unsur ini, sebagaimana
teman-teman kita para penyair di sini katakan kepada kita, dan sebagaimana aku
percaya, pendahuluku, Asclepius, menyusun seni kami; dan bukan hanya perobatan
di dalam setiap cabang bahkan seni-seni senam dan peternakan adalah di bawah
kekuasaannya. Siapapun yang memberikan walau perhatian yang kecil kepada hal
tersebut juga akan menemukan bahwa di dalam musik sama ada panyatuan hal-hal
yang berlawanan; dan aku menganggap bahwa ini haruslah apa yang dimaksudkan
oleh Heracleitus, walaupun kata-kata ia tidak tepat; karena ia berkata bahwa
Yang Satu tersatukan oleh pemisahan dari yang satu, seperti harmoni panah dan lyre. Sekarang ada sebuah keburaman
mengatakan bahwa harmoni adalah perpecahan atau penyusunan dari unsur-unsur
yang masih ada di dalam perpecahan. Tetapi apa yang mungkin ia maksud adalah,
bahwa harmoni disusun oleh bermacam-macam nada dari pitch yang lebih tinggi atau lebih rendah yang dahulu tidak cocok,
tetapi sekarang tersusun oleh seni musik; karena jika nada-nada dari pitch yang lebih tinggi dan lebih rendah
tetap tidak cocok, tidak bisa ada harmoni,—secara jelas tidak. Karena harmoni merupakan
sebuah simfoni, dan simfoni adalah sebuah kecocokan; tetapi sebuah kecocokan
dari ke-tidak-cocok-an sementara mereka tidak cocok tidak akan terjadi; kamu
tidak bisa mengharmoniskan apa yang tidak cocok. Di dalam cara yang sama ritme
tersusun oleh unsur-unsur panjang dan pendek, yang dahulu bermacam-macam dan
sekarang di dalam keserasian; sementara keserasian, sebagaimana di contoh
terdahulu, perobatan, sama di dalam semua hal lain ini, penyusunan musik,
bercinta dan beranak untuk bertumbuh di antara mereka; dan demikianlah musik,
juga, terpengaruh dengan ajaran-ajaran cinta di dalam penerapan mereka kepada
harmoni dan ritme. Lagi, di dalam alamiah rasa harmoni dan ritme tidak ada
kesukaran di dalam melihat perbedaan cinta yang belum menjadi ganda. Tetapi
ketika kalian ingin menggunakan mereka di dalam hidup yang sebenarnya, di dalam
penyusunan lagu-lagu atau di dalam penampilan tepat udara-udara atau
ukuran-ukuran yang telah tersusun, yang terakhir disebut pendidikan, kemudian
kesukaran dimulai, dan seniman yang baik diperlukan. Kemudian kisah lama harus
diulang tentang cinta yang indah dan surgawi—cinta dari Urania yang cantik dan muse surgawi, dan dari tugas menerima
perasaan, dan mereka yang masih tidak berperasaan saja supaya mereka mungkin
menjadi berperasaan, dan menjaga cinta mereka; dan lagi, dari Polyhymnia yang
kasar, yang harus digunakan dengan berhati-hati supaya kenikmatan bisa dirasakan,
tetapi tidak menimbulkan sikap tidak berbudi; hanya di seni aku sendiri bahwa
adalah sebuah hal besar untuk mengatur keinginan-keinginan kepada makanan dan
minuman supaya ia mungkin merasai tanpa dihadiri penyakit yang buruk. Sementara
aku menduga bahwa di dalam musik, di dalam perobatan, di dalam semua hal manusia
sebagaimana dewa, dua cinta harus diperhatikan sejauh mungkin, karena mereka
hadir berdua.
Perihal musim juga penuh oleh kedua ajaran
ini; dan ketika, sebagaimana aku katakan, unsur-unsur panas dan dingin, lembab
dan kering, mendapatkan cinta yang selaras satu sama lain dan bercampur di
dalam perasaan dan harmoni, mereka membawa kepada manusia, binatang-binatang,
dan tumbuh-tumbuhan kesehatan dan kemakmuran, dan tidak menyakiti mereka; sementara
cinta yang gegabah, ketika berkuasa dan memengaruhi musim-musim suatu tahun, sangatlah bersifat menghancurkan dan melukai,
sumber wabah, dan membawa banyak macam penyakit kepada binatang-binatang dan
tumbuh-tumbuhan, pengetahuan hubungan peredaran tubuh-tubuh surgawi dan
musim-musim suatu tahun disebut sebagai astronomi. Lebih jauh semua persembahan
dan seluruh keadaan sang dewa, yang adalah seni komuni antara para dewa dengan
manusia—hal-hal ini, aku katakan, hanya memperhatikan pemeliharaan kepada yang
baik dan menyembuhkan cinta yang buruk. Karena semua sikap tidak saleh
seolah-olah terjadi jika, bukan menerima dan menghormati dan mengutamakan
keselarasan cinta di dalam semua tindakannya, seorang yang menghormati cinta
yang lain, di dalam perasaannya kepada para dewa dan orang-tua, kepada yang
hidup maupun yang telah mati. Urusan sang dewa adalah untuk melihat cinta-cinta
ini dan menyembuhkan mereka, dan sang dewa adalah pendamai kepada para dewa dan
manusia, bekerja dengan pengetahuan yang kecenderungan religius dan tidak
religius yang hadir di dalam cinta-cinta manusia. Demikianlah kuasa, atau lebih
ke-maha-kuasa-an cinta di dalam keseluruhan. Dan cinta, lebih secara khusus,
yang berhubungan dengan yang baik, dan yang disempurnakan ditemani perasaan dan
keadilan, di antara para dewa atau manusia, memiliki kekuatan paling besar, dan
sumber dari semua kebahagiaan dan harmoni kita, dan menjadikan kita berteman
dengan para dewa yang di atas kita, dan dengan satu sama lain. Aku berani
berkata bahwa aku juga mungkin telah mengabaikan beberapa hal yang mungkin
dikatakan di dalam pujian kepada Cinta, tetapi ini bukanlah secara sengaja, dan
kamu, Aristophanes, mungkin sekarang mengisi pengabaian tersebut atau mengambil
beberapa baris pujian lain; karena aku mendapati kamu telah terlepas dari
senggukan.
Ya, Aristophanes berkata, yang berikut,
senggukan tersebut telah hilang; tidak, bagaimanapun, sampai aku melakukan
bersin; dan aku membayangkan jika harmoni badan memiliki sebuah cinta semacam
bersin dan gelitikan, karena segera setelah aku melakukan bersin kemudian aku
sembuh.
Eryximachus berkata: Hati-hati, teman
Aristophanes, walau kamu sedang akan berbicara, kamu melucukan diriku; dan aku
harus mengamati dan melihat jika aku tidak bisa tertawa kepadamu, ketika kamu
mungkin berbicara di dalam damai.
Kamu benar, Aristophanes berkata, tertawa.
Aku akan menarik kata-kataku; tetapi aku memohon kamu jangan mengamatiku,
sebagaimana aku khawatir bahwa di dalam perkataan yang akan aku buat, bukan
yang lainnya tertawa bersamaku, yang merupakan sikap yang lahir dari muse kita dan andai semuanya akan lebih
baik, aku hanya akan ditertawai oleh mereka.
Apakah kamu berharap melepaskan anak panah
dan lolos, Aristophanes? Baik, mungkin jika kamu sangat berhati-hati di dalam pemikiran
bahwa kamu akan termasukkan, aku mungkin terpengaruh untuk membiarkanmu.
Aristophanes hendak membuka baris baru
pembahasan; ia memiliki pemikiran untuk memuji Cinta di dalam jalan lain, tidak
seperti Pausanias atau Eryximachus. Manusia, ia berkata, dinilai dari
pengabaian mereka kepadanya, tidak pernah, sebagaimana aku pikirkan, sama
sekali mengerti kekuatan Cinta. Karena jika mereka mengerti tentang ia mereka
secara pasti akan telah membangun kuil-kuil dan altar-altar yang indah, dan
mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan di dalam menghormatinya; tetapi ini
tidak dilakukan, dan paling harus dilakukan: dari semua dewa dialah teman
paling baik manusia, penolong dan penyembuh dari sakit-sakit yang merupakan
rintangan kebahagiaan ras tersebut. Aku akan mencoba menjelaskan kekuatannya
kepada kalian, dan kalian harus mengajar seluruh dunia apa yang aku ajarkan
kepada kalian. Alamiah kita bukanlah seperti sekarang. Di dalam tempat pertama,
dahulu ada tiga jenis manusia, bukan dua seperti sekarang; ada laki-laki,
perempuan, dan penyatuan dari yang dua, memiliki sebuah nama yang berhubungan
kepada alamiah ganda ini, yang dahulu secara nyata pernah ada, tetapi sekarang
telah hilang, dan kata ‘Androgynous’
hanya digunakan sebagai bentuk pendekatan. Di dalam tempat ke dua, manusia
purba dahulu bulat, punggung dan sisi-sisinya membentuk sebuah lingkaran; dan
ia memiliki empat tangan dan empat kaki, sebuah kepala dengan dua wajah,
memandang ke arah yang berlawanan, terpasang di sebuah leher bundar persis
serupa; juga empat telinga, dua bagian kemaluan, dan yang tersisa untuk
berhubungan. Ia bisa berjalan melangkah sebagaimana orang-orang sekarang
lakukan, mundur ataupun maju se-suka ia, dan ia juga bisa berguling-guling
sampai jarak yang sangat jauh, memasang empat tangan dan kakinya, semuanya
delapan, seperti tong berguling-guling dengan kaki-kaki mereka di udara; ini
ketika ia hendak berlari kencang. Sekarang jenis kelamin mereka ada tiga, dan
semacam yang telah aku jelaskan; karena matahari, bulan, dan bumi adalah tiga;
dan laki-laki asalnya adalah anak-anak matahari, perempuan dari bumi, dan
laki-laki-perempuan dari bulan, yang tercipta dari matahari dan bumi, dan
mereka semua bulat dan bergerak berguling-guling seperti orang-tua mereka. Sangat
hebat kuasa dan kekuatan mereka, dan pikiran-pikiran dari jantung mereka juga
besar, dan mereka membuat penyerangan kepada para dewa; kepada mereka
diceritakan kisah sebagaimana Homer katakan tentang Otys dan Ephialtes, berani
menantang langit, dan hendak menjatuhkan tangan kepada para dewa. Zeus dan para
dewa yang lain meragu. Haruskah mereka membunuh mereka dan membantai ras
tersebut dengan panah-panah petir, sebagaimana telah mereka lakukan kepada para
gigantes, kemudian akan ada sebuah
akhir dari pengorbanan-pengorbanan dan penyembahan yang manusia persembahkan
kepada mereka; tetapi di sisi lain, para dewa tidak bisa tahan terhadap
kesombongan mereka yang tidak terkendali. Di akhir, setelah sebuah pertimbangan
yang baik, Zeus menemukan sebuah jalan. Ia berkata: ‘Aku-pikir aku memiliki
sebuah rencana yang akan meredakan perasaan bangga mereka dan akan meningkatkan
kesopanan mereka; aku akan membelah mereka menjadi dua dan mereka akan
berkurang di dalam kekuatan dan bertambah di dalam jumlah; ini akan memiliki
keuntungan yang membuat mereka lebih bermanfaat untuk kita. Mereka akan
berjalan melangkah di dua kaki, dan jika mereka melanjutkan bersikap sombong
dan tidak ingin tenang, aku akan membelah mereka lagi dan mereka akan melompat
dengan satu kaki.’ Ia berbicara dan membelah dua manusia, seperti sebuah apel
yang diiris di tengah, atau seperti kalian mungkin membelah telur dengan
sehelai rambut; dan ketika ia membelah mereka satu per satu, ia memerintahkan
Apollo untuk memberikan wajah dan leher mereka sebuah putaran supaya manusia
mungkin merenungkan bagian diri mereka sendiri: manusia akan belajar malu. Apollo
juga diminta untuk menyembuhkan luka-luka mereka dan menyusun bentuk-bentuk
mereka. Sehingga ia memutar wajah dan menarik kulit dari sisi-sisi yang di
dalam bahasa kita disebut perut, seperti tas-tas yang dirapatkan, dan ia
membuat sebuah mulut di tengah, yang ia ikatkan di sebuah simpul yang kita
kenal sebagai pusar; ia juga membentuk dada dan mengeluarkan bagian-bagian
paling luar dari kerutan, hampir seperti seorang pembuat sepatu mungkin
melembutkan kulit di atas yang terakhir; ia meninggalkan sedikit, bagaimanapun,
di sekitar perut dan pusar, sebagai sebuah peringatan kepada keadaan purba. Setelah
pemisahan dua bagian manusia, masing-masing mengingini sebagian dirinya, datang
bertemu, saling menggapaikan tangan mereka, berkembar di dalam pelukan-pelukan
kebersamaan, berharap tumbuh menjadi satu, mereka berada di dalam titik mati
karena lapar dan keterpisahan-diri, karena mereka tidak suka melakukan apapun
secara terpisah; dan ketika satu paruh mati dan yang lainnya selamat, yang
bertahan mencari pasangan lain, laki-laki ataupun perempuan sebagaimana kita
menamai mereka,—menjadi bagian-bagian dari keseluruhan laki-laki ataupun
perempuan, dan berpegang erat kepada itu. Mereka sedang terhancurkan, ketika
Zeus iba kepada mereka dan menemukan sebuah rencana baru: ia membalik
bagian-bagian peranakan terputar ke depan, karena ini bukan selalu letak
mereka, dan mereka tidak lagi menaburkan benih mereka yang selama ini seperti belalang
di tanah, tetapi di dalam satu sama lain; dan setelah pemindahan letak tersebut
laki-laki diperanakkan di dalam perempuan dengan tujuan supaya dengan
pelukan-pelukan kebersamaan antara laki-laki dan perempuan mereka mungkin
berkembang-biak, dan ras tersebut bisa berlanjut; atau jika laki-laki datang
kepada laki-laki mereka mungkin puas dan beristirahat, dan pergi ke jalan-jalan
mereka untuk urusan kehidupan: demikian purba keinginan satu sama lain tertanam
di antara kita, mempersatukan alamiah asal kita, membuat satu dari dua, dan
menyembuhkan keadaan manusia. Masing-masing kita ketika terpisah, memiliki satu
sisi saja, seperti seekor ikan pipih, tetapi hanya sepotong manusia, dan ia
selalu mencari sebagian yang lain. Laki-laki yang merupakan sebagian dari
alamiah ganda yang dahulu dinamai Androgynous
adalah para pecinta perempuan; para pezinah secara umum adalah dari benih ini,
dan juga perempuan-perempuan pezinah yang sangat bergairah kepada laki-laki:
perempuan yang merupakan bagian dari perempuan tidak memedulikan laki-laki,
tetapi memiliki ketertarikan kepada perempuan; pertemanan-pertemanan perempuan
adalah dari macam ini. Tetapi mereka yang merupakan bagian dari laki-laki
mengikuti laki-laki, dan sewaktu mereka muda, sebagai irisan dari laki-laki,
mereka bergantung kepada laki-laki dan memeluk mereka, dan mereka adalah
remaja-remaja dan orang-orang muda yang paling baik. Beberapa secara nyata
menganggap mereka tanpa malu, tetapi ini tidak benar; karena mereka tidak
bertindak demikian dari keinginan apa-pun yang memalukan, tetapi karena mereka
gagah-berani dan bersifat laki-laki, dan memiliki warna laki-laki, dan mereka
memeluk apa yang seperti mereka. Dan mereka ini ketika dewasa menjadi para pengurus-negara
kita, dan hanya mereka ini, yang merupakan sebuah bukti besar dari apa yang aku
katakan. Ketika mereka mencapai kedewasaan mereka adalah pecinta orang-orang
muda, dan tidak secara alami berkeinginan menikah atau memeroleh anak-anak,—jika
sekalipun, mereka melakukan demikian hanya di dalam kepatuhan kepada hukum;
tetapi mereka puas jika dibiarkan hidup dengan yang lain tanpa menikah; dan
semacam alamiah demikian cenderung mencintai dan siap membalas cinta, selalu
memeluk apa yang sama kepada mereka. Dan ketika satu dari mereka, pecinta
orang-orang muda ataupun macam yang lain— bertemu dengan separuh dirinya yang sebenarnya, pasangan
tersebut hilang di dalam ketakjuban kepada cinta dan pertemanan dan keakraban,
dan satu tidak akan keluar dari pandangan yang lainnya, sebagaimana aku
katakan, bahkan untuk sesaat: mereka ini adalah orang-orang yang melalui
keseluruhan hidup mereka bersama-sama; tidak juga mereka bisa menjelaskan apa
yang mereka ingini satu sama lain. Karena ketertarikan yang mereka miliki
kepada yang lain tidak tampak sebagai keinginan melakukan persenggamaan, tetapi
sesuatu yang lain yang terbukti diingini oleh jiwa dan tidak bisa diucapkan,
dan kepadanya perempuan hanya memiliki sebuah persangkaan yang gelap dan
meragukan. Anggap Hephaestus, dengan peralatannya, mendatangi sebuah pasangan
yang sedang berbaring bersebelahan dan berkata kepada mereka, ‘Apa yang kalian
orang-orang ingini satu sama lain?’ mereka tidak akan mampu menjelaskan. Dan
anggap lebih jauh, bahwa ketika ia melihat kegusaran mereka ia berkata: ‘Apakah
kalian ingin menjadi satu; selalu siang dan malam ditemani yang lain? karena
jika ini keinginan kalian, aku bersedia melelehkan kalian ke dalam satu dan
membiarkan kalian tumbuh bersama, sehingga dari dua kalian akan menjadi satu,
dan sementara kalian hidup kalian menjalani sebuah kehidupan yang umum seperti
jika kalian adalah manusia tunggal, dan setelah kalian mati di dalam dunia
bawah tetap berangkat jiwa yang satu bukan dua—aku menanyakan jika ini adalah
apa yang kalian ingini secara mencintai, dan apakah kalian akan puas memeroleh
ini?’—tidak akan ada seorangpun dari mereka yang ketika mendengar penawaran ini
akan menyangkal atau akan tidak menerima bahwa pertemuan dan pelelehan ke dalam
satu ini, menjadi satu dan bukan dua ini, adalah benar-benar ungkapan dari
keinginan ia yang purba. Dan sebagai alasan adalah bahwa alamiah manusia dahulu
dari asal yang satu dan dahulu kita adalah keseluruhan, dan keinginan dan
pengejaran kepada keseluruhan dinamai cinta. Pernah ada suatu waktu, aku
berkata, ketika kita satu, tetapi sekarang karena ke-berdosa-an manusia dewa
memisahkan kita, sebagaimana orang-orang Arcadia tersebar ke desa-desa oleh
orang-orang Lacadaemonia. Dan jika kita tidak patuh kepada para dewa, ada
sebuah bahaya bahwa kita akan terbagi lagi dan menjadi basso-relievo, seperti badan-badan berwajah yang hanya memiliki
separuh hidung yang terpahat di tugu-tugu, dan bahwa kita akan menjadi seperti tallies. Karena itu biarkan kita
mendesak semua manusia kepada iba, supaya kita mungkin menghindari keburukan,
dan meraih kebaikan, yang kepadanya Cinta adalah tuan dan penasihat kita; dan
biarkan tidak ada yang melawan ia—ia adalah musuh para dewa ia yang melawannya.
Karena jika kita adalah teman-teman sang dewa dan berdamai dengannya kita akan
menemukan cinta kita yang sebenarnya, yang jarang terjadi di dalam dunia di
masa kini. Aku sedang bersungguh-sungguh, dan karena itu aku harus memohon
kepada Eryximachus tidak untuk melucu atau mencari sindiran di dalam apa yang
aku katakan, dan katakan aku menunjuk kepada Pausanias dan Agathon; yang,
sebagaimana aku sangka, kedua-duanya dari alamiah laki-laki, dan termasuk ke
dalam tingkatan yang telah aku jelaskan. Tetapi perkataanku memiliki penerapan
yang lebih luas—mereka memasukkan laki-laki dan perempuan di semua tempat; dan
aku percaya bahwa jika cinta kita secara sempurna terlengkapi, dan setiap orang
kembali ke alamiah purbanya memiliki cinta asalnya yang sejati, kemudian jenis
kita akan berbahagia. Dan jika ini akan menjadi yang paling baik dari semua,
yang terbaik di dalam derajat berikutnya dan di bawah keadaan-keadaan masa kini
haruslah pendekatan yang paling dekat kepada macam penyatuan demikian; dan itu
akan menjadi pencapaian cinta yang menyenangkan. Karena itu, jika kita akan
memuji ia yang telah memberikan keberuntungan tersebut kepada kita, kita harus
memuji sang dewa Cinta, yang adalah penyumbang kita yang paling besar,
kedua-duanya menuntun kita di dalam kehidupan ini kembali kepada alamiah kita
sendiri, dan memberikan kita harapan untuk masa depan, karena ia berjanji bahwa
jika kita saleh, ia akan mengembalikan kita kepada bentuk asal kita, dan
menyembuhkan kita dan membuat kita berbahagia dan terberkati. Ini, Eryximachus,
adalah pembicaraanku tentang cinta, yang, walaupun berbeda dengan milikmu, aku
harus memohon kepadamu untuk membiarkannya tidak tersangkal oleh kata-kata
gurauanmu, supaya setiap orang mungkin mendapatkan giliran; masing-masing, atau
lebih, karena Agathon dan Socrates saja yang tersisa.
Benar demikian, aku tidak akan menyerangmu,
Eryximachus berkata, karena aku berpikir bahwa pembicaraanmu memikat, dan jika
aku tidak tahu bahwa Agathon dan Socrates adalah para ahli di hal-hal cinta,
aku harus secara nyata khawatir bahwa mereka tidak memiliki apa-pun untuk
dikatakan, setelah hal-hal se-dunia yang telah kamu katakan. Tetapi, untuk
semua itu, aku bukan tanpa harapan.
Socrates berkata: Penampilanmu, Eryximachus,
berjalan baik; tetapi jika kamu ada sebagai diriku sekarang, atau ketika aku
harus berbicara setelah Agathon, kamu akan, benar-benar, berada di dalam takut
yang besar.
Kamu ingin membacakan sebuah mantera
kepadaku, Socrates, Agathon berkata, di dalam harapan bahwa aku mungkin tidak
terpengaruh kepada pengharapan yang tumbuh di antara para penonton bahwa aku
harus berbicara baik.
Aku harus secara aneh melupakan, kepada
keberanian dan keluhuran budi yang kamu pertunjukkan ketika
penyusunan-penyusunanmu akan dipamerkan, dan kamu mendatangi panggung bersama
para aktor dan menghadapi teater yang sangat luas tanpa takut, jika aku
berpikir bahwa syaraf-syarafmu bisa tegang di hadapan teman-teman yang sedikit.
Apakah kamu berpikir, Socrates, bahwa
kepalaku penuh oleh teater sehingga tidak mengetahui betapa lebih berat kepada
seorang yang sadar sedikit juri yang baik daripada banyak orang yang bodoh?
Tidak, Socrates menjawab, aku harus sangat
salah jika memaksudkan kepadamu, Agathon, itu atau keinginan apapun dari budi
bahasa. Dan aku cukup menyadari bahwa jika kamu sedang bersama dengan siapapun
yang kamu anggap bijaksana, kamu akan memedulikan pendapat mereka daripada dari
yang banyak. Tetapi kemudian kita, terpisah dari orang-orang bodoh yang banyak
di teater, tidak bisa dihargai sebagai yang terpilih sebagai bijaksana;
walaupun aku mengetahui bahwa jika saja kamu hadir di hadapan beberapa orang,
bukan kita yang kini, tetapi beberapa orang yang benar-benar bijaksana, kamu
akan malu membuat aib di hadapannya—tidakkah kamu akan?
Ya, kata Agathon.
Tetapi di hadapan yang banyak kamu tidak akan
malu, jika menurutmu kamu sedang melakukan suatu aib di dalam kehadiran mereka?
Di sini Phaedrus menyela mereka, berkata:
jangan jawab ia, Agathon-ku yang baik; karena jika saja ia bisa mendapatkan
seorang pasangan yang dengannya ia bisa berbicara, terutama yang berparas baik,
ia tidak lagi akan memedulikan penyempurnaan
rencana kita. Sekarang aku suka mendengarkan ia berbicara; tetapi juga
sekarang aku harus tidak melupakan enkomium
kepada Cinta yang aku harus terima dari ia dan dari setiap orang. Ketika kamu
dan ia telah membayarkan penghormatan kalian kepada sang dewa, kemudian kalian
mungkin berbicara.
Sangat baik, Phaedrus, Agathon berkata; aku
melihat tidak ada alasan mengapa aku harus tidak melanjutkan dengan pidatoku,
karena aku memiliki banyak kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Socrates.
Biarkan aku mengatakan pertama-tama bagaimana aku akan berbicara, dan kemudian
berbicara:—
Para pembicara yang terdahulu, tampak kepadaku,
melain dari memuji Cinta, mereka mengucapkan selamat tentang keberuntungan yang
Cinta berikan kepada manusia: tidak satupun yang menyibakkan alamiah sang dewa.
Tetapi aku lebih akan pertama-tama memuji sang dewa, dan kemudian berbicara
tentang pemberian-pemberiannya; ini selalu menjadi cara yang benar untuk memuji
semua hal. Mungkinkah aku berkata tanpa ke-tidak-saleh-an atau penyerangan,
bahwa dari semua dewa yang terberkati ia adalah yang paling indah dan paling
baik? Dan ia adalah yang paling indah: karena, di dalam tempat pertama, ia yang
paling muda, dan untuk kemudaan-nya ia sendiri adalah saksi, melaju keluar dari
jalan usia, ia yang cukup laju, secara-benar lebih laju daripada paling banyak
seperti kita:—Cinta membenci ia dan tidak akan datang mendekatinya; tetapi usia
muda dan cinta hidup dan bergerak bersama—menyukai yang menyerupai, sebagaimana
kata peribahasa. Banyak hal yang diucapkan oleh Phaedrus tentang Cinta yang aku
setuju dengan ia; tetapi aku tidak bisa setuju jika ia lebih tua daripada Iapetus
dan Kronos:— tidak demikian; aku
mendapati ia sebagai yang paling muda dari antara para dewa, dan selalu muda
selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan purba di antara para dewa yang dibicarakan
oleh Hesiod dan Parmenides, jika pengisahan tentang mereka benar, dilakukan
karena Keperluan dan bukan karena Cinta; andai Cinta ada di masa-masa itu,
tidak akan ada perantaian atau pemotongan bagian tubuh para dewa, atau
kekerasan lainnya, tetapi damai dan manis, sebagaimana sekarang di surga, sejak
kekuasaan Cinta dimulai. Cinta adalah muda dan juga lembut; ia seharusnya
memiliki seorang penyair seperti Homer untuk menjelaskan kelembutannya,
sebagaimana perkataan Homer tentang Ate, bahwa ia adalah dewi dan lembut:—
‘Kaki-nya lembut, karena ia mengayunkan
langkahnya, bukan di tanah tetapi di atas kepala para laki-laki:’
inilah sebuah bukti kuat kelembutannya,—bahwa
ia berjalan bukan di atas yang kasar tetapi yang lembut. Biarkan kita
menggunakan bukti yang serupa kepada kelembutan Cinta; karena ia bukan berjalan
di atas bumi, tidak juga di atas tengkorak-tengkorak manusia, yang tidak sangat
lembut, tetapi di dalam jantung dan jiwa para dewa dan manusia, yang merupakan
semua hal yang paling lembut: di dalam mereka ia berjalan dan tinggal dan
menjadikannya rumahnya. Bukan di dalam semua jiwa tanpa kecuali, karena di mana
ada ke-keras-an ia akan tinggalkan, di mana ada kelembutan di sana ia tinggal;
dan memijakkan kakinya selalu di dalam semua cara atau jalan di dalam
tempat-tempat yang paling lembut dari tempat-tempat yang lembut, ia haruslah yang
paling lembut dari semua hal. Sebuah kebenaran adalah ia yang paling lembut
sebagaimana ia paling muda, dan juga dari bentuk yang lentur; karena jika ia
keras dan tanpa lentur ia tidak akan bisa menutupi semua hal, atau mengayunkan
langkahnya ke dalam dan ke luar dari setiap jiwa manusia tanpa ditemukan. Dan
sebuah bukti tentang kelenturannya dan bentuk kasihnya yang simetris, yang
semesta akui di dalam sebuah cara khusus disandangkan kepada Cinta; tidak-kasih
dan cinta selalu berperang satu sama lain. Keindahan kerumitannya diungkapkan
oleh tinggalnya di antara bunga-bunga; karena ia tinggal bukan di tengah-tengah
keadaan tidak berbunga atau kecantikan yang memudar, badan ataupun jiwa atau
apapun yang lain, tetapi di tempat bunga-bunga dan harum-haruman, di sanalah ia
tinggal. Memperhatikan keindahan sang dewa aku telah mengatakan cukup; dan
masih banyak yang mungkin aku katakan. Tentang kebaikannya sekarang aku akan
berbicara: kemenangannya yang paling besar adalah bahwa ia tidak bisa melakukan
ataupun menerima perlakuan buruk kepada ataupun dari dewa atau manusia; karena
ia menderita bukan oleh paksaan jika ia menderita; paksaan tidak bisa mendekat
kepada ia, tidak juga ketika ia bertindak ia bertindak dengan paksaan. Karena
semua manusia di dalam semua hal melayaninya dari keinginan-bebas mereka
sendiri, dan di mana ada persetujuan suka-rela, di sanalah, sebagaimana hukum
yang dikatakan oleh tuan-tuan di kota, ada keadilan. Dan ia bukan hanya adil
tetapi juga sangat perasa, karena perasaan adalah pemimpin yang diakui untuk
kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginan, dan tidak ada keinginan yang
pernah menguasai Cinta; ia adalah tuan mereka dan mereka adalah para
pelayannya; dan jika ia menaklukkan mereka ia harus nyata perasa. Sementara
untuk keberanian, bahkan dewa Perang bukan tandingannya; ia adalah tawanan dan
Cinta adalah sang tuan, karena cinta, cinta kepada Aphrodite, menguasainya,
sebagaimana kisah ceritakan; dan tuan lebih kuat daripada pelayan. Dan jika ia
menaklukkan yang paling berani dari semua yang lain, ia haruslah menjadi yang
paling berani. Tentang keberanian dan keadilan dan perasa ia aku telah
bicarakan, tetapi belum juga aku membicarakan kebijaksanaan-nya; dan
berdasarkan ukuran kemampuan diriku aku harus mencoba yang terbaik dari diriku.
Di dalam tempat pertama, jika aku membesarkan seni diriku, sebagaimana
dilakukan oleh Eryximachus, ia juga adalah sumber segala puisi, yang ia tidak
akan bisa jika ia bukan penyair. Dan di sentuhannya setiap orang menjadi
penyair, bahkan jika ia tidak memiliki
musik di dalam dirinya sebelum itu; ini juga sebuah bukti bahwa Cinta
adalah penyair yang baik dan ahli di dalam semua seni rupa; karena tidak
satupun bisa memberi kepada yang lain apa yang ia sendiri tidak memiliki, atau
mengajarkan apa yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Siapa akan menyangkal
bahwa penciptaan binatang-binatang adalah perbuatannya? Bukankah mereka semua
pekerjaan-pekerjaan kebijaksanannya, lahir dan melahirkan dari ia? Dan kepada
para seniman, bukankah kita mengetahui bahwa ia dari mereka yang terilhami oleh
cinta saja yang memiliki sinar kemasyhuran?—ia yang Cinta sentuh tidak berjalan
di dalam kegelapan. Seni-seni perobatan dan panahan dan penyucian ditemukan
oleh Apollo, di bawah tuntunan cinta dan keinginan; sehingga ia juga adalah
murid dari Cinta. Juga melodi para Muse, metalurgi dari Hephaestus, menenun
oleh Athena, kerajaan Zeus terhadap para dewa dan manusia, semua karena Cinta,
yang adalah penemu mereka. Dan kemudian Cinta ada demi kerajaan para dewa—cinta
kepada keindahan, sebagaimana jelas, karena dengan keruntuhan Cinta tidak
memiliki ketertarikan. Di masa lalu, sebagaimana aku memulai dengan mengatakan,
sikap-sikap buruk dilakukan di antara para dewa, karena mereka diperintah oleh
Keperluan; tetapi sekarang sejak kelahiran Cinta, dan dari Cinta kepada keindahan,
telah tumbuh semua kebaikan di langit dan di bumi. Karena itu, Phaedrus, aku
berkata bahwa Cinta adalah yang paling indah dan paling baik di dalam dirinya
sendiri, dan penyebab dari semua hal yang paling indah dan paling baik di dalam
semua hal. Dan ada datang ke dalam pikiranku sebuah baris puisi yang di
dalamnya ia dikatakan sebagai sang dewa yang
‘Memberikan kedamaian di bumi dan menenangkan
badai di kedalaman, ia yang menenangkan angin dan menenangkan penderita untuk
bisa tidur.’
Ini adalah ia yang mengosongkan manusia dari
ke-tidak-kasih-an dan mengisi mereka dengan perasaan mengasihi, ia yang membuat
mereka bertemu di meja-meja seperti ini: di dalam persembahan-persembahan,
perayaan-perayaan, tari-tarian, ia adalah tuan kita—ia yang mengirimkan kesopanan
dan mengusir ke-tidak-sopan-an, yang selalu memberikan kebaikan dan tidak
pernah keburukan; teman dari yang baik, keajaiban kepada yang bijaksana,
ketakjuban dari para dewa; keinginan untuk mereka yang tidak memiliki bagian di
dalamnya, dan berharga untuk mereka yang memiliki bagian yang lebih baik di
dalamnya; orang-tua dari kenikmatan, kemewahan, kegemaran, kelembutan, kasih;
penghargaan kepada kebaikan, penolakan terhadap kejahatan: di dalam setiap
dunia, pekerjaan, harapan, takut—penyelamat, nahkoda, komandan, penolong;
kemenangan para dewa dan manusia, pemimpin paling berani dan paling besar: di
dalam langkah-langkahnya biarkan setiap orang mengikuti, bernyanyi manis di
dalam kehormatannya dan bergabung di dalam manis itu ketegangan yang dengannya
cinta memanterai jiwa-jiwa para dewa dan manusia. Demikianlah pidato ini,
Phaedrus, separuh-bermain, tetapi juga memiliki sebuah ukuran pasti kepada
ke-ber-sungguh-sungguh-an, yang, berdasarkan kemampuan diriku, aku persembahkan
kepada sang dewa.
Ketika Agathon selesai berbicara, Aristodemus
berkata bahwa ada sebuah keriangan yang umum; anak muda tersebut disangka telah
berbicara di dalam sebuah cara yang berharga untuk dirinya dan juga untuk sang
dewa. Dan Socrates, melihat kepada Eryximachus, berkata: Beritahukan aku, anak
Acumenus, tidak adakah alasan di dalam kekhawatiranku? dan bukankah aku benar
seorang peramal ketika aku mengatakan bahwa Agathon akan mengantarkan sebuah
orasi yang indah, dan bahwa aku harus ada di dalam gusar?
Bagian dari ramalan tersebut yang mengenai
Agathon, Eryximachus menjawab, tampak kepadaku sebagai benar; tetapi tidak di
bagian yang lain—bahwa kamu akan ada di dalam kegusaran.
Mengapa, temanku yang baik, Socrates berkata,
bukankah aku atau siapapun harus berada di dalam sebuah kegusaran untuk
berbicara setelah mendengar sebuah macam perkataan yang kaya dan beraneka? Aku
secara khusus terpukau dengan keindahan kata-kata kesimpulan—siapa yang bisa
mendengarkan mereka tanpa kagum? Sementara diriku, jelas, aku sangat yakin bahwa
aku tidak akan mampu untuk mengucapkan apapun yang sama bagus walau separuhnya,
aku telah bersiap untuk lari karena mati,
jika ada sebuah kemungkinan melepaskan diri. Karena aku mengingat Gorgias, dan
di akhir pidatonya aku yakin Agathon membuatku gemetar kepada orang Gorginia
atau Gorgonia pemimpin dari guru besar retorika, yang secara sederhana mengubah
diriku dan kata-kataku kepada batu, sebagaimana Homer katakan, dan memukulku
sehingga bodoh. Dan kemudian aku menemukan betapa bodoh aku telah mengambil
giliran dengan kalian di dalam memuji cinta, dan mengatakan bahwa aku juga ahli
seni tersebut, ketika aku secara nyata tidak memiliki pemahaman bagaimana suatu
hal harus dipuji. Karena di dalam kesederhanaan diriku aku membayangkan bahwa
hal memuji haruslah benar, dan ini telah disyaratkan, keluar dari pembicara
sejati harus memilih yang paling baik dan mengutarakannya di dalam cara yang
paling baik. Dan aku merasa cukup bangga, berpikir bahwa aku mengetahui alamiah
pujian yang benar, dan aku haruslah akan berbicara dengan baik. Sementara aku
sekarang melihat bahwa ini tampak bukanlah tujuan sebuah pidato pujian yang
baik; melainkan hanya menyebutkan setiap jenis kebesaran dan kemenangan Cinta,
benar-benar dimiliki oleh ia ataupun tidak, tanpa memperhatikan benar atau
salah—itu bukan masalah; karena pengajuan asli tampak bukan bahwa setiap orang
dari kalian harus secara nyata memuji ia. Dan sehingga kalian mempersembahkan
kepada Cinta setiap bentuk pujian yang bisa dibayangkan yang bisa dikumpulkan
dari manapun; dan kalian berkata bahwa ‘ia adalah semua ini,’ dan ‘penyebab
semua itu,’ membuatnya tampak sebagai yang paling indah dan paling baik kepada
semua mereka yang tidak mengenalnya, karena kalian tidak bisa menjatuhkannya
kepada siapapun yang mengenalnya. Dan sebuah himne khidmat yang agung telah
kalian lantunkan. Tetapi karena aku telah salah memahami alamiah pujian ketika
aku mengatakan bahwa aku akan mengambil giliranku, aku juga harus memohon untuk
terbebas dari janji yang aku buat di dalam kejahilan, dan yang (sebagaimana
Euripides akan katakan (Eurip. Hyppolitus)) adalah sebuah janji dari bibir dan
bukan dari pikiran. Selamat tinggal kemudian kepada semacam tekanan demikian:
karena aku tidak bisa memuji di dalam jalan itu; tidak, secara nyata, aku tidak
bisa. Tetapi jika kalian suka mendengar kebenaran tentang cinta, aku bersedia
untuk berbicara di dalam caraku sendiri, walaupun aku akan membuat diriku
sendiri konyol dengan memasuki persaingan apapun dengan kalian. Katakanlah
kemudian, Phaedrus, apakah kamu akan suka mengetahui kebenaran tentang cinta,
diucapkan di kata-kata apapun dan tujuan-tujuan yang mungkin datang ke dalam
pikiranku di saatnya. Akankah itu bisa diterima untukmu?
Aristodemus berkata bahwa Phaedrus dan
teman-teman meminta ia berbicara di dalam cara manapun yang ia pikir paling
baik. Kemudian, ia menambahkan, biarkan aku memeroleh izinmu pertama-tama untuk
memberikan Agathon beberapa pertanyaan lagi, supaya aku mungkin menggunakan
pengakuannya sebagai dasar-dasar pemikiran kepada pembicaraanku.
Aku memberikan izin tersebut, Phaedrus
berkata: kemukakanlah pertanyaan-pertanyaanmu.
Socrates kemudian melanjutkan sebagai
berikut: Di dalam orasi hebat yang baru saja kamu kemukakan, menurutku kamu
benar, Agathon yang baik, di dalam mengajukan untuk berbicara tentang alamiah
Cinta pertama-tama dan terkemudian pekerjaan-pekerjaannya—itu adalah sebuah
jalan memulai yang aku sangat terima. Dan sebagaimana kamu telah berbicara
sangat fasih tentang alamiahnya, mungkinkah aku menanyaimu lebih jauh, Jika
cinta adalah kepada sesuatu atau kepada bukan apa-apa? Dan di sini aku harus
menjelaskan diriku sendiri: Aku bukan menginginimu mengatakan bahwa cinta
adalah cinta seorang ayah atau cinta seorang ibu—itu akan konyol; tetapi untuk
menjawab sebagaimana kamu akan melakukan, jika aku menanyakan apakah seorang
ayah adalah ayah dari sesuatu? yang kepadanya kamu tidak akan menemukan
kesukaran di dalam menjawab, dari seorang anak laki-laki atau anak perempuan:
dan jawaban tersebut akan menjadi benar.
Sangat benar, Agathon berkata.
Dan kamu akan mengatakan yang sama kepada
seorang ibu?
Ia menerima.
Biarkan aku mengajukan satu lagi pertanyaan untuk
melukiskan maksud diriku: Bukankah seorang saudara laki-laki secara khusus
dihargai sebagai saudara laki-laki dari sesuatu?
Tentu saja, ia menjawab.
Yaitu, seorang saudara laki-laki atau saudara
perempuan?
Ya, katanya.
Dan sekarang, Socrates berkata, aku akan
menanyakan tentang Cinta. Apakah Cinta adalah kepada sesuatu atau bukan kepada
apapun?
Kepada sesuatu, secara yakin, ia menjawab.
Jaga di dalam pikiran apakah ini, dan katakan
kepadaku apa yang aku ingin ketahui, apakah Cinta mengharapkan apa yang
dicintai itu.
Ya, secara yakin.
Dan apakah ia memiliki, ataukah ia tidak
memiliki, yang ia cintai dan harapkan itu?
Sepertinya tidak, aku bisa berkata.
Tidak, Socrates menjawab, aku ingin kamu tidak
menggunakan ‘sepertinya’, tetapi ‘seharusnya’, pertimbangkan bahwa ia yang
mengharapkan sesuatu adalah mengingini sesuatu, dan bahwa ia yang tidak
mengharapkan apa-apa tidaklah mengingini apa-apa, di dalam penilaianku,
Agathon, secara mutlak dan secara perlu benar. Apa yang kamu pikirkan?
Aku setuju denganmu, kata Agathon.
Sangat baik. Akankah ia yang besar, berharap
menjadi besar, atau ia yang kuat, berharap menjadi kuat?
Itu akan menjadi tidak bertetapan dengan
pernyataan-pernyataan kita yang lalu.
Benar. Karena ia yang mengingini sesuatu
tidak bisa mengingini yang ada di dirinya sendiri?
Benar.
Juga tidak, Socrates menambahkan, jika
seorang yang telah kuat ingin menjadi kuat, atau telah lentur ingin menjadi
lentur, atau telah sehat ingin menjadi sehat, orang yang di dalam keadaan ini
atau semua yang semacam ini mungkin dianggap mengharapkan sesuatu yang telah ia
miliki atau dirinya sendiri. Aku memberikan contoh demi kita mungkin
menghindari salah pengertian. Karena para pemilik mutu-mutu ini, Agathon, harus
dianggap memiliki kelebihan-kelebihan berharga di saat tersebut, mereka pilih
ataupun tidak; dan siapa yang bisa mengharapkan sesuatu yang telah ia miliki?
Karena itu, ketika seseorang berkata, aku sehat dan berharap menjadi sehat,
atau aku kaya dan berharap menjadi kaya, dan aku secara sederhana ingin
memiliki apa yang telah aku miliki—kepadanya kita harus menjawab: ‘Kamu,
temanku, telah memiliki harta dan kesehatan dan kekuatan, ingin memiliki
keberlanjutan dari mereka; karena saat ini, kamu pilih ataupun tidak, kamu
memiliki mereka. Dan ketika kamu berkata, aku mengharapkan apa yang aku miliki
dan tidak ada yang lain, bukankah maksudmu bahwa kamu mengingini apa yang
sekarang kamu miliki di masa depan?’ Ia harus setuju dengan kita—bukankah ia
harus?
Ia harus, Agathon menjawab.
Kemudian, Socrates berkata, ia mengharapkan
apa yang ia miliki saat ini mungkin terjaga untuknya di masa depan, yang sama
dengan mengatakan bahwa ia mengharapkan sesuatu yang tidak hadir kepadanya, dan
yang belum ia miliki?
Benar, katanya.
Kemudian ia dan setiap orang yang berharap,
mengharapkan sesuatu yang belum ia miliki, dan yang masa depan dan bukan masa
kini, dan yang tidak ia miliki, dan yang bukan ia, dan yang ia butuhkan;— ini
adalah macam hal-hal yang cinta dan harapan cari?
Benar, katanya.
Kemudian sekarang, Socrates berkata, biarkan
kita meninjau ulang argumen tersebut. Pertama, bukankah cinta adalah kepada
sesuatu, dan kepada sesuatu yang juga dibutuhkan oleh seseorang?
Ya, ia menjawab.
Ingatlah lebih jauh apa yang telah kamu
katakan di dalam pidatomu, atau jika kamu tidak ingat aku akan mengingatkanmu: kamu
berkata bahwa cinta kepada keindahan terpasang demi kerajaan para dewa, karena
tidak ada cinta kepada keruntuhan—bukankah kamu mengatakan hal semacam itu?
Ya, kata Agathon.
Ya, temanku, dan penandaan kembali itu adalah
satu yang adil. Dan jika ini benar, Cinta adalah cinta kepada keindahan dan
bukan kepada keruntuhan?
Ia menerima.
Dan pernyataan telah dibuat bahwa Cinta
adalah kepada sesuatu yang seorang ingini dan yang tidak ia miliki?
Benar, katanya.
Kemudian Cinta mengingini dan tidak memiliki
keindahan?
Tentu saja, ia menjawab.
Dan akankah kamu menyebut indah apa yang
mengingini dan tidak memiliki keindahan?
Tentu saja tidak.
Kemudian akankah kamu tetap mengatakan bahwa
cinta adalah indah?
Agathon menjawab: Aku khawatir bahwa aku
tidak mengerti apa yang telah aku katakan.
Kamu telah mengemukakan sebuah pidato yang
sangat baik, Agathon, Socrates menjawab; tetapi masih ada satu pertanyaan kecil
yang aku ingin ajukan. Bukankah kebaikan adalah juga keindahan?
Ya.
Kemudian di dalam mengingini keindahan, cinta
juga mengingini kebaikan?
Aku tidak bisa membantahmu, Socrates, Agathon
berkata. Biarkan kita menganggap bahwa apa yang kamu katakan benar.
Bukan, kebenaran, Agathon tercinta, yang
tidak bisa kamu bantah; karena Socrates bisa dibantah secara mudah.
Dan sekarang, meninggalkanmu, aku akan mengemukakan
sebuah kisah tentang cinta yang aku dengar dari Diotima dari Mantinea, seorang
perempuan yang bijaksana di dalam ini dan banyak macam pengetahuan yang lain,
yang di masa lalu, ketika orang-orang Athena melakukan persembahan sebelum
ketibaan wabah, menunda penyakit tersebut sepuluh tahun. Ia adalah guruku di
dalam seni tentang cinta, dan aku harus mengulang kepada kalian apa yang ia
katakan kepadaku, dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh
Agathon, yang hampir sama jika bukan cukup sama dengan yang aku buat kepada
sang perempuan bijaksana ketika ia menanyaiku. Aku berpikir bahwa ini akan
menjadi jalan paling mudah, dan aku harus mengambil bagian kedua-duanya
sendirian sebaik yang aku bisa.
Pertama, Agathon, aku harus mengungkapkan, sebagaimana
kamu, hal dan alamiah Cinta, dan kemudian tentang pekerjaan-pekerjaannya.
Pertama aku mengatakan kepada Diotima di dalam kata-kata yang hampir sama yang
Agathon gunakan kepadaku, bahwa Cinta adalah dewa yang maha kuasa, dan juga
indah; dan Diotima membuktikan kepadaku sebagaimana aku membuktikan kepada
Agathon bahwa, dengan aku mempertunjukkan sendiri, Cinta tidaklah indah ataupun
baik.
‘Apa yang engkau maksudkan, Diotima,’ aku
berkata, ‘jika demikian cinta adalah buruk dan jelek?’
‘Hush,’
ia berteriak, ‘haruskah jelek sesuatu yang tidak indah?’
‘Tentu saja,’ aku berkata.
‘Dan yang tidak bijaksana, adalah jahil?’
‘Dan menjadi apakah mereka?’ aku berkata.
‘Kamu tentu saja mengetahui, bahwa pendapat yang benar,’ ia menjawab; ‘yang tidak mampu memberikan alasan, bukanlah pengetahuan
(karena bagaimana bisa pengetahuan tidak memiliki alasan?) juga bukan kejahilan, karena kejahilan tidak akan mencapai kebenaran. Sehingga, pendapat yang benar, menurutku, memiliki letak yang demikian, di antara kejahilan dan kebijaksanaan.’
‘Cukup benar,’ aku menjawab.
‘Kemudian jangan membantah,’ ia berkata,
‘bahwa apa yang tidak indah harus jelek, dan apa yang tidak baik adalah buruk;
karena ia di tengah-tengah di antara mereka.’
‘Baik,’ aku berkata, ‘Cinta secara yakin
diterima oleh semua orang sebagai dewa besar.’
‘Oleh mereka yang mengetahui ataukah oleh
mereka yang tidak tahu?’
‘Oleh semua orang.’
‘Dan bagaimana, Socrates,’ ia berkata dengan
tersenyum, ‘bisakah Cinta diterima sebagai dewa besar oleh mereka yang berkata
bahwa ia sama sekali bukan dewa?’
‘Dan siapakah mereka?’ aku berkata.
‘Kamu dan aku adalah dua dari mereka,’ ia
menjawab.
‘Bagaimana bisa demikian?’ aku berkata.
‘Cukup tampak,’ ia menjawab; ‘karena kamu
sendiri akan menerima bahwa para dewa berbahagia dan indah—tentu saja kamu akan
demikian—akankah kamu berani mengatakan manapun dewa tidak demikian?’
‘Tentu saja tidak,’ aku menjawab.
‘Dan apakah kamu memaksudkan berbahagia
adalah mereka yang memiliki hal-hal yang baik atau indah?’
‘Ya.’ ‘Dan apakah kamu menerima bahwa Cinta,
karena ia membutuhkan, mengharapkan hal-hal baik atau indah yang ia butuhkan
itu?’
‘Ya, aku demikian.’
‘Tetapi bagaimana bisa dewa tidak memiliki
hal baik ataupun indah?’
‘Tidak mungkin.’
‘Kemudian kamu melihat bahwa kamu juga
menyangkal kedewaan Cinta.’
‘Kemudian apakah Cinta?’ aku bertanya;
‘Apakah ia fana?’
‘Tidak.’ ‘Kemudian apa?’
‘Sebagaimana di hal tadi, ia bukan fana
ataupun abadi, tetapi di antara yang dua.’
‘Apakah ia, Diotima?’
‘Ia adalah ruh (daimon), dan sebagaimana semua ruh ia di tengah di antara abadi dan
fana.’
‘Dan apa,’ aku berkata ‘apakah ia memiliki
kuasa?’
‘Ia menjelaskan,’ ia menjawab, ‘antara para
dewa dan manusia, mengantarkan dan membawa kepada para dewa doa-doa dan
persembahan-persembahan dari manusia, dan kepada manusia perintah-perintah dan
jawaban-jawaban dari para dewa; ia adalah perantara yang menjembatani jurang
yang memisahkan mereka, dan karena itu di dalam ia semua terikat bersama, dan
melalui ia seni-seni peramal dan pendeta, persembahan-persembahan dan
misteri-misteri dan mukjizat-mukjizat mereka, dan semua ramalan dan mantera,
menemukan jalan. Karena para dewa tidak berhubungan dengan manusia; tetapi
melalui Cinta semua perbincangan dan perkataan dewa dengan manusia, saat bangun
ataupun tidur, berlangsung. Kebijaksanaan yang memahami ini adalah ruhaniah;
semua kebijaksanaan lain, semacam kesenian dan pertukangan, adalah kotor dan
kasar. Sekarang ruh-ruh atau kekuatan-kekuatan pertengahan ini ada banyak dan
bermacam-macam, dan salah satu dari mereka adalah Cinta.’
‘Dan siapa,’ aku berkata, ‘ayahnya, dan siapa
ibunya?’
‘Kisah tersebut,’ ia berkata, ‘akan
memerlukan waktu. Bagaimanapun aku akan memberitahukanmu. Di hari lahir
Aphrodite ada sebuah acara perjamuan di tempat para dewa, dewa Poros atau
Kelimpahan, anak dari Metis atau Keleluasaan, merupakan satu dari antara para
tamu. Ketika acara tersebut telah selesai, Penia atau Kemiskinan, sebagaimana
biasa di hal semacam tersebut, mendekati pintu untuk mengemis. Sekarang
Kelimpahan yang lebih buruk untuk nektar (tidak ada anggur di masa itu), pergi
ke taman Zeus dan tertidur lelap, dan Kemiskinan mempertimbangkan keadaan
dirinya sendiri yang serba kurang, bersiasat untuk mendapatkan anak darinya,
dan kemudian ia berbaring di sisinya dan memeroleh Cinta, yang sebagian karena
ia alamiah adalah pecinta keindahan, dan karena Aphrodite adalah indah, dan
juga karena ia lahir di hari lahir Aphrodite, ia adalah pengikut dan juga
pembantunya. Dan sebagaimana orang-tuanya, demikian juga peruntungannya. Di
tempat pertama ia selalu miskin, dan apapun selain lembut dan indah,
sebagaimana banyak yang membayangkan; dan ia kasar dan jelek, dan tidak ada
memiliki sepatu, tidak juga rumah untuk tinggal; di tanah ia berbaring di bawah
langit yang terbuka, di jalan-jalan, atau di pintu-pintu rumah-rumah, ia
beristirahat; dan seperti ibunya ia selalu di-dalam sukar. Seperti ayahnya
juga, yang juga sebagian ia wakilkan, ia selalu bermuslihat melawan yang indah
dan baik; ia berani, giat, kuat, pemburu yang perkasa, selalu menyusun siasat
atau yang lain, lincah di dalam pengejaran kebijaksanaan, subur di dalam sumber
daya; filsuf di seluruh waktu, dahsyat sebagai pemikat, penyihir, sofis. Ia
secara alamiah bukan fana ataupun abadi, tetapi hidup dan subur di satu waktu
ketika ia berkelimpahan, dan mati di lain waktu, dan hidup lagi disebabkan oleh
alamiah ayahnya. Tetapi apa yang mengalir masuk selalu mengalir keluar, dan
sehingga ia tidak pernah miskin dan tidak pernah kaya; dan, lebih jauh, ia di
tengah di antara kejahilan dan pengetahuan. Kebenaran dari hal tersebut adalah
ini: Tidak ada dewa yang adalah filsuf atau pencari kebijaksanaan, karena ia
telah bijaksana; juga tidak ada manusia yang bijaksana yang mencari
kebijaksanaan. Juga tidak ada yang jahil yang mencari kebijaksanaan. Karena
inilah keburukan dari kejahilan, bahwa ia yang tidak baik ataupun bijaksana
akan puas dengan dirinya sendiri: ia tidak memiliki keinginan untuk apa yang ia
merasa tidak memerlukan.’
‘Tetapi siapa kemudian, Diotima,’ aku
berkata, ‘para pecinta kebijaksanaan, jika mereka tidak bijaksana juga tidak
jahil?’
‘Anak kecilpun mungkin menjawab pertanyaan
itu,’ ia menjawab; ‘mereka adalah yang berada di tengah di antara dua; Cinta
adalah satu dari mereka; dan karena itu Cinta adalah juga filsuf atau pecinta
kebijaksanaan, dan karena ia pecinta kebijaksanaan ia di tengah di antara
bijaksana dan jahil. Dan kepada ini juga kelahirannya menjadi sebab; karena
ayahnya kaya dan bijaksana, dan ibunya miskin dan bodoh. Demikian, Socrates
sayang, alamiah dari ruh Cinta. Kesalahan di dalam pengertianmu tentang ia
sangatlah biasa, dan sebagaimana aku bayangkan dari apa yang kamu katakan,
terbangun dari salah menilai cinta dengan yang dicintai, yang membuatmu
berpikir bahwa cinta adalah keseluruhan indah. Karena yang dicintailah yang
benar-benar indah, dan enak, dan sempurna, dan terberkati; tetapi keadaan cinta
adalah dari alamiah yang lain, dan semacam yang telah aku terangkan.’
Aku berkata, ‘Wahai engkau perempuan asing,
engkau berkata baik; tetapi, menganggap Cinta sebagaimana engkau katakan, apa
kegunaannya kepada manusia?’
‘Itu, Socrates,’ ia menjawab, ‘aku akan
berusaha buka: alamiah dan kelahirannya aku sudah bicarakan; dan kamu menerima
bahwa cinta adalah kepada keindahan. Tetapi seseorang akan berkata: Kepada
keindahan di dalam apa, Socrates dan Diotima?—atau lebih biarkan aku meletakkan
pertanyaan tersebut secara lebih jernih; dan bertanya: Ketika seorang mencintai
keindahan, apa yang ia harapkan?’
Aku menjawabnya ‘Bahwa keindahan itu menjadi
miliknya.’
‘Tetap,’ kata ia, ‘jawaban tersebut
menyebabkan sebuah pertanyaan lain: Apa yang diberikan oleh kepemilikan
keindahan?’
‘Kepada apa yang engkau tanyakan,’ aku
menjawab, ‘aku tidak memiliki jawaban yang siap.’
‘Kemudian,’ ia berkata, ‘biarkan aku
meletakkan kata “kebaikan” di tempat keindahan, dan mengulangi pertanyaan
tersebut sekali lagi: jika ia yang mencintai kebaikan, apakah kemudian yang ia
cintai?’
‘Kepemilikan kebaikan tersebut,’ aku berkata.
‘Dan apa yang ia raih ia yang memiliki
kebaikan?’
‘Kebahagiaan,’ aku menjawab; ‘lebih sedikit
kesukaran di dalam menjawab pertanyaan itu.’
‘Ya,’ katanya, ‘kebahagiaan yang berbahagia
menjadi berbahagia oleh perolehan hal-hal baik. Tidak lagi perlu ditanyakan
mengapa seseorang menginginkan kebahagiaan; jawaban tersebut telah akhir.’
‘Engkau benar.’ Aku berkata.
‘Dan apakah keinginan dan harapan ini umum
untuk semua orang? dan apakah semua orang selalu mengharapkan kebaikan diri
mereka, ataukah hanya beberapa orang?’
‘Semua orang,’ aku menjawab; ‘harapan
tersebut umum untuk semua.’
‘Mengapa, kemudian,’ ia menambahkan, ‘tidak
semua orang, Socrates, dikatakan mencintai, tetapi hanya beberapa dari mereka?
Sementara kamu mengatakan bahwa semua manusia selalu mencintai hal-hal yang
sama.’
‘Aku juga heran,’ aku berkata, ‘mengapa begini?’
‘Tidak ada yang perlu diherankan,’ ia
menjawab; ‘alasannya adalah bahwa satu bagian dari cinta adalah terpisah dan
menerima nama keseluruhan, tetapi bagian-bagian yang lain memiliki nama-nama
yang lain.’
‘Berikan penggambaran,’ aku berkata.
Ia menjawabku sebagai berikut: ‘Ada puisi,
yang, sebagaimana kamu tahu, rumit dan banyak-macam. Semua ciptaan atau
kejadian dari tidak ada ke dalam ada adalah puisi dan penyusunan; sehingga para
ahli dari semua seni semuanya penyair atau para pembuat.’
‘Benar.’
‘Masih,’ ia berkata, ‘kamu tahu bahwa mereka
tidak disebut sebagai para penyair, tetapi memiliki nama-nama lain; hanya
bagian seni yang terpisah dari keseluruhan, dan yang berhubungan dengan musik
dan matra, dianggap sebagai puisi, dan mereka yang memiliki puisi di dalam rasa
kata ini disebut sebagai para penyair.’
‘Benar,’ aku berkata.
‘Dan sama kepada cinta; secara benar,
keinginan kepada hal-hal baik dan kebahagiaan— Cinta yang berkuasa dan memedayakan. Tetapi mereka yang
tenggelam kepadanya oleh jalur lain manapun, jalur mencari uang atau senam atau
filsafat; tidak disebut sebagai para pecinta—nama dari keseluruhan diberikan
kepada mereka yang bersungguh-sungguh memperhatikan satu bentuk saja—mereka
sendiri saja yang dikatakan mencintai, atau menjadi para pecinta.’
‘Aku berani berkata,’ aku menjawab, ‘bahwa
engkau benar.’
‘Ya,’ ia menambahkan, ‘dan kamu mendengar
orang-orang mengatakan bahwa para pecinta mencari separuh dari diri mereka;
tetapi aku mengatakan bahwa mereka bukan mencari separuh diri mereka, juga
bukan keseluruhan, kecuali separuh atau keseluruhan tersebut juga sebuah
kebaikan. Dan mereka akan memutuskan tangan-tangan dan kaki mereka dan membuang
mereka, jika mereka buruk; karena mereka bukan mencintai apa yang mereka
miliki, kecuali di suatu kesempatan ada seseorang yang mengatakan bahwa apa
yang ia miliki baik, dan apa yang dimiliki orang lain adalah buruk. Karena
tidak ada yang dicintai manusia kecuali kebaikan. Adakah yang lain?’
‘Tentu saja, aku harus berkata, tidak ada
yang lain.’
‘Kemudian,’ ia berkata, ‘kebenaran sederhana
adalah, bahwa manusia mencintai kebaikan.’
‘Ya,’ aku berkata.
‘Yang kepadanya harus ditambahkan bahwa
mereka mencintai kepemilikan kebaikan?’
‘Ya, itu harus ditambahkan.’
‘Dan bukan hanya kepemilikan, tetapi kepemilikan
yang abadi kepada kebaikan?’
‘Itu juga harus ditambahkan.’
‘Kemudian cinta,’ ia berkata, ‘mungkin
digambarkan secara umum sebagai cinta kepada kepemilikan abadi kebaikan?’
‘Itu adalah paling benar.’
'Kemudian jika ini alamiah cinta, bisakah kamu
memberitahukan kepadaku lebih jauh,’ ia berkata, ‘apa sifat pengejaran
tersebut? apa yang mereka lakukan yang memperlihatkan semua kegigihan dan panas
yang disebut cinta ini? dan apa tujuan yang mereka pandang? Jawablah aku.’
‘Tidak, Diotima,’ aku menjawab, ‘jika aku
mengetahui, aku tidak akan mengagumi kebijaksanaan engkau, juga tidak aku akan
datang untuk belajar kepada engkau tentang hal ini.’
‘Baik,’ ia berkata, ‘aku akan mengajarimu. Tujuan
yang mereka pandang adalah kelahiran di dalam keindahan, badan ataupun jiwa.’
‘Aku tidak memahami engkau,’ aku berkata; ‘oracle tersebut memerlukan sebuah
penjelasan.’
‘Aku akan membuat maksud diriku lebih jelas,’
ia menjawab. ‘Aku bermaksud mengatakan, bahwa semua orang mengingini
penciptaan-ulang di dalam badan-badan dan jiwa-jiwa mereka. Ada suatu umur
tertentu ketika manusia mengharapkan memeroleh-keturunan—memeroleh-keturunan
yang harus indah dan bukan jelek; dan memeroleh-keturunan ini adalah penyatuan
laki-laki dan perempuan, dan adalah sebuah hal suci; karena kehamilan dan
keturunan adalah sebuah ajaran abadi di dalam makhluk fana, dan di dalam
ke-tidak-harmonis-an mereka tidak akan pernah jadi. Tetapi yang jelek selalu
tidak harmonis dengan yang suci, dan yang indah selalu harmonis. Keindahan,
kemudian, adalah takdir atau dewi jalan-melahirkan dan tinggal di kelahiran,
dan karena itu, ketika mencapai keindahan, kekuatan pemahaman adalah
menguntungkan, dan bersifat menyebar, dan ramah, dan menumbuhkan dan berbuah:
di pemandangan hal jelek ia mengerut dan memendek dan bisa merasai sakit, dan
berbalik, dan menggulung layu, dan bukan tanpa sebuah kepedihan pergi dari
kehamilan. Dan ini alasan mengapa, ketika masa kehamilan tiba, dan pemadatan
alamiah telah penuh, ada semacam keriangan dan ekstasi tentang keindahan yang
pencapaiannya adalah peredaan rasa sakit dari persalinan. Karena cinta,
Socrates, bukanlah, sebagaimana yang kamu bayangkan, hanya cinta kepada
keindahan.’
‘Kemudian apa?’
‘Cinta kepada keturunan dan kelahiran di
dalam keindahan.’
‘Ya,’ aku berkata.
‘Ya, memang demikian,’ ia menjawab.
‘Tetapi mengapa kepada keturunan?’
‘Karena untuk makhluk fana, keturunan adalah
macam kekekalan dan keabadian,’ ia menjawab; ‘dan jika, sebagaimana telah
diterima, cinta adalah kepada ke-pemilikan abadi keindahan, semua manusia harus
mengharapkan keabadian bersama-sama dengan kebaikan: Sehingga cinta adalah
kepada keabadian.’
Semua yang ia ajarkan kepadaku ini di waktu
yang berbeda-beda ketika ia berbicara tentang cinta. Dan aku ingat ia di suatu saat
mengatakan kepadaku, ‘Hal apa, Socrates, yang cinta, dan pembantunya harapkan?
Tidakkah kamu melihat binatang-binatang, burung-burung, sebagaimana
binatang-binatang buas, di dalam keinginan mereka kepada memeroleh keturunan,
mengalami penderitaan ketika terasuki cinta, yang dimulai dengan keinginan
penyatuan; kepadanya ditambahkan penjagaan anak, sehingga yang paling lemah
siap untuk bertarung melawan yang paling kuat bahkan hingga batas terluar, dan
untuk mati demi mereka, dan akan membiarkan diri mereka sendiri tersiksa lapar
atau menderita apapun demi mempertahankan anak mereka. Manusia mungkin dianggap
bersikap demikian dari pemikiran; tetapi mengapa binatang-binatang harus
memiliki perasaan-perasaan memesona ini? Bisakah kamu memberitahukan aku
mengapa?’
Lagi aku menjawab bahwa aku tidak tahu. Ia
berkata kepadaku: ‘Dan apakah kamu menyangka akan bisa menjadi ahli di dalam
seni cinta, jika kamu tidak mengetahui ini?’
‘Tetapi aku telah memberitahukan kepada
engkau, Diotima, bahwa kejahilanku adalah alasan diriku datang kepadamu; karena
aku yakin bahwa aku mengingini seorang guru; beri tahukan kepadaku kemudian
semua penyebab ini dan misteri-misteri yang lain dari cinta.’
‘Jangan heran,’ ia berkata, ‘jika kamu
percaya bahwa cinta adalah kepada keabadian, sebagaimana telah beberapa kali
kita terima; karena di sini lagi, dan juga di ajaran yang sama, alam fana
mencari sejauh mungkin untuk menjadi kekal dan abadi: dan ini hanya didapatkan
melalui keturunan, karena keturunan selalu meninggalkan sebuah keberadaan baru
menggantikan yang tua. Hanya sebentar saja setiap makhluk hidup dinyatakan
hidup dan tetap sama, sebagaimana manusia dinamai sama sejak kanak-kanak hingga
tua: walau dinamai sama, ia tidak memiliki tubuh yang tetap sama; ia secara
berlanjutan adalah orang yang baru, dan ada beberapa hal yang ia kehilangan, rambut, daging, tulang, darah, dan keseluruhan
badan selalu berubah. Yang benar adalah bukan hanya badan, tetapi juga jiwa,
yang kebiasaan-kebiasaannya, sifat-sifat, pendapat-pendapat,
keinginan-keinginan, kesenangan-kesenangan, rasa sakit, kekhawatiran-kekhawatiran,
tidak pernah tetap sama di dalam setiap kita, tetapi selalu datang dan pergi;
dan benar secara sama dengan pengetahuan, dan apa yang lebih mengejutkan untuk
kita makhluk-makhluk fana, bukan hanya ilmu-ilmu di dalam umum tumbuh dan
usang, demikian juga penghormatan kepada mereka kita tidak pernah sama; tetapi
masing-masing mereka secara sendiri mengalami perubahan yang serupa. Karena apa
yang dimaksud di dalam kata “ingatan,” kecuali keberangkatan pengetahuan, yang
pernah dilupakan, dan dibarukan dan dijaga oleh ingatan, dan tampak sama
walaupun di dalam kenyataan adalah baru, berdasarkan kepada itulah hukum
penggantian yang dengannya semua makhluk fana jaga, tidak secara tepat sama
selamanya, seperti dewa, tetapi oleh penukaran, kefanaan yang tua meninggalkan
di belakangnya keberadaan baru yang serupa. Dan di dalam jalan ini, Socrates,
tubuh yang fana, atau apapun yang fana, mengikuti keabadian; tetapi yang abadi
di dalam jalan yang lain. Janganlah heran kepada cinta yang semua manusia
miliki untuk keturunan mereka; karena cinta dan ketertarikan yang umum itu
adalah demi keabadian.’
Aku terpukau kepada kata-katanya, dan
berkata: ‘Apakah ini benar secara nyata, Wahai engkau Diotima yang bijaksana?’
Dan ia menjawab dengan semua keyakinan
seorang sofis yang sempurna: ‘Kepada itu, Socrates, kamu mungkin percaya;—pikirkan
saja ambisi manusia, dan kamu akan heran kepada jalan-jalan mereka yang tanpa
rasa, kecuali kamu mempertimbangkan bagaimana mereka diarahkan oleh cinta
kepada keabadian kemasyhuran. Mereka bersedia menjalani semua kemungkinan buruk
yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka jalani demi anak-anak mereka, dan
untuk membelanjakan uang dan menjalani pekerjaan berat apapun, dan bahkan untuk
mati, demi meninggalkan di belakang mereka sebuah nama yang akan kekal. Apakah kamu
membayangkan bahwa Alcestis ingin mati untuk menyelamatkan Admetus, atau
Achilles untuk membalaskan Patroclus, atau Codrus kamu sendiri di dalam
mempertahankan kerajaan untuk anak-anaknya, jika mereka tidak membayangkan
bahwa ingatan kepada kebaikan-kebaikan mereka, yang masih bertahan di antara
kita, akan abadi? Tidak,’ ia berkata, ‘Aku yakin bahwa semua manusia melakukan
semua hal, dan semakin mereka baik semakin mereka akan melakukan mereka, dengan
mengharapkan kemasyhuran agung dari kebaikan yang abadi; karena mereka
mengharapkan keabadian.
‘mereka yang hamil di dalam badan saja,
mendekatkan diri mereka kepada para perempuan dan memeroleh anak-anak—ini sifat
cinta mereka; keturunan mereka, sebagaimana mereka harapkan, akan menyimpan
ingatan mereka dan memberikan mereka keberkatan dan keabadian yang mereka
harapkan di dalam masa depan. Tetapi jiwa-jiwa yang hamil—karena benar ada
orang-orang yang lebih bersifat mencipta di dalam jiwa-jiwa mereka daripada di
dalam badan-badan—hamil apa yang pantas untuk jiwa hamilkan atau kandung. Dan
kehamilan-kehamilan apakah ini?—kebijaksanaan dan kebaikan secara umum. Dan
macam para pencipta demikian adalah para penyair dan semua seniman yang pantas
menyandang nama penemu. Tetapi macam kebijaksanaan yang paling indah dan paling
besar sampai kini adalah yang berhubungan dengan kepemimpinan negara-negara dan
keluarga-keluarga, dan yang disebut sebagai perasaan dan keadilan. Dan ia yang
di masa mudanya memiliki benih semacam ini tertanam di dalam ia dan ia sendiri
terilhami, ketika mencapai kedewasaan menginginkan melahirkan dan berketurunan.
Ia berkelana mencari keindahan demi ia mungkin memeroleh anak—karena di dalam
keruntuhan ia tidak akan memeroleh anak—dan secara alami memeluk badan yang
indah daripada yang buruk; di atas semua ketika ia menemukan sebuah jiwa
tertuntun yang indah dan terhormat, ia memeluk yang dua di dalam satu manusia,
dan kepada satu demikian ia penuh berbicara tentang kebaikan dan bagaimana
seorang yang baik bersikap dan apa yang ia kejar; dan ia mencoba mendidiknya;
dan di sentuhan kepada keindahan yang pernah hadir di ingatannya, bahkan ketika
tidak hadir, ia membawa apa yang telah ia terima dari masa lalu, dan di dalam
pertemanan dengannya terpelihara apa yang akan ia bawa; dan mereka menikah
dengan sebuah ikatan yang jauh lebih dekat dan memiliki sebuah pertemanan yang
lebih dekat daripada mereka yang memeroleh anak yang bisa mati, karena
anak-anak keturunan mereka secara umum jauh lebih indah dan abadi. Siapa,
ketika ia memikirkan Homer dan Hesiod dan para penyair besar yang lain, yang
tidak akan lebih memilih anak-anak mereka daripada anak-anak manusia biasa? Siapa
yang tidak akan berusaha menyamai mereka di dalam penciptaan anak-anak semacam
milik mereka, yang menjaga ingatan mereka dan memberikan kemenangan
selama-lamanya? Atau siapa yang tidak akan ingin memiliki anak-anak semacam
yang Lycurgus tinggalkan di belakangnya sebagai para penyelamat? Ada Solon,
juga, yang dianggap sebagai ayah dari hukum-hukum Athena; dan banyak yang lain
di banyak tempat lain, kedua-duanya di antara orang-orang Yunani dan barbar,
yang telah memberikan kepada dunia banyak hal terhormat, dan telah menjadi
orang tua untuk kebaikan dari setiap macam; dan banyak kuil telah didirikan
untuk mereka demi macam anak-anak yang mereka miliki; yang tidak pernah
didirikan untuk siapapun, demi anak-anaknya yang bisa mati.
‘Hal-hal ini adalah, misteri-misteri yang
lebih kecil dari cinta, ke dalamnya bahkan kamu, Socrates, mungkin masuk;
kepada yang lebih besar dan yang lebih tersembunyi yang adalah mahkota dari
hal-hal ini, dan yang ke dalamnya, jika kamu mengejar mereka di dalam sebuah
semangat yang benar, mereka akan menuntun kepada, aku tidak tahu apa yang bisa kamu
capai. Tetapi aku akan melakukan sampai batas kemampuanku untuk memberitahukanmu,
dan kamu lakukanlah mengikuti jika kamu bisa. Karena ia yang bisa melanjutkan
secara benar di dalam hal ini akan memulai di masa muda untuk mengunjungi
bentuk-bentuk keindahan; dan pertama-tama, jika ia tertuntun oleh gurunya
secara benar, untuk mencintai sebuah bentuk saja—di luar dari itu ia harus
menciptakan pemikiran-pemikiran yang indah; dan segera ia akan dengan dirinya
sendiri mendapati bahwa keindahan dari satu bentuk terhubung kepada keindahan
yang lain; dan kemudian jika keindahan dari bentuk yang umum adalah
pengejarannya, betapa bodoh ia untuk tidak mengenali bahwa keindahan di dalam
setiap bentuk adalah dan selalu sama! Dan ketika ia menyadari ini ia akan
mengabaikan cintanya yang hebat kepada satu hal, yang ia akan pandang hina dan
ia anggap kecil, dan akan menjadi seorang pecinta kepada semua bentuk
keindahan; di dalam tingkatan lebih lanjut ia akan mempertimbangkan bahwa
keindahan pikiran lebih terhormat daripada keindahan bentuk luar. Sehingga jika
suatu jiwa yang baik memiliki hanya sedikit keindahan, ia akan mencintai dan
merawatnya, sampai ia merenungkan dan melihat keindahan lembaga-lembaga dan
hukum-hukum, dan untuk memahami bahwa keindahan dari semua mereka berasal dari
satu keluarga, dan bahwa keindahan badan adalah sebuah hal yang remeh; dan
setelah hukum-hukum dan lembaga-lembaga ia akan pergi kepada
ilmu-ilmu-pengetahuan, supaya ia mungkin melihat keindahan mereka, menjadi
bukan seperti seorang budak yang jatuh cinta dengan keindahan seorang muda atau
orang dewasa atau lembaga, sementara ia sendiri seorang budak yang rendah dan
berpikiran sempit, tetapi maju dan merenungkan lautan keindahan yang sangat luas,
ia akan menciptakan banyak pemikiran dan rencana yang indah dan terhormat di
dalam cinta yang tidak terbatas kepada kebijaksanaan; sampai di pantai itu ia
tumbuh dan berkembang kuat, dan di penglihatan akhir terbukakan kepadanya
sebuah ilmu-pengetahuan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang keindahan di semua
tempat. Kepada ini aku akan melanjutkan; silakan berikan kepadaku perhatianmu yang
paling baik:
‘Ia yang telah diajari sejauh ini di dalam
hal-hal cinta, dan ia yang telah belajar untuk melihat keindahan demi tujuan
pasti dan pergantian, ketika ia mendatangi akhir ia akan secara tiba-tiba
mendapati sebuah keindahan yang dahsyat, dan ini, Socrates, adalah penyebab
akhir dari semua perjalanan kita yang di depan—sebuah alamiah yang di tempat
pertama adalah selama-lamanya, tidak tumbuh ataupun memudar, tidak membesar
ataupun mengecil; ke dua, tidak indah di satu titik pandang dan jelek di titik
pandang lain, seperti jika indah untuk beberapa dan jelek untuk yang lain, atau
di keserupaan dari sebuah wajah atau tangan atau apapun bentuk lain bagian dari
badan, atau di dalam bentuk perkataan atau pengetahuan, atau ada di dalam
keberadaan yang lain, sebagai contoh, di dalam seekor binatang, atau di dalam
langit, atau di dalam tanah, atau di dalam tempat manapun; tetapi keindahan
yang hakiki, terpisah, sederhana, dan selama-lamanya, dan tanpa pengurangan
atau peningkatan, atau perubahan apapun, tidak menjadi bagian dari hal yang
tumbuh dan keindahan yang akan musnah dari semua hal lain. Ia yang dari hal-hal
ini mendaki di bawah pengaruh cinta sejati, memulai untuk mengenali keindahan
itu, tidak lagi jauh dari akhir. Dan perintah perjalanan yang benar, atau
tertuntun oleh yang lain, kepada hal-hal cinta, dimulai dari keindahan bumi dan
gunung-gunung tinggi demi keindahan yang lain itu, menggunakan hal-hal ini
sebagai anak-anak tangga saja, dan dari satu menuju kepada yang dua, dan dari
yang dua kepada semua bentuk yang indah, dan dari bentuk yang indah kepada
pekerjaan yang indah, dan dari pekerjaan-pekerjaan yang indah kepada
pengertian-pengertian yang indah, sampai dari pengertian-pengertian yang indah
ia tiba di pengertian keindahan hakiki, dan di akhir ia mengetahui apa
inti-sari keindahan.’
‘Ini, Socrates-ku sayang,’ kata orang asing
dari Mantinea, ‘adalah kehidupan yang harus dilalui oleh seorang manusia di
atas semua hal lain, di dalam perenungan keindahan hakiki; sebuah keindahan
yang jika kamu pandang sekali, kamu akan memandang bukan dengan ukuran emas,
dan pakaian-pakaian, dan laki-laki dan perempuan muda, yang kehadirannya
sekarang memesonakanmu; dan kamu dan banyak yang lain akan senang untuk hidup
dengan memandangi mereka saja dan bercakap-cakap bersama mereka tanpa makanan
ataupun minuman, jika itu mungkin— kamu hanya ingin memandangi dan bersama
mereka. Tetapi bagaimana jika orang memiliki mata untuk melihat keindahan
sejati—keindahan yang suci, maksud aku, murni dan jernih dan tidak tercampur,
tidak ternodai oleh pengotoran-pengotoran dari yang bisa mati dan semua warna
dan kesia-siaan hidup manusia—ke sini mereka memandang, dan bercakap-cakap
dengan keindahan sejati sederhana dan suci? Ingatlah bagaimana di dalam
perjamuan itu saja, memandang keindahan dengan mata pikiran, ia akan menjadi
mampu melahirkan, bukan hanya gambaran-gambaran keindahan, tetapi
kenyataan-kenyataan (karena ia bukan memandang gambaran tetapi sebuah
kenyataan), dan melahirkan dan merawat kebaikan sejati untuk menjadi teman sang
dewa dan menjadi abadi, jika mati manusia mungkin. Akankah itu menjadi hidup
yang bisa diabaikan?’
Demikianlah, Phaedrus—dan aku berbicara bukan
hanya kepadamu, tetapi kepada semua kalian—kata-kata dari Diotima; dan aku
teryakinkan oleh kebenaran mereka. Dan yakin kepada mereka, aku mencoba membuat
yakin orang lain, bahwa di dalam perolehan akhir ini manusia tidak akan secara
mudah menemukan satu penolong lebih baik daripada cinta: dan karena itu, juga,
aku katakan bahwa setiap orang harus menghormati ia sebagaimana aku sendiri
menghormati ia, dan mengajak yang lain untuk melakukan sama, dan memuji
kekuatan dan semangat cinta berdasarkan kepada ukuran kemampuan diriku kini dan
sampai kapanpun.
Kata-kata yang telah aku bicarakan, kamu,
Phaedrus, mungkin memanggilnya sebagai sebuah encomium kepada cinta, atau apapun yang lain yang kamu suka.
Ketika Socrates selesai berbicara,
teman-teman bertepuk tangan, dan Aristophanes sedang memulai untuk mengatakan
sesuatu di dalam menjawab sindiran Socrates terhadap pidatonya, ketika secara
tiba-tiba ada sebuah ketukan keras di pintu rumah, seperti para periang, dan
terdengar suara dari seorang gadis pemain flute.
Pergi dan lihatlah, Agathon berkata kepada
para pelayan; jika mereka teman-teman kita, ia berkata, undang mereka masuk,
tetapi jika bukan, katakan bahwa acara minum telah selesai.
Beberapa saat kemudian mereka mendengar suara
Alcibiades menggema di dalam aula; ia di dalam keadaan sangat mabuk, dan
menggeram dan berteriak, Di mana Agathon? Tuntun aku kepada Agathon, dan
beberapa saat kemudian, didukung oleh gadis pemain flute dan beberapa pembantunya, ia mendapatkan jalan kepada mereka.
Hail, Teman-teman, ia berkata,
tampak di pintu dengan bermahkota garland
yang besar dari ivy dan violet, kepalanya penuh dengan ribands. Akankah kalian megharapkan
seorang mabuk sebagai teman dari para pengganggu kalian? Atau haruskah aku
memahkotai Agathon, yang merupakan tujuan diriku datang, dan kemudian pergi?
Karena aku tidak bisa datang kemarin, dan karena itu aku datang hari ini,
membawa di kepalaku ribands, supaya
mengambil mereka dari kepalaku sendiri, aku mungkin memahkotai kepala dari yang
paling tampan dan paling bijaksana dari orang-orang ini, sebagaimana aku
mungkin dibiarkan menyebut ia. Akankah kalian menertawaiku karena aku sedang
mabuk? Bahkan aku sangat baik mengetahui bahwa aku membicarakan kebenaran,
walaupun kalian mungkin akan tertawa. Tetapi pertama beri tahukan aku; jika aku
masuk akankah kita memiliki pemahaman kepada yang aku bicarakan (supra Akankah kalian menerima seorang
yang sangat mabuk? dan sebagainya.)? akankah kalian minum dengan aku ataukah
tidak?
Teman-teman riuh-rendah di dalam memohon
bahwa ia akan mengambil tempatnya di antara mereka, dan Agathon secara khusus
mengundangnya. Sementara itu ia dituntun oleh orang-orang yang bersamanya; dan
ketika ia dituntun, bermaksud memahkotai Agathon, ia mengambil ribands dari kepalanya sendiri dan
memandangi mereka di depan wajahnya; ia karena itu tercegah dari melihat
Socrates, yang memberi jalan untuknya, dan Alcibiades mengambil tempat luang di
antara Agathon dan Socrates, dan di dalam mengambil tempat tersebut ia memeluk
Agathon dan memahkotainya. Lepaskan sandalnya, kata Agathon, dan biarkan ia
menjadi yang ke tiga di dipan yang sama.
Dengan segala maklum; tetapi siapa yang
menjadi pasangan yang ke tiga di dalam kebersamaan kita? kata Alcibiades,
membalik dan hendak bangun ketika melihat Socrates. Demi Heracles, ia berkata,
apa ini? di sini Socrates berbaring menungguku, dan selalu, sebagaimana jalan
ia, datang kepada macam-macam tempat yang tidak terduga: dan sekarang, apa yang
kamu miliki untuk kamu sendiri katakan, dan mengapa kamu berbaring di sini, di
tempat aku melihatmu mendapatkan sebuah tempat, bukan di samping seorang pelucu
atau pecinta kelucuan, seperti Aristophanes, tetapi dengan teman yang paling
tampan?
Socrates berbalik kepada Agathon dan berkata:
Aku harus memintamu untuk melindungiku, Agathon; karena hasrat orang ini telah
tumbuh menjadi hal yang bersungguh-sungguh kepadaku. Sejak aku menjadi
pengagumnya aku tidak pernah dibiarkan untuk berbicara kepada orang tampan yang
lain, atau sebanyak sebagaimana memandangi mereka. Jika aku melakukan, ia
menjadi liar dengan iri dan cemburu, dan bukan hanya mengataiku tetapi bisa
secara keras menjatuhkan tangannya kepadaku, dan di saat ini ia mungkin
melakukan beberapa kekerasan kepadaku. Silakan lihatlah kepada ini, dan halangi
aku kepadanya, atau, jika ia berusaha melakukan kekerasan, lindungi aku,
sebagaimana aku kini di dalam takut secara badan kepada keinginan-keinginannya
yang gila dan berhasrat.
Tidak akan pernah ada perukunan antara kamu
dan aku, kata Alcibiades; tetapi untuk saat ini aku akan menghalau manteramu.
Dan aku harus memohon kepadamu, Agathon, untuk memberikan kembali kepadaku
beberapa riband supaya aku mungkin
memahkotai kepala ajaib dari raja-kejam semesta ini—aku tidak ingin ia
mengeluhkan aku memahkotaimu, dan mengabaikannya, yang di dalam percakapan
adalah penakluk semua manusia; dan ini bukan hanya satu kali, sebagaimana kamu
di hari sebelum kemarin, tetapi selalu. Setelah itu, mengambil beberapa riband, ia memahkotai Socrates, dan
berbaring kembali.
Kemudian ia berkata: kalian tampak,
teman-temanku, sangat sadar, yang bukan sesuatu yang bisa dibiarkan; kalian
harus minum—karena itu adalah persetujuan yang di bawahnya aku terima—dan aku
memilih diriku sebagai tuan perjamuan sampai kalian semua cukup mabuk. Biarkan
kita memiliki sebuah goblet besar,
Agathon, atau lebih, ia berkata, menghadap ke pembantu, bawakan aku
pendingin-anggur itu. Pendingin-anggur yang matanya lihat tersebut adalah
sebuah bejana yang menampung lebih dari dua quart—ini
ia isi dan kosongkan, dan meminta pembantu isi lagi untuk Socrates. Lihatlah,
teman-temanku, kata Alcibiades, bahwa muslihat licik dariku ini tidak akan
memberikan pengaruh di Socrates, karena ia bisa minum sejumlah apapun anggur
dan tidak sama sekali mendekati menjadi mabuk. Socrates meminum isi piala yang
pembantu isikan untuknya.
Eryximachus berkata: Apa ini, Alcibiades? Kita
tidak akan bercakap-cakap juga tidak bernyanyi di piala-piala kita; tetapi
minum secara sederhana seolah-olah jika kita haus?
Alcibiades menjawab: Hail, anak terhormat dari seorang tuan yang terhormat dan paling
bijaksana!
Sama untukmu, kata Eryximachus, tetapi apa
yang harus kita lakukan?
Itu aku serahkan kepadamu, kata Alcibiades. ‘Sang
dokter bijaksana mengerjakan luka-luka kita kepada sembuh’ akan menjelaskan dan
kita akan mematuhi. Apa yang kamu ingini?
Baik, kata Eryximachus, sebelum kamu tampak
kami telah melalui sebuah persetujuan bahwa setiap orang dari kami di dalam
urutan, melingkar dari kiri ke kanan, harus membuat pidato di dalam pujian kepada
cinta, dan mengagungkan namanya: dan sebagai semua dari kami telah berbicara,
dan kamu belum berbicara tetapi telah mengeringkan pialamu, kamu harus
berbicara, dan kemudian serahkan kepada Socrates tugas apapun yang kamu suka,
dan ia kepada tetangganya di sisi kanan, dan demikian seterusnya.
Itu baik, Eryximachus, kata Alcibiades; dan
bahkan perbandingan pidato seorang yang mabuk dengan mereka yang sadar akan
sukar adil; dan aku akan suka untuk mengetahui, teman manis, jika kamu
benar-benara percaya kepada apa yang Socrates baru saja katakan; karena aku
bisa membuatmu yakin bahwa kebalikan dari itu yang benar, dan bahwa jika aku
memuji siapapun selain dirinya sendiri di saat ia hadir, dewa ataupun manusia,
ia akan secara sukar menahan tangannya dariku.
Memalukan, kata Socrates.
Tahan lidahmu, kata Alcibiades, karena demi
Poseidon, tidak ada satupun yang akan aku puji ketika kamu ada di dalam
kumpulan.
Baiklah kemudian, kata Eryximachus, jika kamu
suka memuji Socrates.
Apa yang kamu pikirkan, Eryximachus? kata
Alcibiades: haruskah aku menyerangnya dan menjatuhkan hukuman tersebut di
hadapan kalian semua?
Apa yang akan kamu lakukan? kata Socrates;
apakah kamu mau membangkitkan tawa terhadapku? Apakah itu arti dari pujianmu?
Aku hendak membicarakan kebenaran, jika kamu
akan mengizinkan aku.
Aku bukan hanya mengizinkan, tetapi memintamu
untuk membicarakan kebenaran.
Kemudian aku akan memulai sekali ini, kata
Alcibiades, dan jika aku mengatakan apapun yang tidak benar, kamu mungkin
menyelaku jika kamu ingin, dan mengatakan ‘itu sebuah kebohongan,’ walaupun
tujuanku untuk membicarakan kebenaran. Tetapi kamu harus tidak heran jika aku
berbicara bagaimanapun sebagaimana hal-hal datang ke dalam pikiranku; karena
kefasihan dan runtutan yang baik dari semua keistimewaanmu bukanlah sebuah
tugas yang mudah untuk seorang yang di dalam keadaanku.
Dan sekarang, anak-anak-mudaku, aku harus
memuji Socrates di dalam sebuah figur yang akan tampak kepadanya sebagai sebuah
karikatur, dan bahkan aku berbicara, bukan untuk melucuinya, tetapi hanya demi
kebenaran. Aku katakan, bahwa ia secara tepat seperti patung-patung Silenus,
yang dipasang di warung-warung patung, memegang pipa dan flute di dalam mulut mereka; dan mereka dibuat berlubang di tengah,
dan memiliki gambar para dewa di dalam mereka. Aku juga berkata bahwa ia
seperti Marsyas si satyr. Kamu
sendiri tidak akan membantah, Socrates, bahwa wajahmu seperti satyr itu. Ya, dan ada persamaan di
titik-titik lain juga. Misalnya, kamu penggertak, sebagaimana aku bisa buktikan
dengan saksi-saksi, jika kamu akan tidak mengaku. Dan bukankah kamu pemain flute? Itulah kamu, dan seorang penampil
yang lebih menakjubkan daripada Marsyas. Ia melakukan dengan alat-alat musiknya
untuk memesonakan jiwa-jiwa manusia dengan kekuatan nafasnya, dan para pemain
musiknya masih melakukan demikian: karena melodi-melodi Olympus berasal dari
Marsyas yang mengajari mereka, dan musik-musik ini, mereka dimainkan oleh
seorang ahli ataupun oleh seorang gadis-flute
yang menyedihkan, memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki oleh yang lain; mereka
saja yang menguasai jiwa-jiwa dan membuka keinginan-keinginan dari mereka yang
memiliki kebutuhan kepada para dewa dan misteri-misteri, karena mereka suci. Tetapi
kamu menghasilkan pengaruh yang sama hanya dengan kata-katamu, dan tidak
mensyaratkan flute: itu perbedaan
antara kamu dengannya. Ketika kami mendengar pembicara lain manapun, bahkan
yang sangat baik, ia sama sekali tidak ada menghasilkan pengaruh kepada kami,
atau tidak banyak, sementara potongan-potongan kata-katamu, bahkan di tangan-ke-dua,
dan diulangi secara tidak sempurna bagaimanapun, membuat takjub dan menguasai
jiwa-jiwa setiap laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang datang mendengarkan
mereka. Dan jika aku tidak takut bahwa kamu akan berpikir aku mabuk secara
tidak tertolong, aku akan bersumpah sebagaimana berbicara tentang pengaruh yang
selalu mereka miliki dan masih mereka miliki kepadaku. Karena ketika aku
mendengar ia, aku lebih buruk daripada
manapun para periang Corbantia itu, jantungku melompat bersamaku dan mataku hujan
air mata mendengar perkataannya. Dan aku mengamati bahwa banyak yang lain yang
terpengaruh di dalam cara yang sama. Aku telah mendengar Pericles dan para ahli
pidato besar yang lain, dan aku berpikir bahwa mereka berbicara dengan baik,
tetapi aku tidak pernah mendapatkan perasaan yang serupa; jiwaku tidak
terarahkan oleh mereka, juga tidak aku marah karena keadaanku yang terbudakkan.
Tetapi Marsyas ini telah sering membawaku kepada sebuah batas demikian,
sehingga aku merasakan jika aku secara sukar menjalani kehidupan yang aku lalui.
Ini, Socrates, kamu akan terima; dan aku yakin bahwa jika aku tidak menutup
telingaku melawannya, dan pergi sebagaimana dari suara tanda bahaya, nasibku
akan sama seperti yang lainnya itu,—ia akan merubah keseluruhan diriku, dan aku
akan tumbuh tua duduk di kakinya. Karena ia membuatku yakin bahwa aku harus
tidak menjalani hidup sebagaimana aku lakukan, mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
jiwaku, dan menyibukkan diriku sendiri dengan memperhatikan orang-orang Athena;
karena itu aku menutup telingaku dan merobek diriku menjauhinya. Dan ia saja
satu orang yang pernah membuatku merasa malu, yang mungkin kalian pikir bukan
sifat diriku, dan tidak ada yang lain yang pernah melakukan hal yang sama demikian.
Karena aku tahu bahwa aku tidak bisa menjawabnya atau mengatakan bahwa aku
harus tidak melakukan apa yang ia minta, tetapi ketika aku meninggalkan
kehadirannya cinta kepada kemasyhuran semakin membaik kepadaku. Dan karena itu
aku lari dan melarikan diri darinya, dan ketika aku melihatnya aku malu tentang
apa yang telah aku akui kepadanya. Telah banyak aku mengharapkan supaya ia
mati, dan bahkan aku harus lebih menyesal daripada berbahagia, jika ia mati: sehingga
aku ada di ujung kesabaranku.
Dan ini adalah apa yang aku dan banyak yang
lainnya derita dari permainan-flute satyr ini. Bahkan dengarkan aku sekali
lagi sementara aku mempertunjukkan betapa nyata patung tersebut, dan betapa
menakjubkan kekuatannya. Karena biarkan aku memberitahukan kalian; tidak
satupun dari kalian yang mengenal ia; tetapi aku akan menyingkapkan ia kepada
kalian; setelah memulai, aku harus melanjutkan. Kalian lihat bagaimana ia suka
kepada yang tampan? Ia selalu bersama mereka dan selalu didekati oleh mereka,
dan kemudian lagi ia tidak mengetahui apa-apa dan jahil kepada semua
hal—demikian penampilan yang selalu ia kenakan. Bukankah ia seperti Silenus di
dalam ini? Yakin ia demikian: topeng luarnya berukir kepala Silenus; tetapi,
wahai teman-temanku di dalam minum, ketika ia dibuka, perasaan apa yang
menempati bagian dalamnya! Ketahuilah oleh kalian bahwa semua keindahan yang
mungkin dimiliki oleh manusia tidaklah berarti apa-apa untuknya, ia merendahkan
mereka lebih daripada yang bisa dibayangkan oleh siapapun dari kalian: kehormatan
dan harta, yang kepadanya banyak yang mengagumi, bukanlah bisa diperhitungkan
dengan ia, dan secara lantang terendahkan oleh ia: ia tidak menghargai sama
sekali orang-orang yang dikaruniai dengan mereka; manusia bukanlah apa-apa
untuknya; seluruh hidupnya dihabiskan di dalam mengejek dan mencemooh mereka. Tetapi
ketika aku membuka ia, dan melihat tujuan yang bersungguh-sungguh di dalamnya,
aku melihat di dalamnya patung-patung suci yang terbuat dari emas dengan
keindahan memukau sehingga aku siap setiap saat kepada apapun yang Socrates
perintahkan: mereka mungkin lepas dari pengamatan orang-orang lain, tetapi aku
melihat mereka. Sekarang aku meyakini bahwa ia secara bersungguh-sungguh
terpukau kepada ketampanan diriku, dan aku berpikir karena itu bahwa aku
seharusnya memiliki sebuah kesempatan yang besar mendengarkan ia memberitahukan
apa yang ia ketahui, karena aku sangat yakin kepada kemudaanku yang menarik. Di
dalam pelaksanaan rencana ini, ketika aku pergi ke sisinya, aku menyuruh pergi
pembantu yang biasa menemaniku: Aku akan mengakui keseluruhan kebenaran, dan
memohon kepada kalian untuk mendengarkan; dan jika aku berbicara secara salah, kamu
lakukanlah, Socrates, tampakkan kesalahan tersebut. Baik, ia dan aku sedang
sendirian bersama-sama, dan aku berpikir bahwa ketika tidak ada orang lain
bersama kami, aku haruslah mendengarkan ia berbicara di dalam bahasa yang para
pecinta gunakan kepada yang mereka cintai ketika mereka sendirian, dan aku
tercerahkan. Tidak ada yang demikian; ia bercakap-cakap seperti biasa, dan
menghabiskan hari tersebut bersamaku dan kemudian pergi. Setelah itu aku
menantangnya ke palaestra; dan ia
bergulat dan berdekatan denganku beberapa kali ketika tidak ada orang yang
hadir; aku yakin bahwa aku bisa berhasil di dalam cara ini. Tidak sedikitpun;
aku tidak menemukan jalan dengan ia. Terakhir, karena aku gagal sampai saat
itu, aku berpikir bahwa aku harus mengambil penekananan-penekanan yang lebih
kuat dan menyerang ia secara berani, dan, sebagaimana aku telah memulai, tidak membiarkan
ia lepas, tetapi melihat bagaimana persoalan-persoalan tersebut berdiri di
antara ia dan aku. Sehingga aku mengundang ia untuk makan malam denganku,
seolah-olah ia seorang anak muda yang tampan, dan aku seorang pecinta yang
memiliki rencana. Ia tidak secara mudah terajak untuk datang; ia datang,
bagaimanapun, setelah beberapa lama menerima undangan tersebut, dan ketika ia
pertama kali datang, ia ingin pergi segera setelah acara makan selesai, dan aku
tidak memiliki wajah untuk mencegahnya. Di saat ke dua, masih di dalam
pengejaran rencanaku, setelah kami makan, aku bercakap-cakap sampai jauh malam,
dan ketika ia ingin pergi, aku berpura-pura bahwa waktu telah larut dan ia
lebih baik tinggal. Sehingga ia berbaring di dipan di sebelahku, sama seperti
ketika ia makan denganku, dan tidak ada siapapun kecuali kami yang tidur di
dalam apartemen. Semua ini mungkin diceritakan tanpa malu kepada siapapun.
Tetapi apa yang mengikuti aku bisa secara sukar memberitahukan kalian jika saja
aku sedang sadar. Bahkan sebagaimana kata pepatah, ‘In vino veritas,’ bersama orang-orang muda, ataupun tanpa mereka;
dan karena itu aku harus berbicara. Tidak juga, lagi, aku bisa dibenarkan di
dalam menyembunyikan tindakan-tindakan mulia dari Socrates ketika aku datang
untuk memuji ia. Terlebih lagi aku telah merasai bisa sang ular; dan ia yang
menderita, sebagaimana mereka katakan, hanya akan bersedia mengatakan kepada
sesamanya penderita, sebagaimana hanya mereka saja yang paling bisa mengerti
ia, dan tidak akan keterlaluan di dalam menilai perkataan-perkataan atau
perbuatan-perbuatan yang telah berlaku dari penderitaannya. Karena aku telah
disengat oleh lebih daripada gigi ular; aku telah mengetahui di dalam jiwaku,
atau di dalam jantungku, atau di dalam beberapa bagian yang lain, kepedihan
yang paling buruk, lebih menyakiti di dalam orang muda yang berbakat daripada
yang dari gigi ular manapun, kepedihan dari filsafat, yang akan membuat seorang
mengatakan atau melakukan apapun. Dan kalian yang aku lihat di sekelilingku,
Phaedrus dan Agathon dan Eryximachus dan Pausanias dan Aristodemus dan
Aristophanes, semua kalian, dan aku tidak perlu mengatakan Socrates sendiri,
telah memiliki pengalaman tentang kegilaan dan keinginan yang sama di
pengejaran kalian kepada kebijaksanaan. Karena itu dengarkan dan maklumi
perbuatan-perbuatanku yang dahulu dan kemudian perkataan-perkataanku yang
sekarang. Tetapi biarkan para pelayan dan orang-orang kurang sopan dan kotor
yang lainnya untuk menutup telinga-telinga mereka.
Ketika lampu dikeluarkan dan para pelayan
telah pergi, aku berpikir bahwa aku harus benar bersamanya dan tidak lagi
kurang jelas. Sehingga aku mengguncang ia, dan aku berkata: ‘Socrates, apakah kamu
tidur?’ ‘Tidak,’ ia berkata. ‘Apakah kamu tahu apa yang sedang aku renungkan?’
‘Apa yang sedang kamu renungkan?’ ia berkata. ‘Aku berpikir,’ aku menjawab,
‘bahwa dari semua pecinta yang pernah aku miliki hanya kamu yang berharga
untukku, dan kamu tampak terlalu diam untuk berbicara. Sekarang aku merasa
bahwa aku harus bodoh untuk menolakmu kini atau kebaikan manapun yang lain, dan
karena itu aku datang untuk berbaring di kakimu semua yang aku miliki dan semua
yang teman-temanku miliki, di dalam harapan bahwa kamu akan membantuku di dalam
jalan kebaikan, yang aku ingini di atas semua hal lain, dan yang aku percaya kamu
bisa menolongku lebih baik daripada siapapun yang lain. Dan aku tentu saja
harus memiliki alasan untuk malu kepada apa yang akan dikatakan oleh
orang-orang bijaksana jika aku menolak kebaikan kepada satu yang semacam kamu,
daripada apa yang dunia, yang paling banyak orang-orang bodoh, akan katakan
jika aku menyerahkannya.’ Kepada kata-kata ini ia menjawab di dalam cara ironis
yang merupakan ciri dirinya:—'Alcibiades, temanku, kamu sungguh memiliki sifat
yang tinggi jika apa yang kamu katakan benar; secara nyata kamu haruslah
melihat di dalam diriku beberapa keindahan langka dari macam yang secara benar
lebih tinggi daripada yang aku lihat di dalam dirimu. Dan karena itu, jika kamu
bermaksud berbagi bersamaku dan menukarkan keindahan dengan keindahan, kamu
akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar dariku; kamu akan memeroleh
keindahan sejati di dalam pembalasan untuk penampilan—seperti Diomede, emas di
dalam pertukaran dengan perunggu. Tetapi pandanglah lagi, temanku yang manis,
dan lihatlah jika kamu tertipu di dalam diriku ataukah tidak. Pikiran tumbuh
menajam ketika mata badaniah telah gagal, dan masih lama lagi sebelum kamu
menua.’ Mendengar ini, aku berkata: ‘Aku telah memberitahukanmu tujuanku, yang
cukup bersungguh-sungguh, dan kamu lakukanlah mempertimbangkan apa yang kamu
pikir paling baik untuk kamu dan aku.’ ‘Itu baik,’ ia berkata, ‘di suatu saat
nanti kemudian kita akan mempertimbangkan dan bersikap sebagaimana yang tampak
paling baik tentang ini dan tentang persoalan-persoalan yang lain.’ Sementara
itu, aku meyakini bahwa ia telah terhantam, dan bahwa kata-kata yang telah aku
utarakan seperti panah-panah telah melukainya, dan sehingga tanpa menunggu
untuk mendengar lebih aku bangkit, dan membentangkan jubahku kepadanya, waktu
di tahun itu adalah musim dingin, aku merangkak
ke bawah jubahnya yang usang; dan di sana aku berbaring di sepanjang malam
memiliki monster ini di pelukanku. Ini
lagi, Socrates, akan tidak tersangkal olehmu. Dan bahkan, sekalipun demikian
semua, ia terlalu lebih tinggi daripada permintaanku, sangat merendahkan dan
mengejek dan menghinakan ketampananku—yang secara nyata, sebagaimana aku yakin,
memiliki beberapa daya tarik—dengarkanlah, wahai para juri, karena kalian harus
menjadi juri kepada kebaikan yang tinggi dari Socrates—tidak ada lebih yang
terjadi, tetapi di pagi ketika aku terbangun (biarkan semua dewa dan dewi
menjadi saksi untukku) aku bangun sebagaimana bangun dari dipan seorang ayah
atau kakak laki-laki.
Apa yang kalian anggap sebagai perasaanku,
setelah penolakan ini, kepada pemikiran tentang ketidak-terhormat-an diriku
sendiri? Bahkan aku tidak bisa membayangkan perasaan alamiahnya dan
kegigihan-diri dan ke-laki-laki-an-nya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku
bisa bertemu dengan seorang semacam ia di dalam kebijaksanaan dan ketahanan. Dan
karena itu aku tidak bisa marah kepadanya atau menolak kebersamaan-nya, lebih
daripada aku bisa berharap memenanginya. Karena aku mengetahui bahwa jika Ajax
tidak bisa terluka oleh baja, demikian juga ia dengan uang; dan satu
kesempatanku yang tersisa yaitu ketampananku juga telah gagal. Sehingga aku ada
di batas kesabaranku; tidak satupun yang pernah tanpa harapan terbudakkan oleh
yang lain. Semua ini terjadi sebelum ia dan aku pergi di perjalanan ke
Potidaea; di sana kami tinggal di asrama yang sama, dan aku memiliki kesempatan
mengamati kekuatannya yang luar biasa melawan lelah. Ketahanannya secara
sederhana menakjubkan ketika, terputus dari bantuan persediaan kami, kami harus
pergi mencari makanan—di beberapa keadaan, yang seringkali terjadi di masa
perang, ia lebih tinggi bukan hanya dari aku tetapi dari setiap orang; tidak
ada satu yang bisa dibandingkan dengan ia. Bahkan di sebuah perayaan ia seorang
saja yang memiliki kekuatan nyata untuk menikmati, walaupun tidak berkeinginan
untuk minum, ia bisa mengalahkan kami semua jika ia mau,—menakjubkan untuk
diceritakan! tidak satupun manusia yang pernah melihat Socrates mabuk; dan
kekuatannya akan telah lama teruji. Ketabahannya di dalam menahan dingin juga
mengejutkan. Pernah ada sebuah kebekuan yang dahsyat, karena musim dingin di
daerah itu sangat hebat, dan semua orang yang lain tinggal di dalam ruangan,
atau jika mereka keluar mengenakan sejumlah pakaian yang sangat banyak, dan
bersepatu baik, dan kaki mereka terbalut lakan dan bulu domba: di tengah-tengah
ini, Socrates dengan kaki telanjang di atas es dan mengenakan pakaian biasa
berbaris lebih baik daripada tentara yang lain yang mengenakan sepatu, dan
mereka memandang tajam kepadanya karena ia tampak mengabaikan mereka.
Aku telah menceritakan kepada kalian satu
kisah, dan sekarang aku harus menceritakan yang lain, yang berharga untuk
didengarkan, ‘Tentang perbuatan-perbuatan dan penderitaan-penderitaan dari
manusia yang bertahan’ sementara ia di perjalanan.
Suatu pagi ia sedang berpikir tentang sesuatu
yang tidak bisa ia pecahkan; ia tidak ingin melepaskannya, tetapi melanjutkan
berpikir dari awal pagi sampai sore—di sana ia berdiri berpikir; dan di saat
sore perhatian tertuju kepadanya, dan berita menjalar dari keramaian yang heran
bahwa Socrates telah berdiri dan berpikir tentang sesuatu sejak dari awal pagi.
Di akhir, di dalam malam setelah makan malam, beberapa orang Ionia tidak bisa
menahan rasa ingin tahu (Aku harus menjelaskan bahwa ini bukan musim dingin
tetapi musim panas), mereka membawa kasur-kasur mereka dan tidur di udara
terbuka supaya mereka mungkin mengamati dan melihat jika ia akan berdiri
sepanjang malam. Di sana ia berdiri sampai pagi berikutnya; dan dengan cahaya
yang kembali datang ia bersembahyang kepada matahari, dan kemudian pergi. Aku
juga akan menceritakan, jika kalian suka—dan benar-benar harus aku
ceritakan—tentang keberaniannya di dalam perang; karena siapa selain ia yang menyelamatkan
hidupku? Aku sedang terluka dan ia tidak meninggalkan aku, ia menyelamatkan
baju perang dan diriku. Sekarang ini adalah pertempuran yang di dalamnya aku
menerima hadiah keberanian yang para jenderal ingin berikan kepadaku sebagian
karena kedudukan diriku, dan aku memberitahukan mereka demikian, (ini, lagi,
Socrates tidak akan jatuhkan atau sangkal), tetapi ia lebih berkeinginan
daripada para jenderal bahwa aku dan bukan ia yang harus menerima hadiah
tersebut. biarkan aku ceritakan kepada kalian, sebuah kejadian lain yang
perilakunya sangat bisa dikenang—di pelarian pasukan setelah peperangan Delium,
tempat ia bertugas di antara pasukan hoplite,—aku
memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melihat ia daripada di Potidaea,
karena aku mengendarai kuda, dan dengan demikian lebih jauh dari bahaya. Ia dan
Laches sedang bergerak mundur, karena pasukan di dalam pelarian, dan aku
bertemu dengan mereka dan memberitahukan mereka untuk tidak menjadi takut, dan
berjanji untuk tinggal bersama mereka; dan di sana kamu mungkin melihatnya,
Aristophanes, sebagaimana kamu gambarkan, ia seolah-olah ada di jalan-jalan
Athena, mematung seperti seekor pelikan, dan memutar-mutarkan matanya, secara
tenang menatapi para musuh sebagaimana teman-teman, dan membuat sangat jelas
kepada siapapun, bahkan dari kejauhan, bahwa siapapun yang menyerangnya akan
bertemu dengan sebuah pertahanan yang dahsyat; dan di dalam jalan ini ia dan
teman-temannya lolos—karena inilah macam orang yang tidak pernah tersentuh di
dalam perang; mereka mengejar yang lainnya karena mereka melarikan diri. Aku
terutama mengamati betapa lebih tinggi ia kepada Laches di dalam penilaianku. Banyak
keajaiban yang mungkin aku ceritakan di dalam pujian kepada Socrates; paling
banyak dari jalan ia mungkin sejajar di dalam orang lain, tetapi ke-tidakserupa-an
ia kepada manusia manapun ketika itu atau setelah itu sangat secara sempurna
menakjubkan. Kalian mungkin membayangkan Brasidas dan yang lainnya untuk
menyerupai Achilles; atau kalian mungkin membayangkan Nestor dan Antenor untuk
menyerupai Pericles; dan hal sama mungkin dikatakan kepada orang-orang terkenal
yang lain, tetapi kepada makhluk aneh ini kamu tidak akan pernah menemukan
keserupaan, betapa jauhpun, di antara manusia yang sekarang ada atau siapapun
yang pernah ada—selain daripada yang aku ajukan yaitu Silenus dan para satyr; dan mereka terwakilkan di dalam
sebuah gambaran bukan hanya dirinya sendiri, tetapi di kata-katanya. Karena,
walaupun aku lupa menyebutkan ini kepada kalian dahulu, kata-katanya seperti
patung-patung Silenus yang terbuka; mereka konyol ketika kalian pertama kali
mendengar mereka; ia membalut dirinya di dalam bahasa yang seperti kulit satyr yang kasar—karena pembicaraannya
tentang keledai-keledai pengangkut dan para tukang besi dan tukang-tukang
sepatu dan para portir, dan ia selalu mengulangi hal-hal yang sama di dalam
kata-kata yang sama, sehingga orang jahil atau tidak berpengalaman manapun
mungkin merasa harus menertawakannya; tetapi ia yang membuka patung tersebut
dan melihat apa yang di dalamnya akan menemukan bahwa hanya merekalah kata-kata
yang memiliki arti di dalam mereka, dan juga yang paling suci, melimpah di
dalam patung-patung dan kebaikan-kebaikan yang indah, dan dari pemahaman yang
paling luas, atau lebih mencakupi keseluruhan tugas dari manusia yang terhormat
dan baik.
Ini, teman-teman, adalah pujianku kepada
Socrates. Aku telah menambahkan penyalahanku kepadanya untuk perlakuan buruk ia
kepadaku; dan ia masih memperlakukan buruk bukan hanya aku, tetapi Charmides
anak Glaucon, dan Euthydemus anak Diocles, dan banyak yang lainnya di dalam
jalan yang sama—memulai sebagai pecinta mereka ia mengakhiri dengan membuat
mereka memusatkan perhatian kepadanya. Sementara aku katakan kepadamu, Agathon,
‘Jangan terpedaya oleh ia; belajarlah dari aku dan berhati-hatilah, dan jangan
menjadi seorang yang bodoh dan belajar dari pengalaman, sebagaimana pepatah
katakan.’
Ketika Alcibiades telah selesai, ada tawa
kepada bicaranya yang lepas; karena ia tampak masih mencintai Socrates. Kamu
sedang sadar, Alcibiades, kata Socrates, atau kamu tidak pernah akan jauh
menyembunyikan tujuan dari puji-pujian para satyr-mu,
karena semua cerita panjang ini hanyalah sebuah penghamburan kata-kata yang
cerdik, yang titiknya masuk ketika ada di akhir jalan; kamu hanya ingin
membangkitkan perseteruan antara aku dengan Agathon, dan pendapatmu bahwa aku
harus mencintaimu dan tidak ada yang lain, dan bahwa kamu dan hanya kamu saja
yang bisa mencintai Agathon. Tetapi alur dari drama Satiris atau Silenis ini
telah terlacak, dan kamu harus tidak membiarkan ia, Agathon, untuk memisahkan
kita.
Aku percaya kamu benar, kata Agathon, dan aku
diatur untuk berpikir bahwa tujuan ia di dalam menempatkan dirinya di antara kamu
dan aku hanya untuk memisahkan kita; tetapi ia tidak akan mendapatkan apapun
dengan gerakan itu; karena aku akan pergi dan berbaring di dipan di sebelahmu.
Ya, ya, Socrates menjawab, dengan senang hati
datang dan berbaringlah di dipan di bawahku.
Wa, kata Alcibiades, betapa aku terbodohi
oleh orang ini; ia memutuskan untuk mendapatkan yang lebih baik daripada aku di
setiap sisi. Aku memohon kepadamu, biarkan Agathon berbaring di antara kita.
Tentu saja tidak, kata Socrates, sebagaimana kamu
telah memujiku, dan aku di bagianku harus memuji tetanggaku di sisi kanan, ia
tidak boleh memujiku lagi ketika ia harus dipuji olehku, karena aku memiliki
keinginan yang besar untuk memuji orang muda tersebut.
Hurrah! Agathon berteriak, aku
akan bangun segera, supaya aku mungkin dipuji oleh Socrates.
Cara yang biasa, kata Alcibiades; di mana
Socrates berada, tidak ada satupun yang lain yang memiliki kesempatan dengan
yang tampan; dan sekarang sengaja ia menemukan sebuah alasan yang terdengar
bagus untuk menarik Agathon kepada dirinya sendiri.
Agathon berdiri supaya ia mungkin mengambil
tempatnya di dipan di sisi Socrates, ketika secara tiba-tiba sekumpulan periang
masuk, dan merusakkan tujuan acara. Seseorang yang keluar telah membiarkan
pintu terbuka, mereka menemukan jalan masuk, dan menjadikan diri mereka
seolah-olah di rumah sendiri; terjadi kebingungan yang besar, dan setiap orang
minum sangat banyak anggur. Aristodemus mengatakan bahwa Eryximachus, Phaedrus,
dan yang lainnya telah pergi— ia sendiri tertidur, dan karena malam masih
panjang ia beristirahat dengan baik: ia bangun di awal pagi oleh suara kokok
ayam-ayam jantan, dan ketika ia bangun, yang lainnya masih tidur, atau telah
pergi; ada tinggal hanya Socrates, Aristophanes, dan Agathon, yang minum dari
sebuah goblet besar yang mereka
edarkan dari kiri ke kanan, dan Socrates berbicara kepada mereka. Kepada paling
banyak isi pembicaraan, Aristodemus tidak mengingatnya, karena ia melewatkan
awalnya dan juga karena mengantuk; hal utama yang ia ingat yaitu Socrates
memaksa dua yang lain untuk menerima bahwa yang cerdas di komedi sama dengan
yang di tragedi, dan bahwa seniman sejati dari tragedi juga merupakan seniman
komedi. Mereka terpaksa menerima, mereka telah mengantuk, dan tidak cukup
mengikuti argumen tersebut. dan pertama dari semuanya Aristophanes jatuh,
kemudian, ketika telah pagi, Agathon. Socrates, setelah membaringkan mereka
untuk tidur, berdiri untuk berangkat; Aristodemus, sebagaimana biasa, mengikuti
ia. Di Lyceum ia mandi, dan melewati hari tersebut seperti biasa. Di malam hari
ia pulang dan beristirahat di rumahnya sendiri.
Akhir Simposium.
No comments:
Post a Comment